Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menerima itu Menyenangkan, Memberi Membahagiakan

30 Mei 2016   20:25 Diperbarui: 30 Mei 2016   20:48 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menerima itu Menyenangkan, Memberi itu Membahagiakan

Menerima itu menyenangkan hati. Sekecil apapun pemberian orang,yang diberikan dengan ikhlas tentu merupakan suatu hal yang sangat menyenangkan .Petanda bahwa kita disayangi ,dihargai atau setidaknya diperhatikan.  Namun ketika kita mampu mengaplikasikan hidup berbagi ,ada sebuah kebahagiaan tersendiri,yang tidak dapat dijelaskan dalam kata kata. Apalagi bila pemberian kita dihargai orang lain,walaupun sesungguhnya nilai nominalnya tidak seberapa bagi kita. Jangan lupa, bahwa apa yang bagi kita tidak berharga,mungkin saja bagi orang lain sangat berharga, Apa yang bagi kita,merupakan barang terbuang, mungkin bagi orang lain,merupakan sesuatu yang diimpikan.

Contoh Kecil :

Tahun lalu dalam acara Kompasianival , saya dan istri berusaha memberikan kenangan kecil. Berupa : sekeping coin ,mainan kunci, gunting kuku dan beberapa diantaranya jam tangan made in Hongkong.

Apalah artinya  sekeping coin ,yang hanya bernilai Rp.10.000,- atau gunting kuku yang harganya tidak lebih dari 5 dolar . Maupun jam tangan made in Hongkong ,yang harganya  tak seberapa. Namun ternyata mendapatlkan sambutan yang luar biasa. Malahan ada yang masih menyimpannya dengan baik hingga saat ini.

Dapat memberikan secuil kebahagiaan pada orang lain, apalagi kepada orang yang sudah menjadi teman,walaupun lewat dunia maya, tentu menghadirkan sebuah kebahagiaan tersendiri. Untuk apa kami melakukan semuanya ini? Pasti bukan untuk pamer ,juga bukan untuk pencitraan,karena saya bukan pejabat dan bukan siapa siapa. Satu satunya yang ada dalam hati adalah berbagi secercah kegembiraan  .

Berbagi Tidak Harus Dalam Ujud Materi

Tentu saja berbagi tidak harus dalam ujud materi. Bisa dalam bentuk bantuan ,uluran tangan,rasa simpati dan berempati, yang tidak ada kaitannya dengan pengeluaran uang. Sehingga sesungguhnya untuk terapkan hidup berbagi ,kalau ada niat, siapapun bisa melakukannya, Karena berbagi kasih ,bisa dalam bentuk apapun

Kebahagiaan Itu Semakin Dibagi Semakin Bertambah

Kebahagiaan itu sama dengan ilmu ,yang semakin diamalkan akan semakin bertambah banyak. Berbagi benda benda kecil ,tidak akan menyebabkan kita  menjadi miskin. Sebaliknya kebahagiaan yang dirasakan akan semakin berlipat ganda.

Semakin banyak kita berbagi,semakin banyak rejeki yang datang kepada kita. Inilah filosofi hidup yang senantiasa saya aplikasikan dalam hidup .Dan ternyata terbukti kebenarannya. Hampir disetiap kota,dimana kami singgah, selalu ada saja yang mengudang kami makan. Malahan di Australia, teman teman kami saling berebutan untuk membayar rekening restoran. Padahal   untuk makan malam belasan orang, tidak kurang dari 400 dolar.  

Agustus, kami rencana pulang ke Indonesia. Sudah ada undangan dari Pak Rudy Geron, selamat tiga hari, di salah satu pulau. Ada Pak Wang Eddy dari Semarang ,yang siap mengundang kami makan malam. Di Padang menunggu ponakan ponakan kami .Bahkan di jayapura dan di NTT kami sudah ditunggu, Padahal saya bukan siapa siapa. Pejabat bukan, tokoh masyarakat juga bukan,  Karena itu saya yakin dan percaya, bahwa hukum tabur tuai itu benar adanya.Siapa yang menabur akan menuai.

Jangan Pernah Memberi .Bila Tidak Ikhlas

Saya sejak masih muda ,sering mendengarkan pesan ini:” Jangan  memberi bila tidak ikhlas,karena tidak ada gunanya” Dan hal ini saya jadikan filosofi hidup dan diaplikasikan dimana ada kesempatan.Karena bila kita memberi karena ada sesuatu alasan,maka kelak akan kecewa, Apalagi kalau memberi,karena mengharapkan sesuatu imbalan, walaupun bukan dalam bentuk materi, namun setiap pemberia yang mengharapkan balasan,sesungguhnya bukan lagi sebuah pemberian. Melainkan sebuah transaksi dagang terselubung.

Yang dalam bahasa kerennya,memberi dengan prinsip :" nothing to loose". Maka pada saat itulah kita merasakan kebenaran kalimat :" Berbahagialah yang memberi ,daripada yang menerima"

Tulisan ini sama sekali jauh dari maksud menggurui atau mengedepankan diri  Hanya semata berbagi kisah kisah hidup,yang mungkin saja ada manfaatnya untuk disimak dan direnungkan, 

Iluka, 30 Mei, 2016

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun