Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Jangan Dorong Anak Kita Jadi si Malin Kundang

1 April 2016   18:27 Diperbarui: 1 April 2016   20:56 1024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi kebersamaan. Sumber : alent.org"][/caption]

Agar Anak Anak Menyayangi Kita Hingga Hari Tua

Kisah Si Malin Kundang yang sudah melegenda, tidak hanya di kenal dan dikenang  oleh warga yang lahir dan  tinggal di Sumatera Barat, khususnya kota Padang. Melainkan sudah menyeruak hingga keseluruh pelosok Nusantara.

Bahkan tidak jarang dijadikan semacam pesan  moral "Jangan  seperti Si Malin Kundang." Maksudnya adalah jangan sampai sebagai seorang anak, menduharkai orang tua. Baik dengan cara tidak mengakui secara terang-terangan, maupun dengan sikap acuh tak acuh yang ditunjukkan anak terhadap orang yang sudah melahirkan dan membesarkannya.

Namun pesan  moral boleh saja tergiang ditelinga, tapi belum tentu dimasukkan kedalam hati,serta dijadikan pedoman hidup. Tidak jarang kita menyaksikan, orang tua yang di tinggalkan di Panti Jompo dan hanya sekali setahun saja ditengok.

Bahkan tidak sedikit anak anak yang tadinya dilahirkan dan dibesarkan, setelah dewasa, tega memperlakukan orang tuanya sebagai pengemis ,yang menunggu uluran tangan anaknya untuk memberikan sesuatu untuk dimakan.Mengapa bisa terjadi hal yang sangat menyedihkan ini?

Bisa jadi karena pengaruh lingkungan dan teman temannya, namun tidak tertutup kemungkinan,justru penyebabnya adalah sikap orang tua sendiri. Yang mendidik anak anak secara otoriter dan tanpa kasih sayang yang sesungguhnya.

Kiat Untuk Meletakkan Dasar Kasih Sayang Dalam Diri Anak

Setelah didera penderitaan hidup selama tujuh tahun,bersama putra kami yang baru satu pada waktu itu, akhirnya kami dapat menikmati hidup layak, sebagaimana orang lain. Tidak ada perlakuan istimewa dalam pendidikan anak anak. Hingga belakang hari, istri saya melahirkan putra kedua, yang selisih umur 7 tahun dari putra sulung, dan 3 tahun kemudian putri bungsu kami lahir. Genaplah sudah dalam keluarga kecil kami total 5 orang.

Untuk mendidik anak anak ,kami tidak mengunakan teori dari professor manapun, melainkan mendidik mereka dengan penuh kasih sayang. Kami tidak pernah menggurui mereka berjam jam dalam mengajarkan pekerti dan kesantunan, namun lebih banyak memberikan contoh dan teladan. Karena bagi anak anak, seribu kotbah orang tua, bisa dilupakan seiring dengan berjalannya waktu, namun contoh teladan yang diberikan secara nyata, akan tersimpan selama hidup mereka.

Hal Hal Sederhana Yang Kami Terapkan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun