Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

In Case of Emergency

18 Juli 2016   21:42 Diperbarui: 18 Juli 2016   21:49 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*In case of emergency ,break the glass * mengandung makna, bahwa jangan hiraukan kerugian materi,yang penting keselamatan jiwa di utamakan *

Bagaimana Bersikap Hadapi Marabahaya

Setiap orang,siapapun adanya ,pasti ingin menjalani hidup dengan nyaman dan aman.Jauh dari segala marabahaya,dalam bentuk apapun. Namun , hidup itu tidak dapat dipatok berdasarkan keinginan dah hasrat hati. Terkadang, jauh diluar dugaan kita, bahaya bisa saja mengancam keselamatan kita,maupun keluarga kita.

Ada kalanya, dalam menghadapi bahaya, masih ada peluang untuk kita berteriak dan minta tolong kepada orang lain,yang mungkin saja mau dan dapat menolong kita. Akan tetapi ,bisa saja terjadi  kita terjebak pada situasi yang bersifat emergency. Dimana tidak ada kesempatan bagi kita untuk mengharapkan pertolongan orang lain.

Pada saat itu , keselamatan diri kita,bahkan mungkin juga keluarga kita, amat tergantung pada :

  1. Sikap mental
  2. Keberanian untuk mengambil keputusan
  3. Kecepatan
  4. ketepatan dalam bertindak

Pengalaman Pribadi

Ketika mengendarai mobil di jalan toll dengan kecepatan rata rata 100 Km, perjam, tiba tiba ban mendadak kempes, sedangkan dibelakang ada bus yang juga sedang melaju dengan kecepatan tinggi.

Pada saat saat seperti ini,mustahil ada waktu untuk minta tolong. Karena terlambat bertindak satu atau dua detik saja, bisa berakibat fatal. Maka satu satunya jalan adalah :

  1. Bersikap tenang
  2. ‘jangan panik
  3. Jangan mengerem mendadak
  4. Nyalakan lampu sen kearah pinggir jalan
  5. Tengok aman dan  putar stir ke luar dari jalan raya.
  6. Cari posisi aman
  7. Nyalakan lampu parkir
  8. Ganti ban.

Kejadian lainnya:

Saya lagi menyetir dari Payahkumbuh ke Bukittinggi. Tiba tiba rem blong

  1. Dikanan ada truk
  2. Didepan ada sepeda motor
  3. Dikiri jurang yang cukup dalam
  4. Sudah dicoba memompa berkali kaii
  5. Dengan harapan agar rem bekerja lagi
  6. Namun gagal
  7. Waktu hanya tersisa satu atau dua detik
  8. Maka sen kiri saya nyalakan
  9. Rem tangan saya tarik sekerasnya
  10. Persneling saya paksa masuk ke gigi Satu
  11. Ada bunyi berderak keras

Tapi puji Tuhan ,kendaraan berhenti persis beberapa  cm dari jurang.

Saya turun dan menganjal roda dengan batu yang ada disana.

Panik Memperburuk Keadaan

Kejadian lain:

Suatu waktu ,saya memimpin rombongan yang berjumlah 17 orang untuk mendaki ke Gunung Singgalang di Sumatera Barat. Setibanya di kaki gunung, saya melapor ke Pos Penjagaaan dan mencatatkan bahwa total kami 17 orang, Pada waktu itu,sore hari di  tanggal 31 Desember ,kami mulai mendaki.Dengan harapan bisa merayakan Old and New di puncak Gunung Singgalang

Baru dipinggang gunung , sudah mulai terasa udara mendingin dan nafas terasa berat. Saya sampaikan kepada rombongan untuk hemat berbicara, Karena semakin banyak berbicara,maka energy semakin cepat terkuras ,yang akan mengakibatkan nafas menjadi sesak.

Rencana mau memasak air untuk minum kopi dan masak mie instant gagal ,karena korek api yang kami bawa ,semuanya menjadi lembab dan tidak dapat dinyalakan. Karena sudah sangat lapar, maka mie kering ,kami makan mentah mentah.

Kemudian melanjutkan perjalanan.Tapi ketika sudah hampir mencapai puncak dan tiba di Telaga Dewi, tiba tiba salah satu dari rombongan jatuh. Saya berlari menengok dan kaget, karena wajahnya membiru. 

Semua  rombongan saya minta untuk berhenti. Memberikan tambahan pakaian hangat kepada  anggota yang jatuh,yakni seorang biarawati. Ada yang membawa termos kecil berisi air hangat dan kami minnumkan kepadanya . Perlahan lahan wajahnya kembali memerah. Baru ketahuan ,ternyata biarawati ini memang menderita gangguan jantung.

Saya memutuskan bahwa semua rombongan turun.Sebagian besar ,menyatakan ingin terus ,karena sudah sangat dekat, namun saya tidak mengizinkan mereka,Walaupun mengecewakan seluruh rombongan, semua saya ajak turun kembali, karena untuk mendaki gunung masih ada kesempatan lain. Tapi bila terjadi sesuatu pada Biarawati ini,kelak akan jadi sesalan seumur hidup.

Kesimpulan:

  1. Dalam hadapi marabahaya :
  2. Jangan panik
  3. Tetap tenang
  4. Berpikir cepat dan tepat
  5. Lakukan
  6. Lupakan tentang kerugian materi’
  7. Yang penting selamat

Tulisan ini ,bukan bermaksud menonjolkan diri,melainkan semata mata, karena sudah  mengalami berkali kali keadaan marabahaya, Mungkin  tulisan singkat ini ,setidaknya dapat menjadi sebuah masukan yang bermanfaat

Jangan lupa .kepanikan menyebabkan kita tidak dapat lagi berpikiran cepat dan tepat, kepanikan menyebabkan kita menjadi grogi dan gugup.sehingga tindakan yang seharusnya dapat dilakukan untuk menyelamatkan diri,baik diri sendiri maupun keluarga dan orang lain,akan menjadi terhambat. Kepanikan hanya akan menyebabkan gerakan kita menjadi lamban dan ragu ragu.Padahal in case of emergency, satu detik bisa menentukan hidup matinya kita,Oleh karena itu,apapun yang dihadapi ,jangan panik.

Tjiptadinata Effendi/ 18.07.2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun