Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Generasi Muda Tionghoa, Kehilangan Jejak Leluhur, Karena Alasan Agama

31 Januari 2017   18:50 Diperbarui: 31 Januari 2017   18:59 1020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun lama kelamaan ,generasi muda,sudah tidak tahu lagi makna dari ucapan ini,sehingga di singkat saja menjadi :"Kionghie" atau "selamat" Sumber dari Saudara kami yang menetap di Daratan Tiongkok dan kiriman dari sepupu saya dari Romo Jeffrey Lie. yang intinya ,menyayangkan ,bahwa generasi muda Tionghoa ,yang sudah memeluk agama lain,selain dari Buddhist ,tidak lagi ikut merayakan Imlek.Lantaran menganggap, Imlek adalah bagian dari agama Buddha. 

Catatan Penulis

Bayangkan dari sekitar 200 orang sanak keluarga dekat kami,kemarin di hari Tahun Baru Imlek,kami hanya mendapatkan ucapan Selamat dari belasan orang saya. Malahan hampir 200 ucapan selamat Tahun Baru Imlek,justru datang dari teman teman kami ,yang beragama islam .Seperti yang dapat dibaca secara terbuka dilaman facebook saya. Tapi,yaa mau apa lagi? Sebuah kenyataan pahit memang,bahwa generasi muda ,melupakan tradisi leluhurnya,lantaran sudah memeluk agama lain. (Saya dan istri, masih tetap beragama Katholik,walaupun kami setiap tahun merayakan Tahun Baru Imlek)

Terputusnya mata rantai ,dari generasi muda Tionghoa untuk ikut merayakan Tahun Baru Imlek,berdampak,antara sesama anggota keluarga,yang selama ini setidaknya saling berkomunikasi setahun sekali, kini sudah tidak ada lagi, Mata rantai ,pertalian keluarga dan kekerabatan terputuslah sudah. Tidak jarang,saya memanggil sebutan :" mbak' pada ponakan kandung ,karena sudah tidak lagi saling berkomunikasi. Karena itu,November tahun lalu,ketika salah satu ponakan saya menikah di kota kecil Payahkumbuh dan bertepatan,kami sedang berada di indonesia,maka kami mengeser jadwal lainnya,agar dapat hadir dalam pesta pernikahan ponakan kami Ivana, 

Ternyata disana,kami bertemu dengan sanak famili dan ponakan,yang sejak lahir belum pernah ketemu ,tiba tiba sudah menjadi orang dewasa. Kalaulah momentum itu kami lewatkan,maka kami akan kehilangan jejak ponakan kami,yakni anak anak kakak kandung sendiri. Betapa akan menjadi sesalan. 

Lebih Baik Terlambat .dari pada Tidak Sama Sekali

Mungkin kondisi ini,sudah agak lama terbiarkan,Namun ,masih ada waktu untuk memperbaikinya.Better late than never. Terutama bagi generasi muda keurutann Tionghoa,saya informasikan,bahwa di Gereja ST, Mary di Whitford, Joondalup, secara resmi, Gereja mengadakan acara makan malam bersama umat dalam rangkan merayakan Tahun Baru Imlek. Padahal ,orang Tionghoa yang berada di Paroki ini,bisa dihitung dengan jari.namun sebagai refleksi,bahwa gereja tidak ingin,umatnya masuk agama katholik ,tapi kehillangan jejak leluhurnya.

Semoga menjadi renungan 

 Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun