Menegakkan disiplin dengan tegas di dalam rumah tangga, tentu saja sangat perlu. Agar  disiplin yang sudah ditetapkan ditaati oleh setiap anggota keluarga. Akan tetapi cara menerapkan disiplin, tentu tidak dalam arti menghajar habis-habisan, bilamana salah satu anggota keluarga melanggar aturan yang sudah ditetapkan.
Karena bila hal ini dilakukan, akan berdampak buruk, bukan hanya bagi diri pribadi anak, tapi juga akan menyebabkan ia akan membalas perlakuan kasar dan menyakitkan pada orang lain, yang belum tentu bersalah. Tipe orang seperti ini,tidak mampu memaafkan orang lain.
Ayahnya Meninggal Anaknya Lega
Saya pernah melayat sahabat yang meninggal, sewaktu kami masih di Jakarta. Kalau lazimnya kita akan menjumpai wajah-wajah yang sedih dan sendu,karena orang yang dicintainya sudah pergi selama lamanya. Namun kaget menengok anak sahabat kami, yang sudah dewasa bukannya sedih tapi sibuk bercanda dengan para kerabat ayahnya yang datang melayat.
Hingga ada kerabatnya yang menegornya: "Anda koq tampai ceria, padahal yang meninggal ini kan ayah kandungmu?"
Tapi si anak yang sudah dewasa, hanya ketawa sambil berucap:"Kalau sudah tiba waktunya, siapapun akan meninggal" Semua mata menengok kearahnya, namun yang ditengok tampak cuek dan acuh tak acuh.
Bayangkan, kalau terhadap ayah kandungnya sendiri ia tega berlaku demikian, apalagi terhadap orang lain yang tidak ada hubungan darah dengan dirinya.
Semoga kisah kisah kecil ini, setidaknya menjadi masukan berharga bagi para orang tua. Jangan hanya berpikir dari satu sisi saja, yakni menegakkan disiplin, tapi jangan lupa, jiwa anak anak adalah ibarat kertas bersih. Bila kita tidak bertindak dengan bijak, maka sebagai orang tua yang seharusnya mengayomi dan mendidik anak anak, justru telah menodai hatinya, sehingga membentuk kepribadian yang labil dan tak berbelas kasih. Bila hal ini terjadi kelak, maka itu adalah hasil karya kita sebagai orang tua.
Hidup dalam Kasih Sayang
Kendati pernah hidup terpuruk selama tujuh tahun dan jatuh bangun dalam berusaha,serta selalu mendisplin putra putri kami, tapi karena semuanya kami lakukan dengan penuh kasih sayang dan tak sekali jua menyakiti mereka, maka buahnya kami nikmati di hari tua.
Kami bersyukur tak habis habisnya, putra putri kami teramat mencintai kami berdua. Tak sekali juga kami menadahkan tangan untuk meminta apapun, namun anak anak kami dengan penuh kasih sayang melimpahkan kami dengan segala macam cara