Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Jangan Berharap Dapat Duren Runtuh

23 Agustus 2016   14:20 Diperbarui: 24 Agustus 2016   04:04 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*Duduk melamun ,sambil berharap ketiban rejeki nomplok atau kejatuhan duren runtuh,adalah gaya hidup yang patut dihindari * tjiptadinata effendi

Jangan Jalani Hidup Dengan Berharap Dapat Duren Runtuh

Bahwa dalam perjalanan hidup seseorang ,entah karena faktor hoki atau faktor lucky, yang kita kenal dengan istilah :”mendapatkan duren runtuh” ,mungkin saja bisa terjadi. Bak kisah dalam dongeng, si Upik Abu yang miskin, tiba tiba dilamar Sang Pangeran yang kaya raya. Maka sejak saat itu mereka hidup berbahagia selama lamanya.

Atau bisa jadi seorang Penulis yang hidupnya morat marit, tiba tiba saja salah satu karya tulisnya meroket dan menjadi topik pembicaraan, bahkan difilmkan. Maka berubahlah nasib si Penulis kere tadi secara serta merta.Dari miskin menjadi hidup yang berkelimpahan.

Atau tiba tiba saja seorang Pengamen di pinggir jalan, diangkat anak orang  multi milionair, karena menyukai lagu lagu yang dimainkannya. Maka sejak saat itu, si Pengamen pinggiran jalan, sudah main dipentas pentas terhormat dan mendapatkan bayaran puluhan juta rupiah..Tapi duduk melamun ,sambil berharapkan kejatuhan duren runtuh atau ketiban rejeki nomplok,bukanlah sesuatu yang patut ditiru.

Mungkin 1 dari Sejuta Orang

Akan tetapi kemungkinan hal tersebut terjadi, adalah 1 dibandingkan satu juta. Seperti  juga ada kata kata bijak yang mengatakan :” Kalau mau mengharapkan mendapatkan loterai kehidupan, maka orang harus hidup selama 1000 tahun.” .Itupun belum pasti dapat,hanya sebuah kemungkinan belaka.

Karena itu , alangkah baiknya,bila kita sadar diri, untuk tidak mengantungkan harapan hidup dengan berharapkan mendapatkan duren runtuh.Jangan lupa ,bahwa kita semua hidup dialam nyata ,dalam sebuah realita hidup,bahwa untuk mengubah nasib, orang harus berkerja keras dan sungguh sungguh.

Ada tatanan dan operating procedure yang harus disusun dan ditaati. Bekerja keras,tapi melupakan atau mengabaikan hal hal yang bersifat prinsip, hanya akan menghadirkan kekecewaan  demi kekecewaan.

Prioritaskan Mana Yang Penting,bukan Mana Yang Kita Sukai

Penyebab terbesar kegagalan dalam hidup.bukan karena:

  1. kurangnya pengetahuan
  2. faktor usia
  3. faktor hokki
  4. atau lucky
  5. ketiadaan peluang untuk sukses

Tetapi terutama adalah karena orang seringkali mendahulukan dan memprioritaskan pekerjaan yang disukainya dan menomor duakan  hal atau pekerjaan yang seharusnya dinomor satukan

Hindari Hobbi Mendominasi Hidup 

Bahwa setiap orang memilik hobbi adalah hal yang sangat wajar. Hobbi merupakan peluang atau kesempatan bagi setiap orang untuk refreshing diri Namun dalam perjalanan hidup, cukup banyak yang tidak dapat mengontrol diri. Sehingga hobbi yang tadinya bermanfaat untuk refreshing diri, berbalik menjadi menguasai diri.

Mengenai hobbi yang sudah menguasai diri seseorang ,sudah bukan berita baru lagi, Mungkin juga sudah dianggap basi. Namun,karena dapat berakibat fatal, maka perlu diulangi lagi dan lagi, jangan sampai hobbi memperbudak diri kita.Karena bila hal ini dibiarkan, maka lampu merah sudah menyala dalam keluarga kita .Dalam keartian kerukunan rumah tangga kita sudah berada dalam ancaman yang serius. Dan ironisnya,ancaman bahaya justru bersumber pada anggota keluarga sendiri,

Karena berbagai faktor, baik internal,maupun eksternal,bisa saja, apa yang ditakuti bisa saja terjadi Maka jalan terbaik untuk mencegah ,adalah sedini mungkin melakukan introspeksi diri sendiri dan anggota keluarga,Dengan jalan menghidupkan komuniksi yang intensif dalam keluarga . Karena waktu sebagian besar digunakan untuk mencari nafkah, bukan alsaan untuk tidak saling komunikasi.

Karena komunikasi yang intensif, tidak tergantung pada seberapa lamanya terjalin hubungan komunikasi atau interakisi dalam keluarga, melainkan seberapa intensifnya dilakukan. Jauhkan diri dari membuang waktu, untuk membicarakan hal hal yang tidak ada manfaatnya bagi keluarga, Akibatnya masing masing anggota keluarga akan hidup didunianya sendiri sendiri, walau tinggal serumah.

Menempatkan Prioritas Pada Tempatnya 

Ibarat membangun rumah, maka hal yang menjadi prioritas utama adalah membangun fondasinya, kemudian diikuti dengan tiang tiang penyanggah,bru terahir adalah  atap dan dindingnya. Tapi dalam perjalanan hidup, banyak orang yang tidak dapat membedakan mana yang patut dijadikan prioritas utama dan mana yang patut dinomor duakan dan selanjutnya. Akibatnya sudah dapat dibayangkan. Hal hal yang tampaknya sepele,namun sangat pening untuk dijadikan perhatian Karena hal kecil dan tampak sepele,bisa menjadi penyulut buyarnya kebahagiaan rumah tangga.

Hidup kita cuma sekali saja,sayang sekali bila semuanya dihancurkan lantaran kita mengabaikan hukum pioritas dalam universitas kehidupan ini.

Kemayoran, 23 .08.16

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun