Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Beda Cara Mendidik, Beda Hasilnya

21 Desember 2016   19:17 Diperbarui: 26 Desember 2016   13:20 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
keterangan foto: Mahasiswa asal Indonesia,kerja paruh waktu disalah satu supermarket di Western Australia -dok, pribadi

Mereka dididik untuk memperhitungkan waktu untuk antri,lamanya perjalanan,hingga tiba ditempat tujuan. Mereka dilatih,kalau tidak mau datang terlambat ketempat tujuan,harus datang lebih awal,bukan dengan menyerobot antrian,untuk tidak terlambat. Apapun alasannya.

Anak anak dididik,walaupun mungkin ayahnya pejabat ,atau sekalipun wali kota,tetap saja harus patuhi aturan,bahwa yang datang duluan,antri paling depan dan yang datang belakangan ,harus mau antri dibagian paling belakang,

Mendidik anak ,untuk mengisi waktu tunggu,yang mungkin saja cukup lama,dengan hal hal positif,bukan semata main game,tapi berbicara dengan orang disekeliling atau minimal menyapa :"Hi " untuk menghormati orang lain. 

Sekaligus diberikan pemahaman,bahwa bila melanggar salah satu dari aturan yang di tuliskan ,maka ia akan didenda. Dan anak anak juga diberikan pemahaman, bahwa semua aturan ada untuk ditaati dan tak seorangpun akan luput dari denda, termasuk bila yang melakukan pelanggaran anak pejabat ataupun anak Wali Kota.

SMP Sudah Kerja

Begitu anak anak duduk di bangku SMP,maka sekolah mereferensikan mereka untuk bekerja part time.Misalnya di toko roti,Mac Donald atau pun di KFC,Dengan gaji 8 dolar per jam. Walaupun mereka hanya bekerja selama dua atau tiga jam sehari,seminggu mereka sudah mendapatkan gaji sekitar 80-100 dolar. Lumayan untuk uang jajan dan tidak perlu minta pada orang tua ,

SMA gaji sudah 12 dolar,Cucu kami dulu kerja di toko roti ,sejak SMP dan kemudian di SMA di restoran ,hingga kuliah.Sementara cucu kami yang di wollongong sudah menjadi pelatih gynastic dengan honor 12 dolar sejam.

Tidak Ada Sarjana Menganggur

Siswa disini kerja paruh waktu bukan karena orang tua tidak mampu,melainkan mempersiapkan ,mereka sedini mungkin,untuk mandiri. Cucu kami beli mobil dengan uangnya sendiri. Dan ketika lulus sarjana ,tinggal  ia memilih,mau tetap kerja ditempat yang sama,atau mencari kerja dengan gaji yang lebih baik,sementara masih tetap kerja di tempat lama.

Karena itu ,praktis di "Australia tidak ada sarjana yang menganggur,karena sejak dari SMP mereka sudah dipersiapkan untuk mandiri Di Australia, sejak dari SMP siswa sudah dibiasakan untuk bekerja,tidak ada kaitannya dengan kondisi finansial keluarga. Karena hal ini sudah merupakan tradisi disini, dalam upaya mendidik anak anak mereka sedini mungkin

.Kutipan dari situs resmi website Pemerintah Australia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun