Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tidak Semua Orang Pernah Jadi Ibu, tapi Semua Orang Pasti Pernah Jadi Anak

22 Desember 2016   07:54 Diperbarui: 22 Desember 2016   13:48 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merayakan Hari Ibu. Infomakkah

Masih Adakah Kado Untuk Ibu?

Masihkah ada kado untuk ibu dihari istimewa ini? Tentu jawabannya kembali kepada diri kita masing masing. Karena kondisi ekonomi yang berbeda, masalah hidup yang membelit, sehingga bukan mustahil banyak yang bahkan lupa bahwa hari ini adalah hari yang dirayakan secara nasional sebagai hari ibu.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dan bagi kaum ibu yang sudah terlebih dulu meninggalkan dunia ini mungkin lebih tepat bila disebutkan memperingati. Kado tentunya bukan semata dalam bentuk barang berharga yang dibungkus rapi melainkan bisa juga dalam wujud setangkai mawar yang dipetik di pekarangan rumah. 

Karena bagi seorang ibu, ia tidak menengok seberapa mahal kado yang diberikan oleh anak anaknya tapi sudah merasa bahagia bila seorang anak menunjukkan rasa cinta kepada dirinya sebagai wanita yang sudah melahirkan dan membesarkan anak anaknya. Walaupun hanya dalam bentuk sekuntum bunga.

Wanita yang Siap Mempertaruhkan Hidupnya bagi Anak-anaknya 

Seorang Ibu adalah wanita yang siap mati demi melindungi anak-anaknya. Kalimat ini sudah tertanam dalam dalam di hati kita semenjak masih kecil hingga kini menua. 

Namun ada pertanyaan yang menggelitik ”masihkah kaum ibu di era milenium ini mampu mempertahankan gelar kehormatan seperti yang dituliskan di atas, yakni siap mempertaruhkan nyawa demi anak-anaknya?”

Agak tercenung kita sesaat untuk memberikan jawabannya. Mungkin hanya kaum ibu lah yang berhak dan dapat menjawab dengan tepat. Mengapa ada setitik kegamangan dalam memberikan jawaban, tentu tidak terlepas dari berita berita menyedihkan betapa ada wanita Indonesia yang demi kesenangan dirinya sendiri malah mengorbankan anak anak mereka. Walaupun jumlahnya hanya segelintir, namun ibarat kata pribahasa ”karena nila setitik, rusak susu sebelanga.”

Hari ini tanggal 22 Desember 2016 merupakan Hari Ibu yang dirayakan secara nasional di seluruh Indonesia. Kalau kita membaca di wikipedia, di dunia ini ada 75 negara yang merayakan hari ibu. Walaupun tanggalnya berbeda beda dan juga cara mengekspresikan ungkapan rasa hormat dan cinta kepada wanita yang disebut ibu ini juga memiliki gaya dan budaya masing masing.

Hari Ibu di Luar Negeri

Sebagai orang yang sudah tinggal selama lebih dari 10 tahun, di Australia setahu saya Mother's Day dirayakan pada minggu kedua dalam bulan Mei, yang jatuh pada hari Minggu dan di negeri lain disebut sebagai International Women's Day.

Beda tanggal, beda gaya dan beda budaya, tapi manusia yang memahami peran dan arti seorang wanita yang sudah menghadirkannya di dunia ini sama, yakni mengaplikasikan rasa hormat dan cintanya. Baik bagi kaum ibu yang masih bersama di dunia ini maupun yang sudah tiada. Karena kendati fisiknya sudah melebur dengan bumi, tapi cinta kasih kepada anak anak yang telah dilahirkan dan dibesarkannya akan terpatri secara abadi.

Sejarah Singkat Lahirnya Hari Ibu di Indonesia

Perayaan Hari Ibu di Indonesia yang dirayakan secara nasional di seluruh Nusantara jatuh pada setiap tanggal 22 Desember diresmikan oleh Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden No,316 tahun 1953 yang bertepatan dengan Ulang Tahun ke 25 Kongres Perempuan Indonesia. Dengan tujuan untuk mengingat dan menghargai semangat kaum wanita Indonesia serta mengawal rasa hormat dan cinta kepada kaum ibu.

Tercetusnya Hari Ibu ini terinspirasi oleh para pahlawan wanita Indonesia di abad ke 19, maka Presiden Soekarno memutuskan untuk menjadikan tanggal 22 Desember ini, sebagai hari untuk mengenang pahlawan wanita. (sumber: wikipedia).

Renungan di Hari Ibu

Mungkin ada secercah tempat di sudut hati kita masing masing,untuk melakukan refleksi diri. Sehingga hari Ibu ini tidak hanya bermakna kain kebaya dan lomba di sana sini. Melainkan mencoba memaknai secara lebih mendalam, arti dan makna hari ibu. Bagi kita sebagai seorang anak dan sebagai seorang wanita yang telah melahirkan anak anaknya.

Tidak semua orang pernah menjadi seorang ibu, tapi setiap orang pasti pernah menjadi anak yang terlahir dari rahim seorang wanita. Sebaliknya sebagai wanita yang telah melahirkan anak anaknya apakah masih berlaku bahwa ”Seorang ibu siap mengorbankan hidupnya, demi kebahagiaan anak anaknya?”

Mari kita tanya hati kita masing masing. Karena di sana pasti akan ada jawabannya,

Selamat Hari Ibu

22 Desember 2016

Tjiptadinata Effendi

(yang pernah menjadi seorang anak)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun