Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mewaspadai Paradigma: " Tidak Suka Artikelnya, Penulisnya Dimusuhi"

10 April 2016   18:58 Diperbarui: 12 April 2016   09:23 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak Mungkin Menyukai Semua Artikel.Tapi Tidak Harus Penulisnya Dimusuhi

Setiap aksi akan menimbulkan reaksi,sekecil apapun.Begitu juga,sewaktu memutuskan untuk menulis di medsos manapun. Seharusnya kita sudah memahami,bahwa tulisan yang kita anggap bagus dan menarik,belum tentu baik dan menarik menurut pembaca. Dalam kalimat lain, tidak ada satupun penulis hebat di dunia ini, yang tulisannya disukai dan  disenangi oleh semua orang. Pasti ada yang suka dan ada yang tidak suka.

Seandainya ada  artikel yang tidak kita senangi,maka jalan terbaik adalah tidak usah dibaca. Kalau sudah terlanjur membaca, dilewatkan saja, tidak perlu dikomentari. Apalagi sampai memusuhi  Penulis artikel tersebut.

Mempertaruhkan Harkat dan Harga Diri

Disinilah harkat diri seseorang dipertaruhkan. Jangan lupa, orang tidak hanya dinilai dari hasil karya tulisnya tapi juga orang dapat dinilai dari komentar komentar yang diberikannya terhadap tulisan orang lain.Tulisan adalah implementasi dari jiwa dipenulisnya.Tidak peduli apakah tulisan tersebut merupakan sebuah artikel ,maupun dalam bentuk komentar. Apa yang ditulis adalah cerminan jiwa seseorang.

Setinggi apapun jabatan seseorang atau sebanyak apapun gelar yang disandangnya ,sekali saja menampilkan tulisan yang berbau sara dan penuh kebencian, maka image yang telah dibangun bertahun tahun,akan pupus secara serta merta ,

Komentar Bernada Permusuhan, menunjukkan bahwa si pemberi komentar :

  • memiliki sikap mental yang belum dewasa
  • Mengalami distorsi kejiwaan
  • Berjiwa kerdil dan tertutup terhadap perubahan
  • Kepribadian yang patut dikasihani
  • Ingin membentuk personal branded secara keliru
  • Tidak berani tampil secara terbuka
  • Menunjukkan jiwa yang galau

Kita Tidak Mungkin Dapat Menyenangkan Hati Semua Orang   

Disisi lain, sehebat apapun seorang penulis,mustahil dapat menyenangkan hati semua orang. Hal ini penting dipahami, sehingga dalam perjalanan hidup, tidak mudah tergoyahkan, hanya karena ada orang yang tidak suka pada hasil karya tulis kita.

Alasan Orang Menulis:

  • Menyalurkan hobbi
  • Berbagi kisah kisah inspiratif
  • Mencegah kepikunan
  • Menjaring dan menyalin persahabatan

Karena itu adalah sesuatu yang sangat janggal ,bila justru dengan menulis ,orang yang tadinya saling sapa dengan kita, semakin lama semakin berkurang  Sehingga dengan demikian,berarti salah satu tujuan dari menulis ,yakni untuk menjalin persahabatan, tidak terpenuhi.

Kita Tidak Dapat Mendiktekan Orang

Setiap orang memiliki kebebasan untuk menulis. Kita tidak mungkin melarang atau menyuruh orang menulis, hanya masalah masalah yang kita senangi saja. Nah,andaikata suatu waktu sahabat kita menulis sesuatu yang tidak kita harapkan , tidak perlu penulisnya sampai ditegor,apalagi sampai di musuhi.

Paradigma Yang Sangat Berpotensial Merusak Generasi Muda Bangsa

Secara tanpa sadar kondisi ini bagaikan virus yang menakutkan, yang kini sedang berkembang dengan pesatnya diberbagai media sosial. Pelaku dan korbannnya sudah  mewabah keseluruh lapisan masyarakat. Bukan hanya anak anak remaja yang melakukannya, tetapi sudah menjalar kesosok yang secara formal adalah tokoh intelektual . Bahkan resmi adalah pejabat tinggi dari Pemerintah Indonesia.

Bila hal ini dibiarkan berlarut larut, maka paradigma ini akan semakin merasuk kedalam jiwa generasai muda bangsa. Bahwa bila tidak setuju pada  tindakan seseorang,maka orang boleh saja memaki maki dan memusuhi sosok tersebut .Termasuk memusuhi setiap orang yang menulis artikel tentang sosok yang tidak disukai, dengan menghalalkan segala cara.Termasuk sara dan tebar kebencian.

Semoga tulisan ini ada manfaatnya ,setidaknya untuk menyadarkan  ,bahwa bila tidak dapat memberikan komentar yang postif, lebih baik tidak memberikan komentar sama sekali. Dalam hal ini sangat tepat bila digunakan pribahasa lama:” Speak is silver,Silent is gold”. Lebih baik diam,daripada memberikan komentar yang berbau sara dan kebencian.

Wollongong, 10 April, 2016

Tjiptadinata Effend

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun