Membangun sebuah rumah tangga yang rukun dan damai,bukan seperti kisah kisah di komik Cinderella, begitu menikah,maka kedua pasangan hidup berbahagia selama lamanya.. Enak benar kedengarannya, Tapi bagi yang sudah berkeluarga,pasti memahami,bahwa kisah hidup sesungguhnya ,tidaklah seperti kisah Cinderella dan juga tidak seperti kisah 1001 malam,dimana hanya dengan menggosok gosok Lampu Aladin,maka gubuk,berubah seketika jadi istana megah. Membangun kerukunan dalam rumah tangga,jauh lebih rumit daripada membangun sebuah rumah.
Karena itu,apa yang sudah dibangun dengan susah payah,jangan biarkan dihancurkan ,hanya karena kurang hati hatinya kita dalam hal hal yang tampaknya sepele Memang sangat banyak alasan atau penyebab terjadinya keretakan ,bahkan hancurnya sebuah kebahagiaan dalam rumah tangga. Kita tidak memiliki kekuatan untuk menutup semua celah untuk terjadinya petaka tersebut,tapi mininal kita dapat memperkecil dan mempersempit ,jalan menuju kejurang kehidupan.Rumah tangga yang sudah brantakan,walaupun mungkin kelak,dapat diperbaiki lagi,tapi sudah tidak lagi mungkin utuh seperti sebelumnya,
Oleh karena itu,alangkah baiknya,bila kita senantiasa mengingatkan diri kita,bahwa ada begitu banyak hal hal penting,dirasakan dalam hidup kita,tapi jangan lupakan ,bahwa kebahagiaan keluarga adalah prioritas nomor satu,.
Hindari Pembicaraan Yang Menyerempet Bahaya
Antara lain ,dengan menghindari diri dari :
- berbicara dalam gaya politikus
- saling melakukan interogasi antar suami istri
- saling berbicara sambil menyindir
Mungkin saking mendalamnya terdistorsi oleh berbagai masalah polittik,maka terjadi semacam komplikasi dalam diri ,sehingga gaya politikus,dibawa masuk kedalam pembicaraan dalam rumah tangga.Contoh pembicaraan seperti dibawah ini:
"Maksud mama apa sih? Ya ,nggak mungkinlah tiba tiba ada yang mau ngantarkan kue,kalau tidak ada maunya sama mama" Atau" Wah,papa pasti rapat lagi ya? Dan rapatnya di Puncak lagi heheh" ,kata istri tertawa ,memancing suami."Gimana sekretarisnya pasti cantik cantik ya pa ?heheheh"
Dan suami bertanya:" Mama beli porslein kuno jutaan rupiah,pasti dapat uang hadiah dari teka teki silang yaa? " tanya suami menyelidik.
Nah,gaya politikus seperti ini,sesungguhnya ,sudah menciptakan dinding penyekat,antara suami dan istri. Alangkah baiknya,bila dalam keluarga,kita saling berbicara secara terbuka dan menyelesaikan segala sesuatu dengan baik. Bilamana ada hal hal yang tidak disukai atau tidak dimengerti,maka bertanyalah dengan tulus. Jangan menyelidiki pasangan ,seperti KPK menyelidiki tersangka Koruptor.
Saling interogasi antara suami istri
Bila ada yang perlu ditanyakan,jangan didiamkan,tapi bisa langsung dibicarakan dengan tulus hati,tanpa ada rasa saling mencurigai,. Jangan menggunakan gaya interogasi antar suami istri. Misalnya:" Darimana saja seharian? " Koq kesana ? Jam berapa tadi kesana ? Siapa saja yang ada disana?" dan seterusnya dan seterusnya.Pertanyaan pertanyaan yang bernada tuduhan dan menyudutkan,pasti akan melukai hati pasangan hidup kita. Apakah suami terhadap istri,maupun istri terhadap suami. Merasa sudah tidak lagi dipercayai,akan menghadirkan rasa kekecewaan yang mendalam. Akibatnya suasana dalam rumah tangga mulai mengalami goncangan.
Gaya interogasi ini secara tanpa sadar sering kali diterapkan dalam kehidupan rumah tangga,,walaupun dibungkus dengan kalimat kalimat :” papa dan mama atau kata kata sayang,” namun esensialnya terjadi saling interogasi antara suami dan istri. Bila hal ini dibiarkan berlanjut,maka pembicaraan yang mengunakan bahasa dan gaya politikus atau gaya diplomasi tinggi,akan berubah arah menjadi saling diam antara suami dan istri.
Padamkan Api Selagi Masih Kecil
Sekecil apapun api yang menyala dalam kehidupan ,perlu sesegera mungkin dipadamkan.Karena bila dibiarkan, maka ia akan membakar dan menghanguskan apa saja yang ada. Membina hubungan kekeluargaan butuh waktu bertahun tahun,bahkan mungkin belasan tahun.Namun untuk menghancurkannya tidak butuh waktu lama. Karena itu,jangan bawa bawa gaya politik kedalam rumah tangga. Bicaralah dari hati kehati. Bila ada hal yang tidak disukai,maka katanlah dalam bahasa sederhana.Jangan gunakan cara cara politik,yang berkelit kelit dan berbelit ,serta saling menohok antar pasangan suami istri,
Untuk dapat menerapkan hal ini, hal diperlukan ,yakni cinta kasih yang tulus dan jangan ada dusta diantara suami dan istri. Jangan lupa bahwa rumah tangga adalah ibarat sebuah kapal yang berlayar disamudra luas.Menantang badai dan gelombang, Bahtera rumah tangga,hanya akan mampu melalui badai dan topan kehidupan ,bilamana ada kerja sama antara nahkoda dan awak kapal.Tanpa adanya kerja sama ,maka dipastikan kapal akan terkandas dan karam ditengah lautan.
Jangan Korbankan Rumah Tangga dan Persahabatan
Silakan berpolitik ria diluar sana,tapi janganlah membawa bawa politik kedalam kehidupan berumah tangga Maupun dalam hubungan persahabatan kita.Karena urusan politik berpotensi menjadi petaka bagi keharmonisan rumah tangga dan kelangsungan hubungan persahabatan kita
Tulisan ini,hanya sekedar memberikan gambaran ,,bahwa bilamana urusan politik atau gaya bahasa politis , diusung kedalam kehidupan berkeluarga dan persahabatan,hanya akan menciptakan jurang pemisah.Contoh dan bukti,tidak perlu cari di google,karena ada di depan mata kita masing masing.Betapa orang yang dulu menjadi sahabat kita,kini sudah tidak lagi bertegur sapa,hanya lantaran urusan politik.
Tidak ada orang untuk mengatur ngatur hidup kita,termasuk tentunya diri saya sendiri, tetapi menuliskan hal ini sebagai sharing kehidupan,tentu tidak ada salahnya.Hanya sekedar sebuah pandangan saja.Yang mudah mudahan,ada manfaatnya atau setidaknya menjadi masukan bagi orang banyak. Agar jangan sampai urusan politik ,menciptakan keretakan dan perpecahan dalam rumah tangga dan saling diam antar sesama sahabat
Jangan lupa,bahwa sosok yang kita bela mati matian,kelak kalau terpilih jadi gubernur atau Presiden,kemungkinan seper sejuta persen,akan mengenali diri kita. Hiduplah dengan berpijak pada realita ,bahwa suatu waktu,bilamana kita terkapar jatuh sakit dan terbaring tak berdaya dirumah sakit, maka yang akan mengurus kita adalah keluarga kita,bukan partai manapun. !
Tjiptadinata Effendi