Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kaya Ilmu Dunia Akhirat, tapi Miskin Budi, Mengapa?

29 Januari 2017   10:48 Diperbarui: 29 Januari 2017   11:34 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ini hanya sebuah contoh kecil. Tentu bukan berarti kita menaruh simpati dan "merestui" bahwa kalau miskin dan bodoh,boleh mencopet,tapi sebuah gambaran,betapa buasnya masyarakat terhadap pelaku tindak kejahatan yang tidak berdaya. Tapi, kalau pelaku kejahatan berjas dan berdasi,maka banyak orang yang berebutan mau menjadi pembelanya.

Dunia yang Tidak Adil,ataukan Manusianya?

Menengok semuanya ini, paling kita hanya dapat menarik nafas panjang dan berkata: "dunia sungguh  tidak adil" Padahal dunia tidak bersalah apa apa,justru penghuninya yang telah menodai dunia ini,dengan melakukan tindakan yang sangat tidak bermoral dan memalukan,serta menista harkat umat manusia itu sendiri.

Tentu tidak pas,bila kita langsung mengambil kesimpulan: "Kalau begitu ,lebih baik manusia tanpa ilmu, tapi kaya akan budi,daripada kaya ilmu dunia akhirat,tapi miskin budi?" Pertanyaannya memang sangat gampang,tapi menjawabnya,butuh renungan pribadi yang mendalam.Karena orang orang yang selama ini,dianggap tokoh masyarakat,yang dijadikan panutan dan pedoman hidup,tapi ternyata,tidak lulus dalam ujian ilmu kehidupan!

Didik Anak Sejak Dini, Menjadi Manusia Cerdas, jangan Menjadi Manusia yang Cerdik

Apapun harapan kita untuk terjadinya sebuah perubahan dalam masyarakat,selalu harus dimulai dari diri kita dan keluarga kita., Alangkah eloknya, bila sedini mungkin kita didik generasi muda, untuk menuntut ilmu, menjadi manusia yang cerdas. Jangan membiarkan anak anak kita,terjerumus untuk mentransformasikan, kecerdasannnya menjadi sebuah kecerdikan. Yang hanya akan membawa petaka,bukan hanya bagi dirinya,tapi juga petaka bagi orang banyak,dan menistakan harkat manusia,sebagai makluk yang berbudi luhur.

Tjiptadinata Effendi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun