Hindari Hidup Dalam Kepura Puraan
Pura pura atau dalam bahasa Inggeris disebutkan :"Pretend", kalau dalam kontek sebuah  pementasan sandiwara adalah sah sah saja. Maupun dalam acara lawakan,dapat dikatakan Pelaku atau Pemainnya, menampilkan kepura puraan. Kalau dalam sebuah pementasan drama kepura puraan diperlukan, untuk memancing emosi para penonton,agar ikut larut dalam kisah yang dipentaskan.
Bahkan kalau penonton,ikut menangis saking haru nya,maka dapat dikatakan pementasan drama,berlangsung sukses.Tapi bilamana pementasan drama,para penonton malahan ketawa terbahak bahak, maka pementasan drama sudah menggalami kegagalan total. Karena tidak mencapai tujuannya.
Sementara itu ,dari sudut lawakan,Badut atau Pelawak,harus mampu menciptakan kepura puraan,sehingga mendorong para penonton untuk ketawa terpingkal pingkal. Kendati pada saat itu,mungkin saja, istrinya atau anaknya lagi terbaring di rumah sakit atau bahkan dirinya sendiri yang sedang menderita, tak boleh ditampilkan dalam lawakan. Karena memang seorang Pelawak atau Badut, di bayar dan dituntut, untuk dapat membuat para penonton ketawa dan terhibur.
Jangan Sampai Terbawa Dalam Kehidupan Nyata
Akan tetapi,kita menyaksikan ,lebih banyak orang yang bukan pemain sandiwara dan juga bukan pelawak ataupun badut,tapi memainkan kepura puraan dalam perjalanan hidupnya,dalam berinterkasi dalam hidup bermasyarakat. Begitu piawainya memainkan peranannya,sehingga jangankan orang lain,atau kenalan,bahkan orang orang terdekatnya pun,tidak mengenal,sesungguhnya siapa adanya dirinya yang sejati.
Hidup dalam kepura puraan adalah identik dengan hidup dalam kepalsuan. Hidup dalam kepalsuan adalah menipu diri sendiri dan menipu orang lain. Berpura pura baik,tampil menolong orang, membagikan ini dan itu,tapi sesungguhnya, apapun yang dilakukannya adalah dalam konteks memainkan perannya,yakni mencapai sesuatu yang menjadi tujuannnya. Memberi,karena mengharapkan balasan, menolong, agar mendapatkan imbalan yang menguntungkan. Tampil sebagai orang bijak dan tebar pesona,hanyalah untuk meraih popularitas diri belaka.
Suatu Waktu, Wajah Asli  Pasti Akan Tampak
Sehebat apapun seseorang memainkan peranannya,dalam menciptakan kepura puraan,suatu waktu entah karena apa,pasti akan ketahuan  siapa sesungguhnya dirinya yang sejati. Bila menonton kisah kisah Tiongkok Kuno,yang menggambarkan .bagaimana seekor siluman srigala,berhasil menipu begitu banyak orang,sehingga diangkat menjadi pemuka masyarakat, ternyata suatu waktu,ketika mencium bau daging,maka wajah aslinya sebagai srigala muncul kepermukaan .Dan  ketahuanlah bahwa ,sesungguhnya ia bukan manusia baik baik,melainkan seekor srigala yang  menyamar dalam ujud manusia.
Always Be Your Self
Hidup itu akan menjadi perjalanan yang indah, walaupun mungkin kita tidak hidup dalam tumpukan harta,selama kita mampu menjadi diri kita sendiri. Tampil apa adanya. "Inilah diri saya"
Sehingga dengan demikian,siapapun orang yang pernah menjadi sahabat kita,tidak akan kecewa,karena sebelum memutuskan untuk menjalin pertemanan ,maupun persahabatan ataupun hubungan kekeluargaan dengan diri kita,sudah mengetahui,diri kita yang sesungguhnya. Sehingga tidak ada orang yang merasa tertipu dan menyesal, bahwa ia pernah bersahabat dengan diri kita.
Memiliki Idola dalam hidup kita,adalah sesuatu yang sangat wajar. Idola itu bisa siapa saja.tidak harus sebangsa dan sesuku atau seiman dengan diri kita. Kita mengidolakan sesosok manusia, karena berbagai faktor ,antara lain karena kagum atas:
- prestasinya
- kebaikannya
- kejujuran
- sikapnya yang bersahabat
- kesholehannya
- kepiawaiannya dalam berbagai hal
Namun,ada hal yang patut menjadi falsafah hidup kita adalah: "jadilah diri kita sendiri".Karena hidup dalam bayang bayang orang lain,bukanlah sesuatu yang menyenangkan hati. Hidup dalam bayangan orang lain,sesungguhnya adalah penistaaan atas diri kita sendiri. Mengingkari eksistensi diri kita ,karena terlalu mengagungkan orang lain.
Biarkanlah orang lain, teman, sahabat dan keluarga kita menengok kita apa adanya. Dengan segala kelebihan yang mungkin kita miliki dan sekaligus kekurangan yang pasti ada dalam diri setiap orang.
Dan bilamana,setelah mengetahui siapa diri kita,bahwa kita bukan orang kaya dan juga bukan dari keluarga pejabat dan orang mundur dan tidak jadi berteman dengan kita,juga tidak menjadi masalah.Hal ini jauh lebih baik,ketimbang orang bersahabat dengan kita,lantaran berpikir kita orang berada atau memiliki power untuk dapat membantunya,makia ia mau menjadi sahabat kita,Tapi setelah tahul,bahwa diri kita ,bukan seperti yang diharapkannya,maka orang akan kecewa dan meninggalkan kita .Â
Tampil apa Adanya ,Mengurangi Beban Hidup
Tampil apa adanya,akan mengurangi beban hidup, Bila tiba tiba ada teman atau sahabat datang berkunjung,maka kita tidak harus pontang panting,membenahi diri,agar sesuai dengan gambaran yang diharapkan orang. Contoh aktual adalah ketika,sahabat Kompasianer Pak Rudy Geron, berkunjung ke wollongong,maka kami jemput dengan mobil bekas yang sudah penyok sana sini. Kami tampil apa adanya,namun ternyata hal ini ,klop dengan sikap pak Rudy dan istri,sehingga setelah kunjungan tersebut,kami malah diundang ke Lombok dan di berikan penginapan di Hotel berbintang, Lombok Raya.
Dibawa pesiar sana sini,yang menghabiskan dana lebih dari 10 juta rupiah dan semuanya ditanggung pak Rudy dan istri, Bagi kami hal ini,adalah sebuah penghargaan yang tak ternilai,bukan karena dibayarkan,tapi karena kami diterima sebagai bagian dari keluarga pak Rudy,Karena itu hidup apa adanya,adalah jalan terbaik,untuk meraih ketenangan diri.
Hidup tanpa kepalsuan,akan menghadirkan kedamaian ,sepanjang hayat kita.Tidak hanya bagi diri sendiri,tapi bagi semua orang yang dekat dengan diri kita.So,always be your self
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H