Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Bahasa Tubuh Tidak Kurang Pentingnya Dibandingkan Bahasa Verbal

7 Desember 2016   20:19 Diperbarui: 7 Desember 2016   20:24 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : www.depositophotos

Bahasa Tubuh, Tidak Kurang Pentingnya Dibanding Bahasa Verbal

Untuk melukai orang,tidak harus dengan menggunakan senjata ataupun kontak phisik dengan pukulan tangan ,maupun tendangan karate. Juga tanpa harus mengeluarkan kata kata kasar atau hafalan akan nama nama yang ada di kebun binatang. Cukup dengan bahasa tubuh,yang tidak tertata dengan baik,kita secara tanpa sadar bisa melukai hati orang . Luka yang diakibatkan oleh bahasa tubuh,tidak kurang menyakiti,bila dibandingkan dengan kata kata yang diucapkan secara verbal.

Bahasa tubuh atau body language, dikenal juga dengan istilah :"gesture" atau "gestur'. Yang merupakan suatu bentuk komunikasi non verbal atau tanpa mengucapkan sepatah kata juga. Bahasa tubuh dapat dalam ujud gerakan tangan,mimik wajah,gerakan mata atau bahu ,serta bagian tubuh lainnya.,.

Cukup banyak orang yang kurang memahami arti dan makna dari bahasa tubuh atau gesture ini,sehingga seringkali terjadilah hal hal yang sama sekali tidak diniatkan,yakni melukai perasaan orang lain dalam berinterkasi.

Ketika ada orang yang menyapa  dengan ucapkan :"Selamat pagi" ,namun entah karena merasa diri adalah  boss atau lebih tinggi derajat dari orang yang menyapa,maka orang yang disapa,sama sekali tidak menjawab. Hanya mengerakkan alis matanya atau dengan sikap cuek memberikan anggukan seadanya. Padahal sikap ini amat melukai orang,karena merasa terhina atau tidak dihargai sama sekali.

Atau sebaliknya,kita datang kesuatu acara. Begitu memasukki ruangan pesta,tentu sebagai tamu,kita mengulurkan tangan dan menyalami tuan rumah . Namun tuan rumah ,tanpa merasa perlu menengok kewajah kita,terus melanjutkan pembicaraannya kepada orang lain.Hanya mengulurkan tangannya asal asalan ,sehingga menyentuh ujung jari tangan kita.Gimana rasanya? Sebagai orang waras,tentu saja kita amat kecewa dan marah,karena merasa "tidak diorangkan" .Kalau menuruti kata hati,rasanya mau kita batal masuk,dan langsung pulang. Namun,karena kita masih punya muka ,maka dengan hati mendongkol.kita tetap masuk ke ruangan.Tetapi suasana hati kita sudah terluka .

Jangan Lakukan pada Orang Lain, Cara yang Kita Tidak Suka Diperlakukan 

Nah,kalau kita tidak senang diperlakukan demikian,maka jadikanlah pelajaran berharga,agar jangan pernah kita lakukan hal yang sama pada siapapun. Setiap orang yang mengulurkan tangannya kepada kita,apakah office boy,sopir atau hanya seorang Portir,jangan lupa,bahwa ia juga adalah manusia yang sama dengan kita.Hanya saya garis telapak tangan yang membedakan posisinya dalam kehidupan.

Dilain kesempatan ,ada yang bertanya:"Selamat pagi pak.Maaf, jalan menuju ke Kantor Pos arah kemana pak?" Dan karena yang bertanya tampak dari pakaiannya,hanya "orang kecil",maka kita hanya menggerakan bahu,petanda tidak tahu" .Walaupun kita tidak mengenalnya,akan tetapi kita sudah melukai perasaan orang lain.

Kalau Tidak Bisa Menghargai, Minimal Jangan Lukai Perasaan Orang

Kalau kita tidak bisa atau tidak biasa menghargai orang lain,setidaknya janganlah dengan bahasa tubuh yang ditampilkan,melukai hati orang lain. Kalau disalami,maka balaslah salamnya dengan cara baik dan lakukanlah "eyes contact" atau menatapnya dengan ramah.

Hindari membalas salaman orang ,hanya dengan ujung jari dan tanpa menoleh kewajahnya

Kalau ada yang bertanya dan kita tidak mood untuk menjawab,setidaknya katakanlah :"Maaf,saya tidak tahu".Dari pada menggelengkan kepala saja.Apalagi hanya menggerakan bahu. Hal ini,secara tidak langsung akan melukai perasaan orang yang bertanya.

 Bila ada orang yang memberikan hadiah dan kita anggap barang murahan,setidaknya terimalah dengan baik. Kemudian pemberian tersebut,mau dibuang atau dikasihkan kepada orang lain,adalah urusan kita. Tidak perlu mengeluarkan komentar:" Barang apaan sih "

Hindari berdiri dengan sikap tangan bertolak pinggang,walaupun mungkin kita merasa diri orang penting atau orang besar

Menyenangkan hati orang,tidak harus dengan bagi bagi barang berharga. Karena dengan memberikan penghargaan secara wajar dalam berinteraksi dengan orang lain,maka sesungguhnya kita sudah menyenangkan hati orang banyak.

Setiap kali ada yang sedang berbicara dengan kita,hindarilah memainkan Hp ,hentikanlah sesaat kegiatan kita dan berikanlah waktu beberapa detik,untuk menoleh  dan menatap lawan bicara kita,walaupun mungkin dalam status sosial kita jauh lebih tinggi dari pada lawan bicara kita.

Sebuah senyuman yang tulus,sudah dapat menciptakan rasa damai dan menyenangkan bagi orang disekeliling kita.. Tanpa harus merogo kantong dan membagi bagikan uang.Kalau kita bisa menyenangkan hati orang lain,mengapa kita tidak lakukan? Jangan lupa,orang yang hari ini berdiri dihadapan kita,mungkin saja hanya seorang office boy atau katakanlan seorang kuli.Tapi bisa saja 10 tahun kemudian ,ia akan lebih besar daripada kita. Di dunia ini,tidak ada yang abadi.Kalau kita sukses atau hidup sudah mapan ,bahkan kaya raya,maka bersyukurlah ,namun tetaplah rendah hati.

Ada begitu banyak contoh contoh hidup,bahwa orang yang dulunya boss ,kini jadi pemulung.. Orang yang dulunya pejabat tinggi ,kini bukan lagi siapa siapa. Hidup itu bersifat dinamika.Bergerak dan bisa berubah. Yang hari ini kaya raya, kelak bisa jatuh miskin,sedangkan yang hari ini kuli,kelak bisa saja jadi pengusaha. Maka hindarilah merasa diri besar dan angkuh. Kesombongan,hanya akan mempertinggi tempat jatuh seseorang. Maka perlu diwaspadai

Kesimpulannya:

Kalau tidak bisa menyenangkan hati orang,minimal,janganlah melukai hatinya.Karena apa saja yang kita lakukan kepada orang lain,suatu waktu kita juga akan diperlakukan  dengan cara yang sama. Kita mungkin saja tidak percaya akan hukum karma.Kita anggap itu urusan orang yang beragama Budha. Tapi mungkin kita percaya akan hukum causaliteit atau hukum sebab dan akibat. Sebab kita memperlakukan orang dengan baik,maka akibatnya orang lain juga akan memperlakukan kita dengan baik.

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun