Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tahun Baru, Harapan Baru dan Semangat Baru!

31 Desember 2016   08:14 Diperbarui: 31 Desember 2016   08:54 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Shutterstock

Apa yang Terjadi Ketika Kegagalan Memeluk Kita?

Kita menangis. Walaupun mungkin tidak meraung-raung seperti anak kecil kehilangan mainan kesukaannya, tapi ada ratapan yang tidak kurang menyakitkan, yakni meratapi kegagalan. Walaupun mungkin sudah ada yang mengingatkan bahwa meratapi kegagalan tidak akan mengubah apapun, malah memperburuk keadaan. Namun, secara diam-diam setiap orang yang pernah alami kegagalan dalam hidupnya pasti akan menangis dalam hati.

Dan saya pribadi sudah merasakannya. Walaupun sudah berlalu puluhan tahun lalu, tapi ketika menuliskan artikel ini masih terbayang dengan sangat jelas, bagaimana kami menjalani hidup selama tujuh tahun diterpa kegagalan demi kegagalan. Merasa dicampakkan oleh lingkungan, tak ditengok sebelah mata. Bahkan ketika hidup terpuruk tidak jarang orang tidak mau membuka pintu rumahnya untuk kita, karena takut kita akan meminjam uang. Hukum yang berlaku dalam masyarakat terkadang sadis dan sangat kejam. Tak mengenal belas kasih. Bila kita tertawa, maka seluruh dunia akan ikut tertawa., tapi ketika diri kita terpuruk ketitik nadir dan menangis, maka kita akan menangis sendirian.

Ada beberapa orang teman saya bunuh diri dengan jalan menyilet perutnya sendiri, karena merasa bertahun-tahun jadi beban keluarga karena tidak bisa bekerja karena sakit terus menerus. Teman saya yang lainnya, minum racun serangga, tapi tidak langsung tewas. Menderita berbulan-bulan sebelum meninggal karena hal yang sama, yakni tidak mampu menghidupkan anak dan istri. Yang satu lagi, mengambil jalan pintas tapi mati tertembak.

Syukur saya didampingi istri dan putra kami yang baru satu orang pada waktu itu begitu mengasihi diri saya. Cinta kasih mereka memberikan saya kekuatan untuk mampu bertahan dan bersyukur setelah didera dan ditempa selama bertahun-tahun, akhirnya habis gelap terbitlah terang dalam hidup kami.

Membangun Semangat Baru

Membangun semangat baru dengan melepaskan diri dari belenggu kegagalan, menjadikan kegagalan pembelajaran hidup, menyusun rencana tahun kedepan, melakukan introspeksi untuk tidak mengulangi kesalahan. Jangan pernah putus asa  karena bila orang sudah putus asa, berarti ia sudah mati. Tumbuhkan keyakinan diri bahwa suatu waktu badai pasti berlalu dan bahwa tidak akan selamanya gelap pasti akan tiba waktunya datang terang.

Ada 2 Jenis Kondisi yang Dapat Membelenggu Jiwa Kita

Yakni :

  1. belenggu kegagalan
  2. belenggu kesuksesan

Seperti halnya orang tidak hanya mabuk karena minum alkohol, tapi ada banyak hal yang dapat menyebabkan orang mabuk, misalnya : mabuk cinta, mabuk kegagalan, mabuk kesuksesan dan seterusnya.

Begitu juga orang tidak hanya bisa terbelenggu secara fisik,tapi bisa juga terbelenggu secara kejiwaan, Walaupun berbeda belenggu, namun mengakibatkan kondisi  yang hampir sama, yakni orang yang terbelenggu tidak lagi memiliki kebebasan diri. Terpana dan terpancang pada kondisinya, sehingga tidak lagi mampu berbuat sesuatu yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun