Beda tanggal, beda gaya dan beda budaya, tapi manusia yang memahami peran dan arti seorang wanita yang sudah menghadirkannya di dunia ini sama, yakni mengaplikasikan rasa hormat dan cintanya. Baik bagi kaum ibu yang masih bersama di dunia ini maupun yang sudah tiada. Karena kendati fisiknya sudah melebur dengan bumi, tapi cinta kasih kepada anak anak yang telah dilahirkan dan dibesarkannya akan terpatri secara abadi.
Sejarah Singkat Lahirnya Hari Ibu di Indonesia
Perayaan Hari Ibu di Indonesia yang dirayakan secara nasional di seluruh Nusantara jatuh pada setiap tanggal 22 Desember diresmikan oleh Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden No,316 tahun 1953 yang bertepatan dengan Ulang Tahun ke 25 Kongres Perempuan Indonesia. Dengan tujuan untuk mengingat dan menghargai semangat kaum wanita Indonesia serta mengawal rasa hormat dan cinta kepada kaum ibu.
Tercetusnya Hari Ibu ini terinspirasi oleh para pahlawan wanita Indonesia di abad ke 19, maka Presiden Soekarno memutuskan untuk menjadikan tanggal 22 Desember ini, sebagai hari untuk mengenang pahlawan wanita. (sumber: wikipedia).
Renungan di Hari Ibu
Mungkin ada secercah tempat di sudut hati kita masing masing,untuk melakukan refleksi diri. Sehingga hari Ibu ini tidak hanya bermakna kain kebaya dan lomba di sana sini. Melainkan mencoba memaknai secara lebih mendalam, arti dan makna hari ibu. Bagi kita sebagai seorang anak dan sebagai seorang wanita yang telah melahirkan anak anaknya.
Tidak semua orang pernah menjadi seorang ibu, tapi setiap orang pasti pernah menjadi anak yang terlahir dari rahim seorang wanita. Sebaliknya sebagai wanita yang telah melahirkan anak anaknya apakah masih berlaku bahwa ”Seorang ibu siap mengorbankan hidupnya, demi kebahagiaan anak anaknya?”
Mari kita tanya hati kita masing masing. Karena di sana pasti akan ada jawabannya,
Selamat Hari Ibu
22 Desember 2016
Tjiptadinata Effendi