Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tenggang Rasa atau Tepo Seliro Sudah Tak Lagi Dibutuhkan?

8 Agustus 2016   17:02 Diperbarui: 9 Agustus 2016   00:23 1005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock.com

Dizaman  Modern Ini Sikap Tenggang Rasa Sudah Tidak Lagi Dibutuhkan?

Suatu waktu saya mendapatkan undangan untuk acara :”Ramah Tama “ antara sesama warga dan pengurus yang baru  di Apartement dimana kami tinggal. Karena memang tidak ada jadwal  penting lainnya, maka sore itu ,beberapa menit sebelum  jam 17.00 sesuai dengan yang tercantum pada kertas undangan, saya dan istri sudah hadir. Ternyata masih sepi. Tampak hanya beberapa warga yang kira kira seusia kami, yang duduk sambil ngobrol,diruang yang masih lengang.

Baru jam 5 menit setelah jam 17.00 panitia baru datang dan mempersiapkan mikecrophone ,LCD dan kelengkapan lainnya yang diperlukan. Setengah jam kemudian, baru ruangan terisi hampir penuh. Dan pada jam 18.00 acara baru resmi dimulai.Berarti satu jam terlambat dari jam yang tercantum pada undangan.

Terima Kasih Kalian Sudah Datang

Ketua Panitia ,yang sore itu tampak berpakaian rapi , tampil ke podium. Mengetuk ngetuk mikecrophone ,sambil berucap :” test test test” Kemudian baru mulai berbicara dengan gaya  motivator pada MLM atau Multi Level Marketing  :” Selamat sore semuanya….! Dijawab oleh hadirin :” Selamat sore”

“Wah,koq kurang semangat nih,”Kata sang Ketua Panitia dan kembali berteriak sekerasnya di mikecrophone :” Selamat sore semuanyaaaaa!”  Kembali di jawab :” Selamat sore”

“Nama saya  Andi . Lengkapnya. Doctorandous Andika Wibisana M.B.A. Saya tamatan dari Amerika Serikat. Mohon maaf kalian sudah lama menunggu. Karena sesuatu dan lain hal ,acara agak terlambat dimulai. Terima kash kalian sudah bersedia memenuhi undangan kami……”

Tak Ada Kata :”Bapak atau Ibu “ ataupun “Saudara dan Saudari”

Dari sejak tampil di podium dan berbicara bla bla bla,belum satu  katapun ,terucapkan :”Bapak dan ibu “ atau “saudara dan saudari” sebagaimana layaknya tata krama dan kesantunan berbicara didepan umum di negeri tercinta ini.

Mungkin  sang Doctorandus Andi, berpikir, bahwa hanya dirinyalah satu satunya dalam ruangan tersebut yang tamatan dari Amerika Serikat. Sehingga tidak merasa perlu lagi mengedepankan kesantunan ,yang dikenal dengan  “tenggang rasa” atau “tepo seliro “ di kalangan penduduk  di Pulau Jawa.Karena itu,belum selesai sang doctorandus berbicara, orang orang tua yang merasa sama sekali tidak dihargai,mulai meninggalkan kursinya dan tidak kembali lagi. Orang tidak gila hormat, tapi tidak ada orang yang mau datang undangan ,hanya untuk mendengarkan kata :" Kalian kalian ".Padahal yang berbicara di depan adalah seusian anak atau malah seusia cucu mereka..

Hal ini ,baru sebuah contoh, ada begitu banyak kejadian yang memang tidak persis sama, tapi intinya, adalah generasi muda,terutama yang merasa dirinya sudah termasuk kalangan akademis atau orang cerdik pandai, tidak lagi menggunakan tenggang rasa dalam berkomunikasi dan berinteraksi dalam masyarakat.Baik interaksi secara face to face,maupun sebagai Pembicara di depan umum

Tenggang Rasa atau Tepo Seliro

Sikap tenggang rasa atau tepo seliro adalah sikap mental dalam menjalani hidup bermasyarakat.Baik dalam ucapan, body language ,maupun prilaku yang ditunjukkan didepan umum.sebagai ungkapan yang mencerminkan sikap menghargai dan menghormati orang lain. Yakni menjaga perasaan orang lain,sehingga jangan sampai menyinggung dan melukai hati orang. Sikap yang menghadirkan suasana rukun, bersahabat .harmonis dan serasi dalam hubungan antar sesama manusia. Tidak perduli sebanyak apapun titel yang disandang atau sehebat apapun jabatan kita dalam komunitas yang berada dibawah tanggung jawab kita.

Seperti kata pepatah dalam bahasa Padang :” Nan kuriek lundi ,nan sirah sago. Nan elok budi,nan indah baso” Maksudnya, orang menilai kita,bukan berdasarkan banyaknya deretan titel yang kita sandang. Bukan juga berdasarkan merk mobil yang kita miliki atau sebagai apa kita berbicara di depan umum.melainkan dari  bahasa ,tutur kata dan sikap ,serta gerak gerik kita ,ketika berbicara. Terutama bila audience kita adalah gabungan dari kaum muda dan orang orang tua.

Jadilah Sosok yang Cerdik Pandai dan Terpelajar

Ada tatanan kesopanan ,yang harus dikedepankan ,untuk menunjukkan kita sebagai manusia yang berbudi luhur . Cerdik pandai saja tidak cukup.tapi harus dilengkapi dengan terpelajar. 

Sebagai makluk sosial,kita tidak mungkin hidup sendiri. Perlu berinteraksi dengan manusia manusia lainnya. Namun agar hubungan ini,jangan justru menjadi boomerang bagi diri dan melukai orang banyak,alangkah baiknya, bila membekali diri dengan tenggang rasa atau tepo seliro.

Memiliki sikap tenggang rasa ini, kita mampu menempatkan diri pada lingkungan pergaulan dengan santun, sehingga tercipta suasana yang menyegarkan. Sesuai dengan makna dari  kata dari tenggang rasa, Karena dari sikap ini ,akan menciptakan:

  1. susana nyaman,yang menjembatani perbedaan latar belakang pendidikan dan sosial
  2. meniadakan jurang pemisah ,walaupun diantara yang hadir terdiri dari berbagai suku 
  3. menciptakan suasana persahabatan,sehingga mampu menjadi magnit untuk orang hadir,bila ada undangan kedepannya
  4. mencairkan suasana kebekuan ,karena mungkin baru pertama kali saling bertemu

Tepo Seliro yang memiliki arti “ merasakan apa yang orang lain rasakan. “

Walaupun zaman sudah modern,namun sikap tenggang rasa atau tepo seliro ini,perlu dipertahankan ,karena dengan mengaplikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, maka akan menciptakan iklim perdamaian dan kepedulian terhadap perasaan orang lain .Di dunia barat ,memang menggunakan kata :" you" untuk semua orang,tua ataupun muda. Tapi selalu diikuti dengan kata kata :" Ladies and Gentlemen " ,tidak langsung main tembak gunakan kata :"you" .Nah, kita orang timur, masa iya kalah sopan dari orang barat?

Joondalup, 08.08.16

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun