Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Biarkan Rasa Sakit Hati Membelenggu Diri Kita

27 Juli 2016   08:02 Diperbarui: 27 Juli 2016   08:22 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*Rasa sakit hati yang dibiarkan berlarut, akan menggeroti jiwa dan menghancurkan seluruh daya hidup dalam diri kita* tjiptadinata effendi

Cara Efektif  Hindari Rasa Sakit Hati

Setiap manusia dalam perjalanan hidupnya pasti pernah mengalami rasa sakit hati. Sakit hati tidak hanya dalam urusan cinta, tapi dapat merasuk keseluruh aspek kehidupan anak manusia. Penyebab timbulnya rasa sakit hati belum tentu disebabkan oleh kesalahan orang lain, tapi mungkin juga malah yang menyebakannya justru adalah diri kita sendiri.

Rasa sakit hati boleh jadi karena merasa dilecehkan atau tidak dianggap, misalnya :

  1. Di usir secara halus ketika bertamu
  2. Berkunjung kerumah kerabat hanya diterima sebatas di pagar
  3. Menelepon sahabat lama, tapi hanya dijawab sepatah dua kata saja
  4. Hadiah yang kita berikan sama sekali tidak dianggap
  5. Anak kerabat dekat menikah, tapi kita tidak masuk daftar undangan
  6. Kita berkunjung dari jauh kerumah kerabat, tapi diterima dengan sikap cuek
  7. Susah payah menjamu tamu, tapi hanya dicicipi sedikit dan tidak dimakan
  8. Bertemu sahabat lama ketika ketemu, malah seakan tidak kenal dengan kita
  9. Daftar ini tentunya dapat diperpanjang terus

Belum Tentu Salah Orang Lain

Hadirnya rasa sakit hati  belum tentu akibat dari kesalahan orang lain. Mungkin saja diri kitalah penyebabnya. Padahal orang sama sekali tidak bermaksud mengusir kita. Dan boleh jadi pas pada saat kita menelepon, sahabat kita lagi menyetir kendaraan. Atau ketika kita menjamu tamu makan, sakit giginya atau maagnya sedang kambuh.

Anak kerabat kita menikah, tapi kita tidak diundang, bisa jadi karena kita dianggap sebagai keluarganya dan menjadi bagian dari tuan rumah, sehingga merasa risih kalau sebagai tuan rumah juga ikut masuk daftar undangan. Bertemu sahabat lama, tapi malah tidak ingat nama kita, bisa jadi sahabat kita terkena amnesia. Ketika berkunjung kerumah teman, kita diterima dengan sikap cuek, bisa jadi teman kita baru mendapatkan berita sedih karena orang tuanya atau neneknya  meninggal. Atau mungkin juga ia baru saja di PHK

Perlu Introspeksi Diri

Daripada mengutuki orang lain, alangkah baiknya kita lakukan introspeksi diri untuk hindari terciptanya rasa sakit hati. Karena bila dibiarkan berlarut-larut rasa sakit hati bisa menjadi penyebab hancurnya masa depan kita dan juga akan membias pada keluarga kita.

  1. Selalu berprasangka baik
  2. Jauhkan pikiran negatif dari diri
  3. Jangan menuntut penghargaan berlebihan atas diri kita
  4. Cobalah memahami kondisi orang lain
  5. Coba menempatkan diri kita,bila berada dipihak orang lain

Bila Kesalahan dari Orang Lain

Bila memang kesalahan bukan dari diri kita, maka yang harus kita lakukan adalah memaafkan karena dengan jalan memaafkan, maka beban yang menghimpit jiwa kita terangkat dan dibuang jauh-jauh. Memaafkan, berarti juga memutus belenggu jiwa. Karena bila kita hidup dengan memendam rasa sakit hati,m aka lama kelamaan menjadi dendam kesumat yang menyebabkan jiwa kita terbelenggu oleh rantai kebencian.

Memaafkan memang tidak semudah mengatakannya. Karena terhalang oleh rasa egoisme yang merasuk kedalam diri kita. Tapi satu-satunya jalan agar kita menemukan kedamaian dan ketenangan batin dalam hidup ini adalah ”memaafkan.”

Bayangkan, bagaimana mungkin kita dapat berdoa secara khusuk, bila masih menyimpan dendam, kebencian dan iri hati dalam diri? Apapun agama yang kita imani, mustahil orang bisa berdoa dengan baik, bila dalam dirinya ada kebencian yang mendalam.

Jauhkan Diri dari Iri Hati

Iri hati menyebabkan orang tidak suka menengok bila ada orang lain yang memiliki kelebihan dari dirinya. Bahkan setiap kali menengok atau mendengarkan tentang keberhasilan orang lain akan menambah rasa sakit hati dalam dirinya.  Memicu rasa tidak senang dan menyebabkan tidak lagi bisa berpikir dengan tenang, karena seluruh alam pikiran dan hatinya telah dipenuhi energi negatif akibat dari rasa iri yang merasuk keseluruh aspek kehidupannya.

Hidup  itu teramat indah dan hanya sekali saja serta tak akan terulang lagi, mengapa kita membuatnya menjadi rumit?

Catatan Penulis:

  • Artikel ini ditulis berdasarkan pengalaman pribadi:
  • pernah diusir dari bank
  • tidak diterima bertamu dirumah kerabat
  • 7 tahun tidak pernah dapat undangan
  • dikhianati oleh sahabat baik

Bersyukur kepada Tuhan, dapat memaafkan semuanya dan menikmati hidup tentram dan damai bersama istri dan anak mantu cucu-cucu

Tjiptadinata Effendi / 27/07/16

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun