Semakin jauh menapaki kaki, memasuki lubang ini, tanpa terasa ,membuat kita merinding. Ada beberapa ruangan khusus terdapat di terowongan ini:
- ruang pengintaian,
- ruang penyergapan,
- penjara
- gudang senjata
- ruang penyiksaan
Ruang penyiksaan dan pembantaian ini dinamakan :Dapur"
Kalau dapur dalam sebuah rumah atau restoran,berfungsi untuk mencincang daging dan sayuran yang akan dimasak,maka "dapur" disini adalah untuk menjagal manusia.Dan manusia yang dijagal itu adalah para romusha ,yang nota bene adalah para pahlawan tak dikenal ,yakni anak bangsa Indonesia.
Menurut Pemandu ,yang bernama Robbi,(nama sebenarnya), puluhan sampai ratusan ribu tenaga kerja paksa dikerahkan dari Pulau Jawa,Sulawesi dan Kalimantan, yang di buang disini, untuk menggali terowongan ini.
Pemilihan tenaga kerja dari luar daerah ini merupakan strategi kolonial Jepang untuk menjaga kerahasiaan megaproyek ini. Karena perbedaan daerah, maka para tawanan Jepang yang pada masa itu dikenal dengan nama :” Orang Rantai” tidak tahu ,persisnya mereka itu berada dimana. Sedangkan tenaga romusha yang dari Bukittinggi sendiri dikerahkan di antaranya untuk mengerjakan bunker bunker ini di Bandung dan di Biak.
Mengunjungi objek bersejarah dan salah satunya di Lubang Jepang ini, tidak hanya sekedar memuaskan dahaga keinginan tahu,melainkan lebih daripada itu,adalah untuk melawan lupa.Bahwa kemerdekaan yang dapat dinikmati oleh bangsa Indonesia,termasuk diri kita,bukan diperoleh sebagai hadiah,melainkan hasil dari kematian tragis ratusan ribu para pendahulu kita.
Lubang Jepang ini, baru di resmi di jadikan objek wisata,pada tahun 1984.Lubang ini menyimpan histeri sejarah, yang merupakan sejarah hitam ,bagi bangsa Indonesia,,karena pernah berada dalam jajahan Jepang.