Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menghajar Anak Demi Personal Branded

16 Desember 2016   17:28 Diperbarui: 17 Desember 2016   05:23 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menghajar Anak Sampai Berdarah untuk Tunjukkan Diri Disiplin

Banyak orang mengira bahwa pelaku kekerasan dalam rumah tangga,baik terhadap wanita,maupun terhadap anak anak adalah lantaran latar belakang pendidikan yang rendah. Kalau menurut pengamatan pribadi selama bergaul dan berinteraksi dengan segala tingkatan masyarakat justru pelakunya paling banyak dari orang yang berpendidikan.

Saya tuliskan contoh kasus yang pernah saya saksikan sendiri,yang menunjukkan bahwa tindakan kekerasan yang dilakukan orang tua terhadap perempuan dan anak anak,bukan semata lantaran kurangnya pendidikan orang tua,melainkan terpulang pada mentalitas pribadi masing masing, 

Misalnya contoh yang ini:

"Bapakmu ini adalah dosen senior yang disegani orang banyak, ternyata kelakuan kamu hanya bikin malu bapak mengerti." Dan sesaat kemudian terdengar bunyi ikat pinggang bertubi tubi ditubuh anaknya yang masih SD.Bahkan karena tidak kuat menahan sakit,anaknya berlari keluar rumah. Dan dikejar terus. "Kamu berani lari? Jangan kembali lagi !" Diancam tidak boleh kembali lagi kerumah,maka sianak terpaksa dengan ketakutan naik lagi kerumah .

Tampak bagian punggung kausnya sudah berdarah disana sini,karena disabet bertubi tubi dengan kepala ikat pinggang.Istrinya menangis memohon mohon,namun didorong oleh suaminya ,yang cendekiawan.

Gimana rasanya menengok film horor ini?Mau ikut melerai urusan dalam rumah tangga orang lain ?   Kalau mengikuti rasa hati,mau rasanya kepala laki laki terpelajar ini,ditimpuk dengan batu . Tapi kalau ini dilakukan,maka sudah jelas, kita akan masuk bui. Mau menyelesaikan masalah,dengan menciptakan masalah yang jauh lebih besar.

Terus mau mengadu kemana kita? Ke Polisi?  Jawaban yang diterima:" Pak,sebaiknya jangan campuri urusan keluarga orang lain.Karena tidak mungkin seorang ayah mau membunuh anaknya sendiri" Saya yakin,hal semacam ini, terjadi juga di daerah lainnya, dalam berbagai versi ,tapi merupakan bukti,bahwa tindakan kekerasan bisa terjadi dalam semua level latar belakang orang tua

Kisah Sedih Lainnya:

Kejadian seperti ini sudah sejak setengah abad lalu terjadi dan terus berlangsung. Bahkan sewaktu saya masih di Padang, tetangga saya yang disegani oleh masyarakat dan termasuk terpandang,suatu hari anaknya yang baru berusia sekitar 9 tahun,kedapatan mencuri mangga tetangga. Tau apa yang dilakukannya? Anaknya ditelanjangi dan diikat dipekarangan rumah.Terus di kaki anaknya di serakkan nasi .Dalam waktu beberapa menit,tubuh anaknya dipenuhi semut merah . Anaknya menjerit jerit,tapi istrinya hanya bisa meratap,tapi tidak berani menolong. Ada tetangga yang mengingatkan,tapi dijawab dengan kasar:" Tidak usah campur urusan gua mendidik anak .Urus saja rumah tangga masing masing"

Pemerintah Hanya Bermain dengan Catatan Angka

Kalau di Australia,ada anak yang disiksa orang tuanya dan tetangga menelpon,dalam waktu kurang dari 10 menit,sudah tiba mobil dinas sosial.yang didampingi Polisi. Memeriksa si anak dan menanyakan langsung Bila kedapatan tubuh sianak luka luka,maka pelakunya akan ditahan.

Pernah cucu kami mainannya patah. Maka ia menangis menjerit jerit. Karena mainan helikopter tersebut adalah hadiah ulang tahunnya.  Dibujuk ,malah semakin keras tangisnya. Dalam waktu kurang dari 10 menit, pintu rumah digedor .Ternyata petugas dinas sosial dan Polisi.

Walaupun sudah dijelaskan ,bahwa sianak menangis karena mainannya patah,tapi polisi tidak puas dan minta untuk bicara langsung dengan cucu kami..Setelah jelas,bahwa ia menangis bukan karena dipukulin,maka petugas dinas sosial dan Polisi hanya mengingatkan,untuk mendiamkan anak,karena tetangga merasa terganggu.

Hanya Bermain Catatan Angka

Menengok kondisi di negeri kita sendiri,maka kita hanya dapat menghela nafas panjang, Karena selama ini,pemerintah dan departemen terkait,hanya bisa bermain dengan angka angka dan semboyan.

Misalnya : Three Ends - hentikan kekerassan terhadap wanita dan anak -hentikan perdagangan manusia -akhiri kesenjangan ekonomi. Namun hingga saat ini baru hanya sebatas semboyan. Belum ada kesiapan aparat,untuk merespon laporan masyarakat,kecuali sudah jatuh korban .Ada HAM yang sering berteriak teriak,tapi hanya pada kasus besar saja,sementara kasus yang dianggap kecil ,hanya lewat ,Entah mungkin karena tidak diketahui atau mungkin dianggap tidak penting, tentu kita tidak bisa menjawabnya.

Koran dan media sosial ,serta berbagai siaran di televisi menayangkan ,betapa semakin hari terjadi peningkatan tindak kekerasan terhadap wanita dan anak anak.Termasuk tindakan pelecehan seksual ,Kekerasan dari orang tua kandung terhadap anaknya,dengan menyebukan angka angka .Seperti disebutkan oleh Komisi Nasional Perempuan,bahwa sudah terjadi tindak kekerasan terhadap perempuan sebanyak lebih dari tiga ratus ribu kasus.

Belum lagi tindakan kekerasan terhadap anak.Bahkan laporan yang masuk selama tahun lalu,mencapai lebih dari seribu lima ratus kasus.Tapi selain dari mengedepankan slogan slogan:"Stop Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak anak". belum tampak tindakan yang benar benar nyata ,dapat mengurangi tindakan kekerasan ini. Bagaimana masyarakat dapat berperan serta,bila laporannya hanya sebatas dicatat dan masuk koran?

Masyarakat Perlu Dididik Untuk Peduli Lingkungan

Kembali,kalau boleh memberikan contoh. Di Australia,semua warga,tanpa diminta adalah informan Polisi. Bahkan tetangga menyiksa anjingnya sendiri,dilaporkan Dan  penyiksa binatang itu didenda 5 ribu dolar atau lima puluh juta rupiah. Kalau sekali lagi ia melakukan,maka langsung akan dibui.

Saya sendiri sudah mencoba menelpon Polisi,ketika ada yang mabuk di Club,dimana sedang ada pertandingan bingo. Dalam waktu 5 menit, empat orang polisi datang dan langsung membawa orang yang mabuk tersebut. Saya sama sekali tidak dipanggil ,hanya ditelpon balik,sambil mengucapkan :" Good job,thank you for your cooperation"

Nah,karena tidak dilibat libatkan,warga dengan senang hati akan melaporkan ,apa saja yang dianggapnya tidak pantas . Misalnya ada pengemudi yang berjalan kencang dan zig zag, maka warga yang sedang berada dikendaraan lain akan menelpon.Dalam hitungan menit, kendaraan Ranger,sudah meraung raung dan menghentikan kendaraan yang dapat membahayakan pengguna jalan lainnya..

Mendidik Calon Pasangan

Disisi lain,calon pasangan yang akan menikah ,sangat perlu mendapatkan kursus tentang bagaimana mendidik anak dengan baik.Tidak cukup hanya  berupa petuah petuah,bagaimana hidup saling mencintai dan sebagainya. Karena itu tugas pastor ,pendeta atau ustazd.

Calon pasangan,hanya boleh menikah,setelah mereka mendapatkan Sertifikat,bahwa keduanya sudah lulus kursus cara hidup berkeluarga. Sehingga kelak setelah menikah dan punya anak anak,walaupun tidak mungkin menghapuskan semua tindak kekerasan dalam rumah tangga, setidaknya pasti dapat meminimalkan.

Bila kita hanya berkutat mengenai angka angka dan mengedepankan slogan slogan,sampai kapanpun,tindak kekerasan akan berlanjut terus.Jadi dari berbagai sisi,peluang tindakan kekerasan sudah di tutup.Pertama dari calon pasangan dan kerja sama yang baik antara warga dengan departement terkait.agar sesegera mungkin mengambil tindakan ,bila ada laporan dari warga.

Warga akan dengan senang hati akan ikut berperan aktif,asal saja ,jangan malah dilibat libatkan dalam perkara.Semoga dengan jalan demikian,tindakan kekerasan terhadap perempuan dan anak anak,dapat diminimalkan.Kita tidak mungkin menghapuskan secara total kekerasan terhadap perempuan dan anak anak,tapi bila ada kerja sama terpadu antara masyarakat yang peduli dan departement terkait., tentu dapat meminimalkan jatuhnya korban.

Iluka, 16 Desember , 2016

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun