Foto : matahari terbit di Burns Beach Iluka, W.A - Foto : dokumentasi pribadi
*Hidup ini adalah sebuah proses pembelajaran tanpa akhir, Disini kita belajar di Universitas Kehidupan,yang bersifat multidimensional dan mencakup semua aspek kehidupan. Kita bisa belajar dari apa saja. dan salah satu contoh adalah belajar dari sang mentari*
Matahari tidak pernah berkotbah,tapi sudah mengajarkan kepada kita, umat manusia, bagaimana hidup berbagi tanpa pamrih. Matahari menghangatkan, tapi tidak menghanguskan. Mengajarkan kepada kita ,untuk konsisten dalam menerapkan hidup berbagi. Terbit setiap hari di ufuk timur dan tenggelam di senja hari di belahan barat.
Bayangkan bagaimana manusia bisa bertahan hidup,bila mentari tidak lagi bersinar. Atau bersinar ,kapan kapan ia suka. Mungkin kita semua akan mati membeku.
Ada pribahasa :”Jadikanlah alam semesta menjadi guru “ . Maka salah satu guru kita adalah sang Mentari.Ada begitu banyak falsafah hidup yang dapat dipetik dari matahari,antara lain:
- memberi tanpa pamrih
- menghangatkan ,tidak menghanguskan
- membagi kehangatan tanpa memilah
- menerangi siapa saja
- membantu bunga berkembang
- membantu tanaman bertumbuh kembang
- memberi,tidak pernah menuntut balasan
Kilas Balik
Kalau dengan hati terbuka,kita mencoba melakukan kilas balik pada diri manusia, maka akan ditemukan banyak hal yang tidak selaras dengan contoh yang telah diberikan matahari.
- Piawai berkothbah, tapi tidak peduli sesama manusia
- Pintar berceramah ,tapi keluarga sendiri ditelantarkan
- Memberikan janji janji muluk,tapi tidak pernah ditepati
- Dalam memberi, selalu mengharapkan balasan
- Dalam memberi ,membedakan mana yang disukai atau tidak
- Memberikan sesuatu,agar mendapatkan sanjungan
- Berbicara tentang kasih,tapi menindas orang lain
- Menghafal ayat ayat kitab suci,tapi tak satupun diaplikasikan
Kilas Balik itu Penting
Kilas balik itu penting,karena mengingatkan kita ,agar selalu menyamakan kata dengan perbuatan. Menyadarkan kita bahwa untuk berbagi kepada sesame manusia, seharusnya tidak ada sekat yang membatasi. Baik warna kulit, asal muasal, latar belakang kehidupan, apalagi bila sampai dikait kaitkan dengan agama.
Kilas balik itu mengingatkan kita,untuk selalu rendah hati ,serta memahami ,bahwa untuk menerapkan hidup berbagi ,tidak harus berkoar koar agar di tengok orang. Karena bila hal tersebut dilakukan, maka sebanyak apapun harta yang dibagikan, tidak ada nilainya, karena tidak disertai oleh ketulusan hati
- Kilas balik ,menyadarkan kita,bahwa diri kita jauh dari sempurna,
- Kllas balik menuntun kita, agar tetap rendah hati
- untuk jangan pernah menghakimi orang lain
- kilas balik ,mengingatkan kita ,agar jangan pernah menggurui orang
- karena diri dalam diri kita sendiri,banyak hal yang harus diperbaiki
Kothbah itu Seharusnya Terlahir dari Tindakan
Kotbah yang terbaik adalah tindakan yang dilakukan. Karena sebuah perbuatan yang nyata bermanfaat bagi orang lain,akan lebih bernilai dari seratus kothbah.
Kaena itu ,sebelum menyampaikan kotbah kepada orang lain, maka terapkanlah terlebih dulu pada diri kita, pada keluarga dan dalam lingkungan terdekat kita. Percuma berbicara tentang cinta kasih,bila kita belum tahu, apa arti yang sesungguhnya dari cinta kasih itu.
Semisalnya: Ketika ditengah malam ,hujan lebat,ada tetangga yang sakit atau mau melahirkan,sedangkan dirumahnya tidak ada siapa siapa,maukah kita dengan ikhlas, bangun dan berhujan hujan mengantarkannya kerumah sakit ? Walaupun bukan sanak kita, bukan sesuku dan bukan seiman?
Kalau hati kita belum bisa menjawabnya,maka jangan pernah naik kemimbar untuk berkotbah, karena apapun yang akan kita katakan adalah sebuah kemunafikan saja.
Tulisan ini bukan untuk menggurui siapapun, melainkan sebuah refleksi diri,termasuk untuk penulis artikel ini sendiri.
Iluka, 28 Juni, 2016
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H