Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Bahasa Tubuh Tidak Kurang Pentingnya Dibandingkan Bahasa Verbal

7 Desember 2016   20:19 Diperbarui: 7 Desember 2016   20:24 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : www.depositophotos

Hindari membalas salaman orang ,hanya dengan ujung jari dan tanpa menoleh kewajahnya

Kalau ada yang bertanya dan kita tidak mood untuk menjawab,setidaknya katakanlah :"Maaf,saya tidak tahu".Dari pada menggelengkan kepala saja.Apalagi hanya menggerakan bahu. Hal ini,secara tidak langsung akan melukai perasaan orang yang bertanya.

 Bila ada orang yang memberikan hadiah dan kita anggap barang murahan,setidaknya terimalah dengan baik. Kemudian pemberian tersebut,mau dibuang atau dikasihkan kepada orang lain,adalah urusan kita. Tidak perlu mengeluarkan komentar:" Barang apaan sih "

Hindari berdiri dengan sikap tangan bertolak pinggang,walaupun mungkin kita merasa diri orang penting atau orang besar

Menyenangkan hati orang,tidak harus dengan bagi bagi barang berharga. Karena dengan memberikan penghargaan secara wajar dalam berinteraksi dengan orang lain,maka sesungguhnya kita sudah menyenangkan hati orang banyak.

Setiap kali ada yang sedang berbicara dengan kita,hindarilah memainkan Hp ,hentikanlah sesaat kegiatan kita dan berikanlah waktu beberapa detik,untuk menoleh  dan menatap lawan bicara kita,walaupun mungkin dalam status sosial kita jauh lebih tinggi dari pada lawan bicara kita.

Sebuah senyuman yang tulus,sudah dapat menciptakan rasa damai dan menyenangkan bagi orang disekeliling kita.. Tanpa harus merogo kantong dan membagi bagikan uang.Kalau kita bisa menyenangkan hati orang lain,mengapa kita tidak lakukan? Jangan lupa,orang yang hari ini berdiri dihadapan kita,mungkin saja hanya seorang office boy atau katakanlan seorang kuli.Tapi bisa saja 10 tahun kemudian ,ia akan lebih besar daripada kita. Di dunia ini,tidak ada yang abadi.Kalau kita sukses atau hidup sudah mapan ,bahkan kaya raya,maka bersyukurlah ,namun tetaplah rendah hati.

Ada begitu banyak contoh contoh hidup,bahwa orang yang dulunya boss ,kini jadi pemulung.. Orang yang dulunya pejabat tinggi ,kini bukan lagi siapa siapa. Hidup itu bersifat dinamika.Bergerak dan bisa berubah. Yang hari ini kaya raya, kelak bisa jatuh miskin,sedangkan yang hari ini kuli,kelak bisa saja jadi pengusaha. Maka hindarilah merasa diri besar dan angkuh. Kesombongan,hanya akan mempertinggi tempat jatuh seseorang. Maka perlu diwaspadai

Kesimpulannya:

Kalau tidak bisa menyenangkan hati orang,minimal,janganlah melukai hatinya.Karena apa saja yang kita lakukan kepada orang lain,suatu waktu kita juga akan diperlakukan  dengan cara yang sama. Kita mungkin saja tidak percaya akan hukum karma.Kita anggap itu urusan orang yang beragama Budha. Tapi mungkin kita percaya akan hukum causaliteit atau hukum sebab dan akibat. Sebab kita memperlakukan orang dengan baik,maka akibatnya orang lain juga akan memperlakukan kita dengan baik.

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun