Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[My Diary] Memaafkan Pembunuh

11 April 2016   19:14 Diperbarui: 11 April 2016   20:48 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto: Fiksiana Community

[My Diary]  Memaafkan  Pembunuh

Dear Diary.

Sudah jam 2 dini hari.....

dari jendela kamar ,tampak bertaburan bintang bintang dilangit.

Namun kali ini keindahan malam tak lagi menyentuh kalbu.

Hati seakan tertutup oleh gelapnya malam..

Saya coba memenjamkan mata,,namun walaupun mata tertutup tapi tetap saja tidak bisa tidur. .. Pikiran dan hati masih galau dengan perasaan campur aduk. terpaut dengan email yang saya terima siang tadi.

Surat dari seorang sahabat, yang sudah bertahun tahun menghilang dan tidak pernah saling kontak lagi. Isi surat inilah yang bagaikan merasuk hingga kerelung jiwa saya yang terdalam. Ada kepedihan dan perih menyeruak hingga keseluruh tulang belulang.

Isinya  adalah sebuah pengakuan, bahwa dirinya yang telah merusakkan system rem kendaraan saya ketika saya titipkan di bengkel untuk di service. Tujuannya adalah bila kami sekeluarga kecelakaan,maka seluruh pinjamannya pada saya menjadi lunas.

"Dengan tangan saya sendiri telah merusakkan sistem rem kendaraan pak Effendi. Dengan pikiran jahat, bila hal itu terjadi,pinjaman saya pada pak Effendi menjadi lunas.....Sungguh saya malu pada Tuhan, pada pak Effendi,pada keluarga saya dan pada diri sendiri.betapa tega saya melakukan semuanya itu hanya demi uang....."

Sungguh saya tidak habis pikir, bagaimana mungkin,seorang sahabat ,yang sudah saya tolong dan pinjamkan uang dalam jumlah yang cukup besar untuk dijadikan modal kerja, tanpa bunga dan tanpa bagi hasil.ternyata begitu tega merencanakan untuk menghabisi kami sekeluarga.

Penutup suratnya berbunyi :

” Dengan penuh penyesalan yang mendalam, saya mohon dengan sangat keikhlasan pak Effendi untuk mau memaafkan saya. Agar saya dapat menghadap Sang Pencipta dengan tenang…..Sudah belasan tahun saya dihantui oleh rasa berdosa .. namun saya tidak punya keberanian untuk menghubungi .. ..Sepatah kata maaf dari Pak Effendi ,maka saya dapat pergi dengan damai……”

Sungguh Tidak Mudah Memaafkan

Memaafkan orang yang tidak mengembalikan pinjaman ,gampang dan sudah puluhan kali saya lakukan. Memaafkan orang yang menyakiti saya ,juga tidak masalah . Tapi memaafkan orang yang merencanakan membunuh seluruh keluarga saya, jujur tidak mudah saya lakukan.Seakan dalam diri saya ada dua kekuatan yang sedang berkecamuk...

Saya hanya dapat berdoa .memohonkan kekuatan kepada Tuhan..untuk dapat memaafkan orang yang sudah merencanakan untuk menghabisi kami sekeluarga...

Bersyukur, menjelang pagi.. Tuhan memberikan kekuatan kepada saya untuk bisa memaafkan sahabat saya dengan ikhlas..Dan saya dapat terlelap dengan damai…

Sebulan kemudian ,

sahabat saya meninggal dengan damai , setelah sempat berbicara pada saya lewat telpon .. Ia menangis  dan berkali kali menyebutkan kebesaran Tuhan.. dan sahabat saya pergi dalam damai…Saya sudah memaafkannya lahir bathin……

Cuplikan Kejadian:

Saya dan istri serta anak anak melakukan perjalanan jauh dari Padang ke Jakarta. Ini bukan pertama kalinya saya menyetir jarak sekitar 1.400 km sekali jalan. Walaupun sedan Corolla yang akan digunakan, masih baru setahun dibeli,untuk keamanan saya servicekan ke bengkel ,yang berlokasi berdampingan dengan rumah sahabat saya tersebut diatas.

Kemudian kendaraan mulai meluncur menuju keluar kota. Dalam kendaraan hanya kami sekeluarga,Saya menyetir ,istri saya duduk disamping dan ketika anak anak kami duduk dibangku belakang.

Namun baru sekitar 3 jam  berada di luar kota, ketika berada ditikungan tajam dan saya menginjak rem,  ternyata rem sama sekali tidak berfungsi .Saya coba menginjak rem berkali kali.Memompa dengan injakan pada pedal rem. dengan harapan bisa berkerja, namun rem sama sekali tidak bereaksi ..Kendaraan meluncur terus dengan kecepatan tinggi..

Terbayang istri dan ketiga anak anak kami berada di kendaraan, keringat dingin membasahi tubuh saya. Akan tetapi.dalam detik detik yang menentukan itu, saya bersyukur mendapatkan kekuatan entah dari mana.

Rem tangan saya tarik sekuatnya Pada waktu yang bersamaan, perseneling saya dorong ke perseneiling satu. Terdengar bunyi berderak keras, tapi roda kendaraan berhenti,Persis jarak setengah meter dari dipinggir jurang. Pintu mobil saya buka dan langsung  melompat keluar.

Mengambil batu apa saja yang ada disana ,untuk mengganjal roda kendaran ,agar tidak meluncur, Pada  saat  bersamaan, istri dan anak anak saya minta turun perlahan lahan Agar roda mobil tidak meluncur turun. Kami selamat dan  semuanya bersujud syukur

Sahabat saya sudah  pergi dalam damai

Saya  dapat menjalani hidup tanpa beban...

Sungguh memaafkan orang, akan menjadi berkah sepanjang hidup kita. Walaupun perlu perjuangan untuk dapat mengalahkan diri sendiri...

Karya peserta lain silakan ke TKP Fiksiana Community. Dan silakan bergabung di FB Fiksiana Community

 

Wollongong, 11 April. 2016

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun