Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hubungan Baik Guru dan Murid Tidak Sebatas Tahun Ajaran

4 Juli 2016   21:52 Diperbarui: 5 Juli 2016   12:04 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menengok hubungan baik antara saya,sebagai guru dan orang tua mereka,secara psikologis anak anak ini,tidak akan berani lagi mengadu ngadu kepada orang tua mereka, Karena mereka tahu, bukannya akan dibelain oleh orang tua mereka,malahan akan mendapatkan hukuman tambahan lagi.

Sehingga anak anak yang orang tuanya adalah pejabat penting di kota Padang atau orang berpengaruh di Yayasan ,karena banyak menyumbang,tidak akan berani mengertak guru, dengan mengatas namakan orang tuanya, Karena mereka menengok sendiri ,bagaimana orang tua mereka menghargai saya sebagai guru dari anak anak mereka.

Mengembalikan Semua Mainan Yang Disita

Bila ada murid yang main  main didalam kelas, maka semua mainan mereka saya sita. Dan katakan pada mereka:” Anda boleh mengadu kepada orang tua anda”.Tapi tidak ada yang berani mengadu kepada orang tua mereka, karena alasan yang sudah saya tuliskan diatas,yakni hubungan baik antara saya dan para orang tua sangat baik.

Setiap tahun, pada acara perpisahan,semua barang yang saya sita,saya kembalikan lagi secara utuh kepada mereka.Karena disimpan dilemari kelas. Mereka sangat terharu, bahwa ternyata mainan mereka tidak saya buang dan tidak saya kantongi,tapi dikembalikan utuh kepada mereka, Hal sangat kecil dan sepele,tapi semakin memupuk rasa  hormat mereka.

Hubungan Baik Tak Pupus Oleh Waktu

Hingga kini, mereka rata rata sudah menjadi orang penting ,bahkan ada yang menjadi pengusaha.Namun hubungan antara guru dan murid, tidak berakhir dengan habisnya tahun pelajaran atau  pindahnya mereka ke SMP.

Bahkan kalau kami ke Padang,  ,beberapa kali kami makan direstoran, tapi uang kami tidak diterima,karena pesan dari boss,yang rupanya adalah mantan murid saya atau mantan murid istri saya. Bukan masalah makan gratisnya,tapi hubungan baik ,yang tidak lekang oleh waktu dan tidak pupus oleh keadaan.

Karena merasa tidak enak makan gratis, kami beralih ke restoran lainnya, ternyata uang kami juga tidak diterima. Karena pemiliknya adalah mantan siswa dari istri saya. Tentu saja hal ini merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri bagi kami, bahwa sebagai guru ,kami sudah meninggalkan kesan yang amat manis dalam hati anak anak didik kami.

Semoga tulisan ini ada manfaatnya,setidaknya merupakan sebuah pandangan  hubungan murid dan guru dari sisi yang berbeda.Tulisan ini berdiri sendiri.Maksudnya sama sekali tidak ada hubugannya dengan masalah guru dan murid ,seperti yang ada di media..Semata berbagi kisah ,bagaimana dulu tindakan saya sebagai seorang guru.

Tjiptadinata Effendi/ 4 Juli, 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun