Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Terbangun Setelah Tertidur Selama Satu Abad

15 April 2016   13:04 Diperbarui: 15 April 2016   13:44 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terbangun Setelah Tertidur Selama Satu Abad

Dewi sudah berada dipuncak keputusasaan..

Menikah dengan Arif ,pemuda yang juga warga sekampung .yang konon baru menyelesaikan kuliahnya dikota. Hal ini ,menghadirkan mimpi mimpi besar dalam dirinya. Bahwa kelak pria ini akan mampu  membawanya kedalam kehidupan yang lebih nyaman dan melegakan. Terlahir dalam keluarga petani, sejak kecil Dewi,sama sekali belum pernah merasakan kesenangan hidup, seperti yang ditontonnya lewat numpang  nonton TV di kantor kelurahan.

Hidup serasa monoton. Hanya sempat menikmati hidup sebagai anak anak ,hingga duduk dikelas 5 SD dikampungnya. Dan kemudian karena kedua orang tuanya bekerja menerima upah bekerja di sawah, ia harus menjaga adiknya yang masih kecil dirumah. Sekaligus mencuci pakaian ,membersihkan rumah dan menanak nasi dan lauk pauk ala kadarnya. Di usia dini. Dewi sudah harus hidup sebagaimana orang dewasa lainnya dikampung.

Karena itu ,menikah dengan Arif, sungguh merupakan sebuah kebanggaan dan kebahagiaan terbesar bagi Dewi .Dan tentu juga bagi kedua orang tuanya,mendapatkan mantu doktorandus dari kota.

Mimpi Yang Tersangkut

Ternyata berbulan bulan setelah pernikahan mereka, Arif tidak pernah beranjak dari rumah. Malah ikut kesawah,untuk bekerja,membantu kedua orang tua Dewi. Sampai disini Dewi  ,masih yakin, hal ini dilakukan oleh suaminya untuk mengambil hati kedua orang tuanya.Sebelum mereka berdua pindah ke kota.

Namun kini empat tahun sudah berlalu

Dan suaminya Arif tidak pernah lagi membicarakan tentang pindah ke kota kepadanya. Malahan Arif mengatakan :” Kenapain ke kota, banyak orang jahat.Enakan hidup begini. Pagi kesawah.makan dengan ikan asin bakar dan pulang mendapatkan istri yang cantik” kata suaminya sambil tertawa lepas.

Tapi bagi Dewi,hal ini sungguh sangat melukai hatinya. Mimpi mimpi besar,yang sudah terlanjur diceritakan dan dibangga banggakan kepada teman teman sekampung, ternyata sudah empat tahun ,masih tersangkut disawah.  Ia sungguh merasa tidak mampu bertahan lagi. Tapi mau lari kemana? Dewi,anak desa yang sejak lahir ,belum pernah sekali juga keluar dari desanya.

Ia hanya mampu berlari kebawah pohon  di pinggir sawah . Disana ia membaringkan tubuhnya di rerumputan, sementara pikirannya menerawang sangat jauh. Ingin pergi sejauh mungkin dari desa yang membosankan baginya . Yang telah  memadamkan  api mimpi mimpi besarnya..

Tiba Tiba Dewi Sudah Berada di Istana

Entah apa yang sudah terjadi, tiba tiba Dewi sudah berada disebuah istana yang megah dan amat indah. Dan pada saat ini ,didapatinya tubuhnya berada di tempat tidur yang sangat empuk. Saking besarnya kebahagiaan yang merasuk kedalam dirinya, maka Dewi menghempaskan tubuhnya berkali kali di kasur yang belum pernah dinikmatinya sejak dilahirkan di dunia.

Didepan tempat tidurnya ada cermin besar . Disana ia menengok tubuhnya sudah berbalut pakian sangat indah, mengalahkan pakaian Cinderrella ,seperti yang pernah disaksikannya lewat TV di kantor kelurahan.  Disamping cermin besar, ada meja tempat berias dan disebelahnya ada sepiring penuh buah buahan ,yang belum pernah ditengoknya seumur hidup.

Lengkaplah sudah kebahagiaan yang dirasakannya. Hidup mewah, tidak perlu lagi mencuci pakaian disungai dan menanak nasi dan membakar ikan asin. Kini,semua yang diperlukannya sudah tersedia.

Namun anehnya tak satu orangpun ada di istana yang begitu besar. Tapi mabuk oleh kebahagiaan, menjadi orang kaya mendadak, maka Dewi mana mau merusakkan kegembiraan hatinya dengan memikirkan hal tersebut. Yang penting impiannya menjadi orang kaya sudah terwujud!

 Dihinggapi Kerinduan Untuk Pulang

Menurut perasaan Dewi ,baru satu minggu ia berada diistana ini.Entah mengapa ,tiba tiba  rasa rindu akan rumah dan desanya menyesak dalam dadanya.  Luapan kebahagiaan yang sudah dinikmatinya selama satu minggu, seakan sirna ,bagaikan awan tertiup angin….Kini satu satunya keinginannya adalah pulang !

Namun Dewi tidak tahu jalan untuk pulang, Bahkan ia tidak tahu ,kini sedang berada dinegeri apa? Semakin dipikirkannya ,semakin sedihlah hatinya ,Kesedihannya kini,malah jauh lebih dalam bila dibandingkan dengan kesedihannya sewaktu masih hidup di kampung.

Tiba tiba dihadapannya berdiri seorang  tua  dan dengan tersenyum menyapa:” Mengapa menangis anakku? Bukankah ini hidup seperti ini yang kau impikan selama ini?”

“Kakek, mohon bawalah Dewi kembali ke rumah,Dewi sudah tidak tahan lagi hidup disini”

“Baiklah Dewi,pejamkanlah matamu  .Aku akan mengantarkanmu pulang ke kampong halamanmu”

Dewi memejamkan matanya ….dan sesaat kemudian ia sudah tiba di kampungnya

Semua Sudah Berubah

Tapi Dewi terbengong bengong. .. Kali dimana ia biasa mencuci pakaian masih ada disana..Tapi semuanya sudah berubah total.. Tempat yang dulunya berjejer sawah sawah.kini disana sudah berdiri gedung gedung. ..Desa yang dulunya sepi, kini mendadak begitu ramai..

Dan semua orang yang lewat didepannya memandang dengan terheran heran ..  Dewi baru ingat ,bahwa ia masih memakai gaun yang diperolehnya di istana tadi. Tiba tiba ada seorang kakek mendekatinya dan bertanya:” Nak, barusan dari pertunjukannya ya…? Pakaiannya bagus,pakaian kuno.karena mungkin sudah berusia satu abad lalu”

Bagaikan tersengat lebah,Dewi memandang dengan mata melotot kepada si Kakek, mengira orang tua ini bercanda. Namun tak sedikitpun tampak diwajahnya, bahwa ia sedang bercanda.

“Bukan kakek. Saya berasal dari desa  ini.Koq tiba tiba berubah?”  Jawab Dewi

Kini giliran si Kakek yang terbengong bengong. :”Desa? Satu abad lalu ,memang menurut orang tua kakek, disini pernah ada desa. Tapi sudah lama tidak ada lagi..,karena sudah berubah jadi kota”

Dewi terduduk lemas.  Pikirannya sudah tidak mampu lagi menterjemahkan apa yang sesungguhnya terjadi. Rasanya dunia sudah kiamat baginya dan tidak pernah lagi akan bertemu dengan kedua orang tuanya, dengan kedua adiknya dan dengan suaminya Arif.  Dewi kehilangan kesadaran dirinya…

Tiba tiba

“Wi…Dewi… mengapa tidur dibawah pohon? Sudah sejak tadi aku mencarimu.. yuk bangun..kita pulang kerumah…” Suara itu sangat dikenalnya.. Ya itu suara Arif ,suaminya.

Dewi membuka matanya ….memeluk suaminya dan bersujud syukur ..  Ternyata tadi Dewi ketiduran dan bermimpi….Sejak peristiwa itu, Dewi menikmati hidupnya dengan penuh rasa syukur.. Tak pernah lagi berkeluh kesah. Makan dengan sepotong ikan asin bakar bersama suami tercinta dan keluarganya ,dirasakannya jauh lebih nikmat ,daripada makanan yang pernah dicicipinya di istana impian ……………

Tjiptadinata Effendi/ 15 Apr. 16

Renungan:

Mungkin kita juga pernah terjebak angan angan seperti Dewi. merasa jenuh pada keadaan, bosan berada di kampung halaman  dan ingin melanglang buana menelusui seluruh permukaan bumi.Nanun ketika impian menjadi kenyataan dan kita hidup jauh dinegeri orang, ternyata merasa ada sesuatu yang hilang dari diri.

Ada kalanya kerinduan ,seperti yang dirasakan Dewi. merasuk kedalam hati dan jiwa kita.Rindu akan tanah air,rindu akan kampung halaman dan rindu akan sanak keluarga yang ditinggalkan...Kemewahan hidup ,tidak selalu menghadirkan kebahagian sejati.......

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun