Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Berbicara dari Hati, Menghindarkan Kita dari Kemunafikan

12 September 2016   21:52 Diperbarui: 13 September 2016   18:31 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : doumentasi pribadi. /Hidup tanpa kebohongan, sungguh sangat damai dan indah.

Berbicara Dari Hati, Menjauhkan Kita Dari Kemunafikan

Speak from your heart! Kalimat ini amat sering kita dengar bahkan mungkin saja sudah pernah kita ucapkan. Maksudnya jelas, berbicaralah dari hati mengapa? Karena ketika orang berbicara dari hati,maka orang akan mendengarkan pula dengan hati. Akan tetapi bila orang berbicara hanya dengan mulut saja,maka apa yang dibicarakannya akan didengar hanya dengan telinga. Dalam waktu satu atau dua jam,maka orang akan lupa,tentang apa yang dibicarakannya.

Begitu pula,bila orang  berbicara dengan mengandalkan kecerdikan, maka yang disampaikannya adalh sesuatu yang indah indah dan mungkin dapat membuat orang berdecak kagum,namun belum tentu melakoni tentang apa yang diajarkan kepada orang lain. Karena otak atau pikiran manusia identic dengan egoisme, yang selalu ingin mengedepankan kelebihan diri, dengan memanfaatkan segala potensi yang ada pada dirinya.

Sementara hati nurani yang sesungguhnya merupakan penyaring tentang apa yang akan dikatakannya ,sama sekali tidak diikut sertakan. Akibatnya,semakin lama, orang akan semakin terjerumus pada kemunafikan. Karena apa yang diajarkannya kepada orang lain,bukanlah berdasarkan pengalaman hidupnya, melainkan berdasarkan kecerdikan berpikirnya.

Tampil Apa Adanya

Hidup yang paling aman dan nyaman ,adalah tampil apa adanya. Ibarat orang Tionghoa jualan mie,semua bahan yang akan disajikan, dipertontonkan dan dapat ditengok oleh siapapun. Sehingga setiap orang yang berbelanja, tidak pernah merasa terkecoh,karena semua bahan baku masakan sudah diperagakan secara utuh, termasuk cara memasaknya.

Dalam kehidupan nyata, ketika berinteraksi dengan siapapun, alangkah arifnya bila kita tampil apa adanya. Dalam kata lain : ” inilah diri saya,dengan segala kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri saya”. Sehingga siapapun yang pernah menjadi teman atau menjalin hubungan persahabatan dengan diri kita, kelak tidak pernah akan menyesal,karena merasa dibohongi.

Silakan ,kalau ada orang yang mau menelusuri, silsilah kita. Siapa nenek moyang kita, siapa orang tua kita dan sesungguhnya apa saja yang kita kerjakan selama ini atau bagaimana hidup yang kita jalani selama ini ditengah tengah masyarakat.

Ketika kita bercerita tentang hidup berbagi, orang dapat menguji kebenaran kata kata atau tulisan kita,apakah benar kita sudah mengaplikasikan hidup berbagi dalam lingkungan kita. Dan bila kita berkisah tentang hidup bertoleransi, maka kita harus siap,bila latar belakang kehidupan kita, ditelusuri oang,untuk menyakinkan,apakah benar dalam hidiup nyata, kita mampu mengaplikasikan hidup bertoleransi.

Hindari Menceritakan Kebohongan

Sebagai manusia,jelas tidak ada manusia yang sempurna, kecuali Tuhan. Tapi setidaknya  kita harus mampu menghindari diri dari menceritakan seakan kita sudan banyak berbuat baik ,untuk bangsa dan negeri kita.. Selama ini secara sungguh sungguh kita sudah mempratekkan hidup berbagi dengan  berkunjung ke lokasi gempa bumi, longsor, banjir dan petaka lainnya,serta ikut berperan secara aktif membantu sesama secara lintas suku, budaya dan agama.

Hidup Tanpa Kebohongan,Sungguh Sangat Nyaman

Hidup tanpa kebohongan,sungguh sungguh sangat nyaman. Selesai berbicara didepan umum atau sehabis menuliskan artikel di medsos yang dibaca oleh orang banyak, kita dapat tidur dengan nyenyak.Tak akan ada kerisauan hati ataupun kekuatiran ,karena kita tidak pernah menceritakan kebohongan. Saya tidak  merasa malu, bilamana orang tahu bahwa:

  1. saya dilahirkan dalam keluarga miskin
  2. bahwa saya pernah jadi kuli selama dua tahun di pabrik karet'
  3. pernah menjadi penjual kelapa di pasar kumuh
  4. pernah untuk makan siang saja,harus berhutang
  5. untuk membawa anak yang sakit ke dokter, harus jual cincin kawin
  6. pernah diusir dari bank,karena mau pinjam kredit, tanpa agunan
  7. pernah bertahun tahun tidak pernah dapat undangan

Sungguh saya tidak pernah merasa malu dan tidak merasa telah mempermalukan anak dan cucu cucu, serta keluarga besar kami. Karena memang itulah cuplikan dari perjalanan hidup yang pernah kami jalani.

Hindari Popularitas Semu

Sejak tahun 2000 saya sudah menulis buku tentang motivasi .Diantaranya : "Meraih Sukses Dengan Pencerahan Diri". Transformasi Diri, The Power of Dream. Enlightenment Your choise is your life, Dihampir setiap karya tulis, selalu saya tuliskan secara ringkas riwayat hidup saya,untuk menghndari agar tidak  terjebak popularitas diri yang semu. Karena bila hal ini terjadi, maka sesungguhnya,kita hanya mempertinggi tempat jatuh kita. 

Dalam era yang super canggih ini, apapun dapat dilacak dalam waktu singkat. Dengan hanya mengetik nama kita digoogle, maka dalam hitungan detik,segala sesuatu yang berhubungan dengan diri kita,akan tampil kepermukaan. Maka bila satu kali saja kita menuliskan kebohongan,maka topeng kita akan direnggutkan orang dan kita akan mempermalukan diri sendiri.

Maka jalan yang paling aman untuk hidup tentram dan bisa tidur nyenyak, adalah : "jangan pernah menuliskan atau mengatakan kebohongan". Tampillah apa adanya, walaupun  mungkin hal ini tidak akan membawa kita menjadi orang yang populer,setidaknya kita dapat menikmati hidup dengan tenang,

Tjiptadinata Effendi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun