Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hindari Sikap Apatis

14 Juli 2016   22:25 Diperbarui: 14 Juli 2016   22:34 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*Hindari sikap apatis ,dengan selalu membuka diri kita,untuk membantu orang yang sedang dalam kesusahan ,tanpa pelu menengok latar belakangnya"*

Hindari Sikap Apatis

Sikap apatis adalah sikap masa bodoh amat sering ditunjukkan dalam berbagai aspek kehidupan. Menengok ada orang terjatuh dijalan, pura pura tidak melihat dan terus melanjutkan perjalanan. Sama sekali nurani tak tergerak untuk turun dan menolong bilamana diperlukan. Mendengarkan ada berita duka, gempa bumi ,banjir ataupun gunung meletus, juga ada orang tidak tergerak sedikitpun hatinya.  

Ada tetangga mengetuk pintu rumah ditengah malam ,karena membutuhkan pertolongan untuk membawa keluarganya kerumah sakit, namun berpura pura sudah tidur dan tidak tergerak untuk membantu, karena merasa tidak ada hubungan kekeluargaan. Atau mendengar ada orang berteriak minta tolong, nanun setelah medengar bahwa suara tersebut bukan berasal dari keluarga,maka orang bersikap masa bodoh.

Orang tipe seperti ini, memiliki prinsip hidup, asal bukan saya atau keluarga saya, yang lain, masa bodoh,bukan urusan saya.

Membuka Hati Untuk Menolong Orang 

Sesungguhnya, apa yang terjadi pada diri orang lain, suatu waktu bisa saja terjadi pada diri kitaa atau atas diri salah satu anggota keluarga kita. Betapapun sangat hati hati didalam perjalanan, namun tidak ada yang dapat menjamin keselamatan seseorang.

Begitu keluar dari rumah dan berkendara, bisa saja tanpa sengaja kita menyenggol orang lain, atau orang lain yang menyenggol kita. Dan saling senggol,akan menyebabkan terjadinya kecelakaan. Bayangkan bila yang terkapar dijalan aspal itu adalah diri kita dan ada orang yang lewat,namun pura pura tidak melihat dan tetap melanjutkan perjalanannya, bagaimana perasaan kita?

Pengalaman Pribadi

Saya pernah mengalami kecelakaan. Terkapar dijalan raya. Tidak langsung pingsan,namun mau berteriak,suara bagaikan terkancing di tenggorokan .Mencoba menggerakan tangan,juga sama sekali tidak mampu. Bahkan jari jari tangan serasa sudah kaku. Sempat saya berpikir,mungkin saya sudah mati. Karena membuka kelopak matapun tidak ada lagi kekuatan.

Tapi pikiran saya masih sadar dan perasaan saya tidak mati. Saya ingin berteriak untuk minta tolong,tapi segala upaya saya ,sama sekali tidak membawa hasil apapun. Tiba tiba ada yang menggolekkan tubuh saya dengan kakinya dan terdengar suaranya berkata : ”Sudah mati”

Saya sangat sedih,mendengarkan saya dikatakan sudah mati. Tapi hanya dalam gambaran pikiran saya saja,karena tidak mampu memberikan tanda tanda,bahwa sesungguhnya saya masih hidup. Ada suara lain, yang membentak: ”Kalau mau menolong orang dengan tangan dong, Itu manusia,koq anda dorong dengan kaki! ”Dan  kemudian ,suara tersebut masih melanjutkan : ”Hayo semua minggir. Bukannya menolong, malah bagaikan menonton pertunjukkan kalian”

Aneh, saya sekarat, tapi suara itu sangat jelas dan saya memahami setiap kata yang diucapkan. Berarti saya belum mati.  Masih terdengar suara yang sama:” Angkat ke Mobil, kita kerumah sakit”

Dan ada suara menjawab :” Siap Komandan” .Tiba tiba tubuh saya merasa melayang ,semakin jauh dan saya tidak sadarkan diri lagi.

Siuman Dirumah Sakit

Ketika saya sadar,pertama sekali saya tengok wajah istri saya yang sedang menangis. Saya masih bingung  lagi berada dimana? Membuka mata dan merasakan sakit yang amat sangat pada bagian kepala.  Wajah itu makin lama makin jelas dan beberapa tetes air mata jatuh diwajah saya,semakin meyakinkan saya,bahwa saya masih hidup.

Kemudian suara orang yang menolong saya ketika jatuh, ternyata juga ada disana, “Sudah siuman ya bu .”kata suara tersebut kepada istri  saya.. Suara tersebut datang mendekat, ternyata seorang tentara. Tersenyum menengok saya. Saya berusaha untuk mengucapkan terima kasih,namun belum cukup ada kekuatan untuk bisa mengucapkannya.

Pelajaran Hidup

Hal ini sudah lama terjadi.Namun sudah saya catat dalam lembaran hidup saya,sebagai mata pelajaran pokok dari ilmu kehidupan.,yakni :” Selalu membuka mata hati,untuk menolong siapa saja, yang membutuhkan pertolongan”

Hal inilah yang membuat  dimanapun berada,bila menengok ada yang jatuh atau kecelakaan ,sepenting apapun urusan,pasti saya mendahulukan untuk menolong orang, Karena saya sudah mengalami sendiri. Andaikata tidak ada tentara yang menolong,mungkin saya sudah tidak dapat lagi bercerita.

Tentang berapa kali saya membantu orang yang kecelakaan,tentu tidak perlu diulang ulangi,karena akan terkesan pamer kebaikan diri.

Orang Akan Selalu Ingat Kita

Satu contoh saja, pernah tetangga saya, karena suaminya lagi bertugas diluar kota, sedangkan hujan turun sangat lebat. Mana ada taksi ditengah malam.,sedangkan sudah kebelet akan melahirkan.Ibunnya mengetuk pintu rumah saya.. Kami antarkan  kerumah sakit dan menunggu,hingga mendapatkan layanan medis, Hal itu sudah kami lupakan, tapi 18 tahun kemudian, bayi yang dilahirkan mencari kami, bersama ayah dan ibunya. untuk mengucapkan terima kash.Dengan membuka hati kita untuk membantu,maka tidak sia sialah hidup kita di dunia ini, karena setidaknya, ada manfaatnya untuk orang lain,

Semoga tulisan ini ada manfaatnya,agar  senantiasa kita menjauhkan diri dari sikap apatis atau masa bodoh,karena apa yang terjadi pada orang lain, mungkin saja bisa juga terjadi pada diri kita.

Tjiptadinata Effendi/ 14 Juli,2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun