Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hubungan Baik Dengan Tetangga tak Pupus oleh Jarak dan Waktu

25 Maret 2016   02:41 Diperbarui: 25 Maret 2016   02:54 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="foto mantan rumah kami di wisma Indah I, dibelakang tampak paviliun berlantai 3"][/caption] Hubungan Baik Dengan Tetangga Tak Pupus Oleh  Jarak dan Waktu

Tinggal di Apartement yang berlokasi di Kemayoran, Jakarta Pusat menyebabkan saya merindukan  hidup di kampung halaman. Bedanya bagaikan siang dan malam. Di Apartemen, walaupun tinggal satu atap, tapi hampir tidak  saling kenal dengan tetangga. Bahkan yang dinding apartementnya bersebelahan dengan kami. Karena  masing masing sibuk dengan urusan sendiri sendiri. Subuh sudah keluar rumah dan malam pulang langsung masuk ke apartement dan “glek”, pintu ditutup dan dikunci.

Kalau lagi beruntung, kami bisa bertemu sekali setahun, yakni sewaktu ada acara halal bihalal pada hari Raya Idul Fitri atau pada Perayaan Natal Bersama. Selain dari waktu itu, sungguh merupakan sebuah kesempatan langkah untuk bisa saling bertemu dan menjalin hubungan persahabatan.

Hal ini semakin membuat kami merindukan hidup bertetangga seperti di kampung halaman kami di kota Padang. Namun tentu semuanya hanyalah tinggal kenangan manis belaka.

Hubungan Baik dengan Tetangga di Padang

Sewaktu  masih di Padang, sesudah nasib kami berubah total. Kami memilih tinggal di komplek Wisma Indah I yang lokasinya bersebelahan dengan SMA Yayasan Bunda dan masih satu Komplek dengan Universitas Bung Hatta.

Pada hari pertama kami menginjakkan kaki di sini, semua tetangga kami undang makan bersama, sebagai tanda perkenalan. Ternyata cukup ramai yang datang. Pak RT dan Pak Lurah adalah sahabat kami yang pertama disana.  Sejak saat itu kami senantiasa menjalin hubungan baik dengan tetangga. Bila ada penduduk yang sakit atau akan melahirkan ditengah malam dan tidak ada kendaraan,maka saya dengan ikhlas mengantarkan mereka ke rumah sakit.

Bahkan Jalan Bunda I yang pada waktu itu terbengkalai pengaspalannya, kami rundingkan dengan Pak RT dan Pak Lurah agar pekerjaan dilanjutkan dan kekurangan biaya bisa diatur untuk ditutupi. Karena pada waktu itu kami masih Pengusaha, jumlah uang segitu, tidak menjadi masalah bagi kami.

Warga Sangat Senang

Warga sangat senang karena jalan masuk kerumah mereka sudah diaspal. Kami juga senang,karena sebagai pendatang baru, setidaknya sudah ikut menunjukkan itikat baik, dengan membantu menyelesaikan pengaspalan jalan ini.walaupun hanya satu jalan dalam lingkugan RT kami saja. Hubungan baik kami berlangsung dengan rukun dan damai. Padahal waktu itu kami adalah orang pertama dari warga keturunan Tionghoa yang berani masuk dan tinggal di komplek tersebut.

Bahkan di kala Idul Adha, kami kebagian banyak daging dari sana sini. Untuk menolak, kami kuatir warga akan tersinggung, Maka semua kami terima. Istri saya memasaknya jadi rendang dan kemudian kami bagikan kerumah rumah penduduk disekitar rumah kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun