Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hubungan Baik Guru dan Murid Tidak Sebatas Tahun Ajaran

4 Juli 2016   21:52 Diperbarui: 5 Juli 2016   12:04 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hubungan Baik Guru dan Murid Terjalin HIngga Kini

Belakangan media cetak dan media online, heboh masalah  yang terjadi antara guru dan murid.Terdapat pro dan kontra, antara yang membela guru dan pihak yang justru menimpakan kesalahan kepada guru.

Tapi tulisan ini tidak akan membahas masalah tersebut,karena sudah terlalu banyak yang membahasnya. Justru yang ingin saya kedepankan adalah bagaimana hubungan baik antara guru dan murid, tidak terputus dengan berhentinya saya sebagai guru.Bahkan kini anak anak didik saya dulu,sudah menjadi diplomat ,dokter specialist ,pejabat negara dan beragam profesi lainnya.

Walaupun ,karena berbagai kesibukan masing masing ,kami tidak selalu salingkontak,namun hubungan baik terus berlanjut hingga saat ini.

Rahasianya:

Saya pernah menjadi guru di SD RK II dan kemudian di SMP Pius.walaupun hanya selama lebih kurang 5 tahun. Selama mengajar, tidak sekali juga saya memukul murid  saya. Mereka saya perlakukan seperti anak sendiri. Bahkan disela sela waktu istirahat, selalu saya manfaatkan waktu untuk melakukan pendekatan pribadi kepada mereka satu persatu.

Sesekali ,orang tua mereka saya undang ke kantor,tanpa surat undangan resmi, hanya melalui pesan kepada murid murid saya.  Pembicaraan singkat dan padat,diwaktu istirahat main atau sebelum lonceng berbunyi, ternyata sangat besar manfaatnya. Pesan yang saya sampaikan isinya sama,yakni :”Bapak /ibu, saya  sudah anggap anak bapak dan ibu, seperti anak saya sendiri. Jadi kalau salah saya marahi dan saya berikan hukuman, misalnya membuat karangan cerita dongeng atau apa saja ,sepanjang dua halaman. “

Umumnya orang tua sangat senang,mendengarkan bahwa saya akan memperlakukan anak anak mereka seperti anak kami sendiri.Bahkan mengatakan :'kami serahkan anak kami kepada pak guru." Sebuah kepercayaan adalah sebuah apresiasi.Tapi seiring dengan kepercayaan tentu ada tanggung jawab moril yang menyertainya, Karena sekali saja tindakan kita tidak sesuai dengan apa yang diucapkan pada orang tua murid,maka selamanya mereka tidak akan percaya lagi kepada saya. 

Kesampingkan Urusan Rumah Tangga

Yang namanya guru, pasti punya beban hidup dan berbagai masalah dalam rumah tangga, namun sangat penting menjaga diri, agar jangan pernah membawa bawa masalah dalam kehidupan keluarga kita kesekolah. Hal ini untuk menghindarkan, agar jangan sampai anak anak didik kita menjadi sasaran pelampias rasa kesal atau kegalauan dalam urusan diluar sekolah.

Efek Psikologis Kepada Anak

Menengok hubungan baik antara saya,sebagai guru dan orang tua mereka,secara psikologis anak anak ini,tidak akan berani lagi mengadu ngadu kepada orang tua mereka, Karena mereka tahu, bukannya akan dibelain oleh orang tua mereka,malahan akan mendapatkan hukuman tambahan lagi.

Sehingga anak anak yang orang tuanya adalah pejabat penting di kota Padang atau orang berpengaruh di Yayasan ,karena banyak menyumbang,tidak akan berani mengertak guru, dengan mengatas namakan orang tuanya, Karena mereka menengok sendiri ,bagaimana orang tua mereka menghargai saya sebagai guru dari anak anak mereka.

Mengembalikan Semua Mainan Yang Disita

Bila ada murid yang main  main didalam kelas, maka semua mainan mereka saya sita. Dan katakan pada mereka:” Anda boleh mengadu kepada orang tua anda”.Tapi tidak ada yang berani mengadu kepada orang tua mereka, karena alasan yang sudah saya tuliskan diatas,yakni hubungan baik antara saya dan para orang tua sangat baik.

Setiap tahun, pada acara perpisahan,semua barang yang saya sita,saya kembalikan lagi secara utuh kepada mereka.Karena disimpan dilemari kelas. Mereka sangat terharu, bahwa ternyata mainan mereka tidak saya buang dan tidak saya kantongi,tapi dikembalikan utuh kepada mereka, Hal sangat kecil dan sepele,tapi semakin memupuk rasa  hormat mereka.

Hubungan Baik Tak Pupus Oleh Waktu

Hingga kini, mereka rata rata sudah menjadi orang penting ,bahkan ada yang menjadi pengusaha.Namun hubungan antara guru dan murid, tidak berakhir dengan habisnya tahun pelajaran atau  pindahnya mereka ke SMP.

Bahkan kalau kami ke Padang,  ,beberapa kali kami makan direstoran, tapi uang kami tidak diterima,karena pesan dari boss,yang rupanya adalah mantan murid saya atau mantan murid istri saya. Bukan masalah makan gratisnya,tapi hubungan baik ,yang tidak lekang oleh waktu dan tidak pupus oleh keadaan.

Karena merasa tidak enak makan gratis, kami beralih ke restoran lainnya, ternyata uang kami juga tidak diterima. Karena pemiliknya adalah mantan siswa dari istri saya. Tentu saja hal ini merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri bagi kami, bahwa sebagai guru ,kami sudah meninggalkan kesan yang amat manis dalam hati anak anak didik kami.

Semoga tulisan ini ada manfaatnya,setidaknya merupakan sebuah pandangan  hubungan murid dan guru dari sisi yang berbeda.Tulisan ini berdiri sendiri.Maksudnya sama sekali tidak ada hubugannya dengan masalah guru dan murid ,seperti yang ada di media..Semata berbagi kisah ,bagaimana dulu tindakan saya sebagai seorang guru.

Tjiptadinata Effendi/ 4 Juli, 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun