Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Demi Kemanusiaan, Pria Ini Tak Pernah Bisa Kembali Ketanah Airnya

5 Mei 2016   19:18 Diperbarui: 5 Mei 2016   20:05 966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan masih jari dipelatuk senjatanya, Ben mendekat,menyingkirkan topi tentara tersebut dengan ujung  senapannya. Ternyata wajah anak anak sebayanya. Maka pada saat itu, menurut Ben. Ia menengok tentara yang sedang sekarat itu,bukan sebagai Nazi yang dibenci oleh bangsanya,melainkan sebagai sesame anak remaja.

Diturunkannya senapannya dan dipanggulnya tentara Nazi tersebut, yang tampak masih sadar ,namun sudah tidak mampu bergerak,mungkin karena kebanyakan darah yang keluar.Ben sadar,dengan memanggul tentara yang terluka  ini, maka kini musuhnya bukan hanya Nazi ,tetapi juga tentara bangsanya sendiri.

Namun tekad hatinya untuk menyelamatkan anak muda ini,membuatnya nekad berjalan melalui semak semak, untuk menuju ke garis belakang pertahanan, dimana  terdapat posko Palang Merah,yang bernama ICRC atau International Comite Red Cross

Malam hari ,dengan perasaan tubuh luluh lantak, akhirnya Ben berhasil menemukan tenda Palang Merah. Begitu tiba disana ,Ben sudah tidak kuat lagi berdiri dan roboh..serta ditolong oleh petugas Palang Merah.

Disarankan Untuk Tidak Pulang

Ben sudah lupa entah berapa hari ia menginap di bawah tenda Palang Merah. Namun ia diingatkan, bahwa  untuk apa yang sudah dilakukannya. Bagi Palang Merah adalah tindakan kepahlawanan bagi kemanusiaan.Tapi bagi negerinya,ia sudah melakukan disersi dan hukumannya adalah mati.

Karena tidak mempunyai pilihan lain, maka Ben mengikuti saran dari Palang Merah International .Ia dibawa ke Australia, yang pada waktu itu memang membuka pintu lebar lebar, menampung  korban perang dunia

Sejak saat itu,menurut Ben, ia tidak pernah lagi mendapat kabar tentang keluarganya.Karena hubungan terputus sama sekali. Pernah ada yang mengatakan padanya,bahwa kini Ben sudah menjadi warga Australia, tidak ada lagi permasalahan bila ia ingin kembali ketanah airnya. Namun, hal tersebut bagi Ben sudah lama terkubur.. Bukan karena sudah melupakan tanah dimana ia dilahirkan dan dibesarkan,namun di kota Wollongong  ada anak cucu dan istrinya yang dalam kondisi sakit dan tidak bisa berjalan.

Ben sudah mengiklaskan semuanya.bahwa demi untuk menyelamatkan nyawa seseorang, ia sudah kehilangan kesempatan untuk kembali ketanah airnya dan hidup hingga akhir hayat dinegeri orang.

Renungan

Walaupun kisah  dan irama peristiwanya berbeda jeda waktu, tempat dan kejadiannya, namun apa yang dialami Ben,juga diakmai oleh putra putri bangsa kita,karena perbedaan ideologi, Semoga jadi pelajaran pahit, agar kejadian tersebut jangan pernah terulang lagi,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun