Kado Natal untuk Orang Miskin dan Pengungsi
Tahun lalu kado Natal menumpuk di gereja, walaupun sudah diumumkan berkali kali oleh Pastor bahwa siapa saja yang membutuhkan boleh mengambil salah satu kado yang ada dibawah pohon Natal. Kado-kado tersebut berasal dari umat yang terdiri dari pakaian, selimut, baju hangat dan barang barang makanan kering. Tapi tidak ada umat yang mau mengambilnya. Akhirnya, semua kado diantarkan ke panti-panti sosial dan pemukiman para pengungsi serta para tunawisma yang tidak ada lagi punya keluarga yang mengurus mereka.
Kalau Bisa Beli Mengapa Ambil yang Gratis
Hal ini tidak luput dari faslafah hidup yang diterapkan di sini, yakni " Kalau bisa beli, mengapa ambil yang gratis. Kalau bisa menyumbang, kenapa tidak?"
Paskah tahun lalu, menurut Australianplus terkumpul sumbangan sebesar 17 juta dollar atau senila 170 miliar rupiah untuk dibagikan kepada tunawisma dan pengungsi yang belum mendapatkan rumah yang permanen.
Uang ini terkumpul dari sumbangan masyarakat, baik dalam bentuk penjualan barang-barang bekas, sumbangan warga, termasuk sumbangan dalam bentuk tunai. Walaupun pengumpulan dana ini sehubungan dengan hari Raya Paskah, menurut Australianplus warga yang bergama Budha dan Muslim juga ikut memberikan sumbangan.
Warga yang menyumbang ala kadarnya, antara 5 – 10 dolar menyerahkan dalam bentuk tunai dalam kotak kotak sumbangan yang diletakkan di belakang gereja, Sedangkan bagi warga yang mampu menyumbangkan dalam emplop yang isinya antara 50 dollar dan ratusan dollar, serta dalam bentuk check. Untuk aksi Natal tahun ini,belum diumumkan besarnya sumbangan yang terkumpul.
Perbedaan Kesibukan
Kalau di Indonesia, pada setiap hari raya para pengusaha sibuk mencari kado untuk dipersembahkan kepada pejabat yang ada urusan dengan bisnisnya, disini pengusaha dan warga juga sibuk mengumpulkan sumbangan, tapi untuk dibagikan kepada orang-orang yang tidak mampu. Sama-sama sibuk, tapi kesibukan yang berbeda total.
Greenwood.14 Desember, 2016
Tjiptadinata Effendi