Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Filosofi Usang

18 September 2016   09:28 Diperbarui: 18 September 2016   10:30 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mencoba menghibur diri,dengan berpikir,mungkin sahabat saya lagi ada masalah,atau mungkin saja ada orang lain yang juga bernama Effendi.

Karena rasanya tidak mungkin sahabat baik saya, bisa berubah sikap begitu drastic, Saya berusaha mendapatkan alamat kantornya dan keesokkan harinya, saya nekat berkunjung kesana.Dengan berharap akan mendapatkan kejutan.Membayangkan bahwa sahabat saya akan memeluk saya dan berkata :” Aduh maaf, kemarin saya tidak mengira bahwa anda yang menelpon”

Dikira Mau Pinjam Uang

Dengan membesar besarkan hati dan memotivasi diri sendiri,saya ajak istri saya berkunjung kekantornya di Jakarta selatan. Hampir dua jam menempuh perjalanan dan menembus kemacetan akhirnya kami tiba dialamat tujuan. Saya parkir kendaraan dan masuk kekantornya yang megah.

Bertepatan kami melangkah masuk, Teddy pas  lagi berjalan keluar dari ruangannya. Maka kami berpapasan. Tentu saja saya sangat gembira,karena sudah belasan tahun kami tidak berjumpa. Tetapi bagaikan diguyur air es, saya mendapatkan sambutan yang sangat dingin.  Teddy menerima salam saya dan mencoba tersenyum.Nanum senyum yang dipaksakan dan tidak keluar dari hati, akan menghadirkan senyum yang tidak nyaman ditengok. Entah mungkin ini karena saya termasuk orang yang baper.

Kami diajak masuk ,sambil berkata :” Maaf ya Effendi,saya tidak bisa lama lama,karena ada meeting “

“Oya, tidak apa apa, Teddy, sudah ketemu saja saya sudah senang,”

Kami duduk diruangannya yang tampak megah , Saya mengambil inisiatif untuk membuka pembicaraan:” Kami baru pindah ke Jakarta Teddy. “

Tampak wajah Teddy agak tegang dan kemudian berkata:” Haa apa nggak salah nih Effendi. Sudah tua mau pindah ke Jakarta? Mustinya kan tinggal di kampung halaman. Disini biaya hidup sangat besar ..dan seterusnya dan seterusnya……..”

Terpana kami mendengarkan ceramah gratis dari sahabat saya ,yang kini sudah jadi pengusaha dan boss di Jakarta. Sungguh kerongkongan saya rasa terkunci dan tidak tahu mau menjawab apa.

Teddy menengok jamnya ,seakan kami sudah terlalu lama disana,Padahal teh yang disediakan sekretarisnya sama sekali belum kami sentuh. Saya diam menunggu ,mungkin masih ada yang akan dikatakan Teddy,sebelum kami pamitan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun