Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Gadaikan Rumah Tangga Kita Demi Apapun

12 Juli 2016   22:07 Diperbarui: 12 Juli 2016   22:12 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rumah Tangga Kita Terlalu Berharga untuk Digadaikan

Tulisan ini bukan berisi kotbah,karena saya bukan dalam kapasitas pemberi kotbah.Semata mata merupakan hasrat hati untuk ingin berbagi cuplikan kisah hidup,yang kiranya bermanfaat bagi orang banyak.. Sesuai dengan falsafah hidup yang senantiasa mengawali hari hari saya,yakni Life is to share. Hidup adalah untuk berbagi. Dan untuk mengaplikasikan hidup berbagi ,tidak harus menunggu menjadi kaya.

Setiap orang dapat menerapkan hidup berbagi,sesuai kemampuan diri  dan salah satunya adalah dengan berbagi kisah kisah hidup ,yang ada manfaatnya untuk orang lain.

Hal Hal Yang Perlu Dijauhi

Sebagai manusia, tentu saja bukanlah berarti bahwa begitu kita berumah tangga,maka seluruh jalur komunikasi dengan orang lain,diluar keluarga ditutup habis. Hal ini tentu saja tidak mencerminkan prilaku yang baik,sebagai  manusia  yang merupakan makluk sosial.

Namun ada hal yang mungkin selama ini menjadi bagian dari kehidupan pribadi,namun sejak memutuskan untuk berkeluarga maka antara pasangan suami istri ,sudah saling mengikatkan dirinya,dalam sebuah pernikahan.

Dalam hal Mengambil Keputusan

Bila  selama ini, kita menjadi decision  maker bagi diri sendiri, artinya semua hal keputusan ada ditangan  kita, Nah, sejak menginjakan kaki dijenjang pernikahan, kita tidak lagi bebas melakukan hal hal yang sama. Khususnya dalam hal hal yang menyangkut urusan keluarga, selayaknya didiskusi kan terlebih dulu dengan pasangan hidup. Dan bila sudah ada kesepakatan ,maka barulah ditentukan keputusan apa yang akan diambil.

Hal ini mencegah, terjadi hal hal yang tidak sebagaimana yang diharapkan,Karena apa yang baik bagi pihak pria,belum tentu akibatnya juga baik bagi kaum wanita, Misalnya  mengajak teman menumpang dirumah. baik pria, maupun wanita, sangat riskan atau berpotensi untuk terjadinya bahaya rusaknya keharmonisan rumah tangga,Maka sedapat mungkin,hal ini dicegah.

Sekiranya segan atau kasihan, maka adalah jauh lebih baik,mengeluarkan uang ratusan ribu untuk diberikan kepada teman agar  menginap di hotel atau dilosemen,  Jangan biarkan api dan bensin berada dalam satu tempat. Karena resiko yang diambil terlalu mahal.

Membatasi Bahasa SMS

Sebelum menikah ,mungkin sudah terbiasa bila menjawab sms dari teman berlainan jenis, dibumbui dengan kata kata : ”sayang atau sweet heart “ atau “ I miss you so much” .Nah,walaupun mungkin saja sama sekali tidak bermaksud apapun,namun dalam sebuah rumah tangga ,hal hal seperti ini sudah tidak lagi bisa diterapkan

Jangan lupa,bahwa sebuah perahu atau kapal,tenggelam ,tidak selalu karena tiba tiba mengalami kebocoran besar.Biasanya didahului dengan kebocoran kecil,namun karena dibiarkan ,maka lama kelamaan ,kayunya menjadi lapuk dan bobol.. Ketika hal ini disadari, sudah terlambat, karena mungkin –perahunya sudah kemasukan air dan tenggelam.

Hidup berkeluarga,tak ubahnya dengan berlajar disamudra bebas .Nakhoda dan awak kapal harus berkerja sama, untuk menghindari ,kebocoran sekecil apapun. Oleh karena itu, hindari SMS mesra ,karena diantara suami istri sudah tidak boleh lagi ada main mata dengan orang lain

Meminjamkan 

Istri sahabat saya,saking kasihan pada saudara nya,maka tanpa setahu suami,meminjamkan sertifikat rumah mereka untuk dijadikan  jaminan dibank,Dengan catatan,dalam waktu paling lama tiga bulan akan dikembalikan lagi.. Karena sangat yakin,bahwa saudaranya tidak mungkin menipunya, maka sang  istri diam diam meminjamkan sertifikat tanpa setahu suaminya

Ternyata ,mujur tak dapat diraih,malang tak dapat ditolak,saudaranya tiba tiba mendapatkan serangan jantung dan meninggal..Celakanya,keluarganya mengatakan tidak tahu menahu mengenai sertifikat. Akibatnya sudah dapat dibayangkan,apa yang terjadi ,karena istri sudah mengambil keputusan ,tanpa setahu suami.

Semua yang dituliskan diatas,walaupun tidak dirinci satu persatu kejadiannya, namun semua berdasarkan kejadian kejadian yang sesungguhnya. Bagaimana seorang istri ,akhirnya bercerai dengan suaminya, bahkan kemudian menikah dengan sahabat suaminya yang menumpang dirumah mereka.

Pelajaran teramat pahit yang dialami orang jangan pernah sampai terjadi pada keluarga kita,, Semoga tuisan ini ada manfaatnya, tanpa bermaksud mencurigai semua orang,namun,jangan mempertaruhkan keutuhan keluarga kita, lantaran ingin menyenangkan hati orang lain,siapapun adanya

Tjiptadinata Effendi, 12 juli, 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun