Jembatan ini dibangun pada tahun 1818. Memiliki panjang 40 meter dengan arsiktektur gaya tempo doeloe.Dibangun tanpa konstruksi dari besi beton Melintang tepat diatas sungai Batang Agam. Sekaligus menghubungkan antara Pasar tradisional Payakumbuh dan Nagari Batang Tabik.
Dibatu nisan masal ini,walaupun sudah dimakan jaman, namun masih dapat terbaca dengan jelas ,kalimat yang membuat seluruh tubuh kita merinding: Â Inilah inti kisah kepahlawanan yang sudah terpateri sejak tempo doeloe hingga kini, dihati warga setempat.
Catatan penulis:
Kisah kisah ini, sudah saya dengarkan sejak kanak kanak,karena ayah saya almarhun di lahir kan dipinggiran kota Payakumbuh ini, yang bernama Labuah Basilang..Sekolah di Madarasah dan besar dalam lingkungan ini.
Tulisan kecil ini ,dituliskan dalam rangka menyambut hari kemerdekaan ke 71 ,sekedar menjadi pengingat bagi generasi muda Indonesia, bahwa 17 Agustus 1945 memang Kemerdekaan Indonesia sudah di Proklamasikan oleh Sukarno –Hatta. Namun kemerdekaan ini,masih terus dibasuh oleh darah para pemuda bangsa,hingga tahun 1949. Dan salah satu diantara kisah kisah sedih ini, terjadi di kota kecil Payakumbuh- Sumatera Barat (foto foto : dokumentasi pribadi)
Tjiptadinata Effendi 04/08/16
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H