Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Filosofi Usang

18 September 2016   09:28 Diperbarui: 18 September 2016   10:30 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Maaf,Effendi,apa yang dapat saya bantu?”tanyanya dengan tubuh agak menegang kebelakang .

“Oh anda salah  sangka Teddy..kami datang kesini,karena merasa anda adalah salah satu dari sahabat lama saya. Saya tidak perlu bantuan apa apa. Terima kasih sudah menerima kami ya, Kami pamitan, karena banyak urusan yang harus kami selesaikan” Kata saya ,sambil mengandeng istri saya.

Teddy tampak lega, Karena ternyata kami datang tidak untuk minjam uang. Maka dengan wajah ceria,mengantarkan kami kepintu keluar.

Kesombongan Awal Kejatuhan

Walaupun sangat kecewa,tapi tentu tidak ada niat dalam hati untuk menyumpahi sahabat sendiri. Kalau sahabat saya sukses,ya syukurlah.

Dua tahun Kemudian, ketika kami berada di Bandara Sukarno Hatta,karena akan berangkat ke Perth. berpapasan dengan sahabat saya Teddy, Tapi wajahnya sangat berbeda dengan ketika kami berkunjung ke kantornya yang mewah. Ketika saya menyalaminya, ee malah saya dipeluk ..Sesaat,saya tengok Teddy menghapus air matanya ,sambil berkata lirih:" Perusahaan saya ada masalah berat dan bangkrut. rumah kami disita bank. Kami akan pulang ke Kampung halaman."

Sedih saya tengok,wajah yang dua tahun lalu keren dan berwibawa,kini tampak menanggung beban yang sangat berat Saya merasa tidak perlu bertanya, apakah sahabat saya membutuhkan bsntuan .Karena sudah ada panggilan the last call untuk para penumpang dengan tujuan Perth, maka saya peluk sahaabat saya dan menitipkan sesuatu didalam genggamannya. Kemudian kami berpisah......

Menertawakan Nasib Orang Adalah Sebuah Kenistaan

Menertawakan kejatuhan atau kehancuran orang lain,adalah sebuah kenistaan yang dilakukan oleh seorang manusia Sangat bertentangan dengan harkat kemuliaan yang seharusnya jadi ciri-ciri keistimewaan manusia sebagai makluk ciptaan yang mulia. Namun kita wajib belajar dari setiap kejadian dalam hidup ini, karena hidup adalah proses pembelajaran diri tanpa akhir 

Semoga tulisan ini,walaupun ditulis berdasarkan cuplikan pengalaman hidup ,yang sudah berlangsung cukup lama namun diharapka,esensial dari tulisan ini, tetap dapat dipetik manfaatnya..Setidaknya menjadi alarm atau pengingat bagi kita semuanya.Agar jangan pernah meremehkan orang lain, siapapun adanya. Kalau kita diberikan kemudahan dan hidup berkecukupan, maka patut disyukuri ,tanpa harus memandang rendah pada orang lain.Kalau tidak bisa menghargai orang, setidaknya jangan menghina itulah yang selalu saya tanamkan dalam diri saya dan keluarga .

Orang yang ,hari in berada  dihadpan kita.mungkin saja i adalah seorang kuli Tapi beberapa tahun kemudian  ,mungkin ia sudah jadi seorang pengusaha, Sementara  orang yang hari ini berbangga diri sebagai Pengusaha besar, entah karena apa ,suatu waktu bisa saja posisi ini menjadi terbalik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun