[caption caption="Ilustrasi kebersamaan. Sumber : alent.org"][/caption]
Agar Anak Anak Menyayangi Kita Hingga Hari Tua
Kisah Si Malin Kundang yang sudah melegenda, tidak hanya di kenal dan dikenang oleh warga yang lahir dan tinggal di Sumatera Barat, khususnya kota Padang. Melainkan sudah menyeruak hingga keseluruh pelosok Nusantara.
Bahkan tidak jarang dijadikan semacam pesan moral "Jangan seperti Si Malin Kundang." Maksudnya adalah jangan sampai sebagai seorang anak, menduharkai orang tua. Baik dengan cara tidak mengakui secara terang-terangan, maupun dengan sikap acuh tak acuh yang ditunjukkan anak terhadap orang yang sudah melahirkan dan membesarkannya.
Namun pesan moral boleh saja tergiang ditelinga, tapi belum tentu dimasukkan kedalam hati,serta dijadikan pedoman hidup. Tidak jarang kita menyaksikan, orang tua yang di tinggalkan di Panti Jompo dan hanya sekali setahun saja ditengok.
Bahkan tidak sedikit anak anak yang tadinya dilahirkan dan dibesarkan, setelah dewasa, tega memperlakukan orang tuanya sebagai pengemis ,yang menunggu uluran tangan anaknya untuk memberikan sesuatu untuk dimakan.Mengapa bisa terjadi hal yang sangat menyedihkan ini?
Bisa jadi karena pengaruh lingkungan dan teman temannya, namun tidak tertutup kemungkinan,justru penyebabnya adalah sikap orang tua sendiri. Yang mendidik anak anak secara otoriter dan tanpa kasih sayang yang sesungguhnya.
Kiat Untuk Meletakkan Dasar Kasih Sayang Dalam Diri Anak
Setelah didera penderitaan hidup selama tujuh tahun,bersama putra kami yang baru satu pada waktu itu, akhirnya kami dapat menikmati hidup layak, sebagaimana orang lain. Tidak ada perlakuan istimewa dalam pendidikan anak anak. Hingga belakang hari, istri saya melahirkan putra kedua, yang selisih umur 7 tahun dari putra sulung, dan 3 tahun kemudian putri bungsu kami lahir. Genaplah sudah dalam keluarga kecil kami total 5 orang.
Untuk mendidik anak anak ,kami tidak mengunakan teori dari professor manapun, melainkan mendidik mereka dengan penuh kasih sayang. Kami tidak pernah menggurui mereka berjam jam dalam mengajarkan pekerti dan kesantunan, namun lebih banyak memberikan contoh dan teladan. Karena bagi anak anak, seribu kotbah orang tua, bisa dilupakan seiring dengan berjalannya waktu, namun contoh teladan yang diberikan secara nyata, akan tersimpan selama hidup mereka.
Hal Hal Sederhana Yang Kami Terapkan:
Menghormati kami sebagai orang tua mereka
- Kami makan bersama sama
- Tidak ada menu khusus untuk kepala keluarga
- Semua mendapatkan porsi yang sama
- mengajarkan mereka selalu disiplin diri
- Setiap liburan kami selalu membawa anak anak
- Bila salah satu anak kurang sehat, maka rencana liburan kami batalkan
- Mengajarkan kepada anak anak,bahwa sopir dan pembantu,boleh duduk makan bersama
- Menghargai tetangga kiri kanan muka dan belakang
- Tidak pernah membicarakan perbedaan ras ,agama dan suku
- membiasakan anak anak hidup rukun damai dalam keberagaman
- Mendidik mereka untuk jangan pernah iri hati
- Dan selalu bertutur kata dan berprilaku jujur
Pohon Yang Kami Pupuk itu Kini Berbuah Lebat
- Hukum tabur tuai berbunyi ”Barang siapa yang menabur, maka ia akan menuai.”
- Tentu sesuai apa yang ditaburkannya.
- Bila menabur lalang, mustahil bisa panen jagung
- Bila tidak pernah menanam, jangan pernah berharap dapat memetik buah
Kami bersyukur, hingga tumbuh menjadi dewasa dan masing masing sudah memiliki keluarga, kedua putra dan putri kami, senantiasa menyayangi kami. Tak sekali jua kami pernah minta apapun dalam bentuk materi,namun putra dan putri kami dengan penuh kasih sayang memberikannya kepada kami.
Kebahagiaan Terbesar bagi Kami sebagai Orang Tua
- “Papa mama, kita libur ke Jepang yaa. Semua saya yang tanggung jawab,” kata putra pertama kami
- “Papa mama, saya tidak bisa ikut jalan jalan, nih saya transfer untuk tiket ke Italia yaa,” kata putra kedua kami
- “Papa mama, kita ke Malaysia yaa,“ kata putri kami
Ini hanya sebuah contoh saja. Karena bila semua dipaparkan secara rinci ,akan terkesan pamer diri. Adakah kebahagiaan yang lebih besar dari orang tua, dari pada mendapatkan kasih sayang dari anak anak? Bagi kami, ini adalah kebahagiaan terbesar yang senantiasa kami syukuri.
Karena itu ,setiap bangun pagi, tak lupa kami panjatkan rasa syukur yang luar biasa kehadirat Tuhan, karena telah menganugerahkan kami putra putri yang teramat menyayangi kami.
Mendidik anak untuk tahu disiplin diri, tidak harus mengunakan cara kekerasan. Karena bila hal ini dilakukan,maka kelak kita sebagai orang tua, akan merasakan pahit getir buah, dari pohon yang mengering tanpa kasih sayang. Tidak jarang, orang tua dengan sikap otoriter mendidik anak anak, sehingga tanpa sadar, mendorong mereka menjadi "Malin Kundang"
Wollongong, 01 Maret, 2016
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H