Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kaya Ilmu Dunia Akhirat, tapi Miskin Budi, Mengapa?

29 Januari 2017   10:48 Diperbarui: 29 Januari 2017   11:34 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kaya Ilmu Dunia dan Ilmu Akhirat,Tapi Miskin Budi- Mengapa Bisa Begitu Ya?

Rata rata yang terjaring dalam OTT ataupun OTK (Operasi Tangkap Kaki),semuanya adalah sosok yang kaya raya. Kaya dengan harta, kaya dengan Ilmu duniawi dan juga kaya dengan ilmu Akhirat. Tapi mengapa ya, koq bisa tersandung dan menjadi sangat miskin budi?

"Say No, to corruption!" ee malah melakukannya. Mengajarkan tentang kebaikan,tentang budi luhur dan mengingatkan orang tentang akhirat,tapi koq mendadak mengalami amnesia? Menjadi lupa ingatan dan melakukan justru hal hal yang selalu diajarkan kepada orang banyak, yakni tentang harkat manusia yang berbudi luhur?Sungguh sangat sulit dipercayai,tapi ternyata hal tersebut adalah fakta aktual yang telah terjadi dan masih terus berlangsung. Tanpa harus menyebutkan nama nama,sudah menjadi rahasia umum,bahwa yang tertangkap basah,maupun tertangkap kering,adalah orang orang yang menyandang gelar berlapis lapis.

Tentu tak elok,bila kita mengeneralir bahwa semua orang berilmu dan terpelajar,berprilaku begitu rendahnya,melainkan sekedar merujuk pada fakta, bahwa ketinggian ilmu,baik ilmu duniawi,maupun ilmu akhirat, tak ada artinya.bila tidak disertai dengan keluhuran budi. Karena bila terlanjur terjebak dalam kondisi ini,maka kepintaran yang sesungguhnya merupakan hal yang patut disyukuri dan di jadikan bekal untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang banyak,ternyata telah ber metamorfosa menjadi kecerdikan.

Pelanduk yang Cerdik

Tokoh : "Pahlawan" dalam kisah "Pelanduk yang Cerdik", sesungguhnya menjadi cikal bakal,terjerumusnya generasi muda, kedalam kecerdikan dalam memanfaatkan kepandaiannya demi untuk kepentingan diri,tanpa menghiraukan duka nestapa yang disisakan bagi orang lain.

Contoh: Pelanduk berhasil menipu petani,ketika terjaring OTT mencuri ketimun, Pelanduk pura pura mati dan ketika dilemparkan disemak semak,ternyata Pelanduk yang cerdik,melarikan diri. Ia berhasil menipu petani yang bodoh. Nah,dalam tokoh ini, secara sadar maupun tidak,kita sudah men tokoh kan si Pelanduk dan menjadikannya Sang Pahlawan, karena mampu menipu manusia,yang berprofesi Petani.

Kisah ini,telah menginspirasi banyak orang pintar ,untuk melakukan transformasi dari kepintaran menjadi : "kecerdikan", Yakni berpura pura jadi orang baik, sehingga di tokohkan oleh masyarakat. Nah, pada waktu itulah dengan kecerdikan seekor pelanduk, ia memainkan peranannya dan menipu begitu banyak orang.

Tukang Copet Dihajar Hingga Muntah Darah

Kisah ini ,sesungguhnya sudah usang, karena semua orang sudah tahu. Bahkan tidak sedikit yang sudah menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Termasuk diri saya pribadi. Di Pasar Baru, seorang anak usia paling banyak 15 tahun, tertangkap tangan mencopet dompet seorang wanita. Ia dihajar hingga muntah darah. Memohon mohon agar diampuni, tapi tak ada yang berbelas kasih. Semua orang seakan setuju: "Mampuskan saja tukang copet itu"

Ditangan si anak ,masih menggengam selembar uang Rp.10.000 yang lusuh dan oerlahan lahan terlepas dan kemudian ,tubuh itu terdiam.. Sudah puas? Belum,masih ada yang menginjaknya. Syukur ada TNI yang mencegah dan membawanya kerumah sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun