Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menolong Orang Berarti Menolong Diri Sendiri

12 Desember 2016   08:21 Diperbarui: 13 Desember 2016   10:52 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi foto: www.depositophotos.com

Kini sosok yang bernama Agus (bukan nama sebenarnya) ada dihadapan saya."Wajahnya tampak jauh lebih tua dari pada usianya. Rupanya uang yang saya pinjamkan dan dibelikan tanah atas nama saudaranya,ditipu oleh saudara kandungnya sendiri.Modal habis dan terpaksa balik kepekerjaan awal sebagai Penarik Beca.

Pikiran saya menolak untuk membantu,orang yang sudah membalas air susu dengan air tuba.Tapi syukur ,saya dikaruniai hati nurani,yang masih hidup . Maka saya berikan sejumlah uang kepada Agus,yang mungkin bermanfaat baginya..Dan saya lega,karena sudah mampu mengalahkan diri sendiri.Dengan membalas air tuba dan memberikannya air susu.

Bukan  Episode Sanjung Diri

Sepotong kisah hidup ini,tentu bukan bagian dari episode sanjung diri ataupun pencitraan.Karena saya bukan siapa siapa,jadi tidak perlu pencitraan diri. Hidup saya sudah dikaruniai berkecukupan dan kami berdua berbahagia dikelilingi anak mantu dan cucu cucu ,serta mantu cucu,yang menyayangi kami.

Hanya ingin berbagi kisah,bahwa membalas air tuba dengan air susu,memang tidak mudah,tapi bisa.Tapi perlu kedewasaan dalam sikap mental dan menjaga agar hati nurani kita,tetap hidup dan tidak tertutup oleh energi kemarahan dan kebencian.

Menolong Orang adalah Menolong Diri

Diwaktu lain,terjadi kecelakaan lalu lintas,saya tergeletak tidak sadarkan diri.Ditolong oleh orang yang sama sekali tidak saya kenal. Dibawakan kerumah sakit dan berdasarkan alamat yang ada di ktp ,memberitahukan istri saya dirumah. Belakangan baru saya tahu,bahwa yang menolong saya adalah Haji Zainal,yang sama sekali tidak saya kenal.Baru tahu,ketika beliau menjenguk saya di rumah sakit .Sebuah pembelajaran diri bagi saya.

Sungguh,menolong orang adalah juga menolong diri, Menolong dengan ikhlas,tanpa mengharapkan pahala masuk surga, tetap saja memberikan kita kebahagiaan .Bahwa hidup kita ada manfaatnya bagi sesama manusia. Harimau mati  meninggalkan belang,gajahmati meninggalkan gading dan manusia mati ,meninggalkan budi baik.

Renungan Diri

Kita tidak perlu berharap menjadi orang saleh,karena kesalehan hanya milik Tuhan. Yang dapat kita lakukan adalah menjadikan hidup kita bermanfaat.Ibarat sekuntum bunga,yang hari ini hidup,besok layu ,mengering dan mati,namun bunga sudah memberikan manfaatnya kepada dunia,Menebarkan keharuman dan membagi keindahannya.Hidupnya singkat,tapi bermanfaat.Masa iya ,kita yang konon merupakan makluk ciptaan paling mulia, kalah dengan sekuntum bunga yang harganya cuma seribu perak?

Burns Beach, 13 Desember. 2016

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun