Karena ada begitu banyak bahasa tubuh yang tentu tidak mungkin semuanya dituliskan disini, maka perlu kita menyediakan waktu bagi diri sendiri untuk melakukan introspeksi diri. Setidaknya dapat membaca gestur tubuh tuan rumah ketika kita bertamu. Kalau sikap tubuh sudah menunjukkan kegelisahan, sebaiknya kita cepat-cepat pamit. Jangan sampai tuan rumah "mengusir " kita secara halus dengan mengatakan " Aduh maaf, saya harus berangkat sekarang karena ada meeting,"Â
Selamat tuan rumah masih intensif berbicara dengan kita dengan mimik antusias, artinya keberadaan kita sangat disenangi dan tidak usah buru-buru pamitan. Apalgi sudah disediakan secangkir kopi dan camilan, berarti tuan rumah menginginkan kita tinggal lebih lama dirumahnya.
Kalau Merasa Tidak Nyaman, Sebaikinya Pamitan
Kalau kita tidak merasa nyaman berbicara dengan seseorang, maka lebih baik pamitan daripada memaksa diri melanjutkan komunikasi karena berpotensi akan semakin memperuncing keadaan. Pada akhrinya akan saling melukai perasaan masing-masing. Musuh tidak usah dicari, cukup dengan menampilkan gestur yang menghina orang maka kita sudah menciptakan musuh-musuh disekeliling kita. Pernah merasakan bagaimana ketika kita dengan maksud baik, menyapa orang yang berada dalam satu lift dan wajahnya hanya terpaut 20 cm dari wajah kita, dengan anggukan ramah tapi hanya dibalas dengan melengoskan wajahnya?
Nah, kalau sudah merasakan bahwa gestur yang tidak pas telah melukai hati kita,maka hindarilah bahasa tubuh yang dapat menyakiti orang lain. Kalau tidak bisa menyenangkan hati orang, minimal janganlah menyakiti'
Burns Beach,15 Desember, 2016
TjiptadinataEffendi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI