Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ubah Kutukan Jadi Berkat

19 Maret 2016   16:04 Diperbarui: 19 Maret 2016   16:28 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ubah Kutukan Jadi Berkat

Sebesar apapun hasrat hati dan upaya  kita untuk menjadi orang baik ,namun satu hal yang pasti tidak mungkin kita capai ,yakni menyenangkan hati semua orang. Karena apa yang baik dan benar menurut kita, belum tentu baik dan benar menurut pandangan orang lain. Belum tentu kesalahan terletak pada diri kita dan belum tentu juga karena kesalahan orang lain. Karena manusia itu memang diciptakan berbeda. Beda dalam tampilan  phisik dan tidak jarang beda dalam cara berpikir,serta memiliki alur perasaan masing masing.

Nah,di dunia yang seperti inilah kita hidup dan belajar untuk menerima semua perbedaan. Yang tidak jarang menghadirkan gesekan gesekan,bahkan benturan benturan yang melukai harga diri kita. Karena itu tidak salah ada pribahasa yang mengingatkan kita, bahwa hidup adalah proses pembelajaran diri tanpa akhir.

Sebuah perbedaan dapat disikapi atau direspon dengan cara berbeda:

  • Marah
  • Melontarkan serangan balik
  • Mengutuki lawan bicara
  • Menjadikannya sebagai lawan atau musuh
  • Atau
  • Dianggap bagian dari pelajaran hidup

Mengubah kutukan menjadi berkat

Secuil Pengalaman Hidup

Berbagi kisah hidup bisa hidup yang diyakini ada manfaatnya bagi orang banyak,tentu bagi kita merupakan sebuah jalan untuk mengaplikasikan hidup berbagi. Bukankah ada tertulis, bahwa hidup itu baru memiliki maknanya, bila orang sudah dapat menerapkan hidup berbagi?

Namun disisi lain, dapat juga dianggap oleh sebagian orang ,sebagai pamer diri.Untuk pencapaian atau memblow up diri, untuk mendapatkan personal branded sebagai :” orang baik”

Perbedaan sudut pandang ini ,jangan sampai membelenggu diri ,sehingga kita tidak lagi berani melangkah. Berbagilah dengan ikhlas, walaupun mungkin tidak semua orang akan setuju dengan apa yang kita tulis. Dalam hal ini ,kembali kepada falsafah hidup bahwa :” tak seorangpun di dunia ini, yang mampu menyenangkan hati semua orang”

Saya tidak ingat lagi, apakah pengalaman ini sudah pernah diceritakan dalam versi lain sebelumnya.namun saya berpendapat, tidak ada yang akan dirugikan dengan kisah ini.

 Ketika Hidup Berada Dipersimpangan Jalan

Pada tahun 1966 saya pernah bekerja di salah sebuah pabrik karet ,dipinggiran kota Medan.,tepatnya 34 km dari pusat kota . Perusahaan berlokasi di desa Patumbak,desa Timbang Deli,yang kini namanya Deli Serdang. Nama perusahaannya adalah PT Pikani Setelah setahun bekerja,tiba tiba saya dipanggil Manager Perusahaan dan mengatakan :” Effendi ,mulai hari ini ,anda saya tugaskan untuk mengantikan pekerjaaan Juru Timbang,yang sudah diberhentikan.Saya percaya ,anda bisa menjaga kepercayaan yang diberikan.”

Sebuah kejutan yang sangat membesarkan hati bagi saya,mendengarkan berita gembira ini. Saya ucapkan terima kasih. Menyalami Manager dan dengan perasaan seolah melayang diangkasa,Saya tinggalkan ruangan Manager dan bergegas mencari istri saya. Tentu saja berita surprise ini disambut dengan penuh kegembiraan dan rasa syukur oleh istri saya. Dan kami berdua langsung bersujud syukur kepada Tuhan atas anugerah luar biasa yang diterima.

Dipersimpangan Jalan Hidup

Dihari  pertama saya bertugas di pos yang baru,banyak mendapatkan ucapan selamat dari teman teman sekerja. Tapi  ada juga yang tidak senang, Karena merasa ,sebagai orang baru,tiba tiba saja kedudukan saya di katrol. Dan langsung mendapatkan kepercayaan yang luar biasa.

Pada saat itu, saya sungguh sungguh belum mengerti, mengapa tugas sebagai Juru Timbang tersebut seolah merupakan sebuah jabatan yang aduhai. Padahal sekalipun alih tugas, saya masih tetap bekerja di dalam gudang. Saya tidak habis pikir ,apa sih hebatnya jadi Juru Timbang,selain dari gaji yang ditambah? Namun saya tidak usah menunggu lama untuk jawabannya. Karena pada hari itu juga saya menemukan jawabannya. Dan jawabannya sungguh membuat jantung saya berdebar sangat kencang.

Menimbang Barang Masuk

Tugas saya adalah  menimbang barang masuk dan kemudian menuliskan catatan timbangan ,serta menerbitkan Bon  Gudang ,yang berisi catatan tentang jenis barang yang masuk ,jumlah koli dan total berat bersih ,sesudah dipotong berat karung guni pembungkusnya.Berdasarkan Bon Gudang ,yang merupakan bukti bahwa karet sudah masuk kedalam gudang,maka pemiliknya dapat kekantor untuk mendapatkan harga dari Manager .Dari sini ke kasir untuk dapat menguangkannya.

Truk pertama selesai ditimbang dalam waktu lebih kurang 1 jam. Saya membuat nota timbangan dengan berat : 4.786 Kilogram. Jadi sama sekali tidak ada masalah. Tapi ketika truk kedua yang hanya berisi muatan 2.430 Kilogram.

Ketika saya sedang menuliskan nota timbangan, tiba tiba Bang Tobing (bukan nama sebenarnya),memberikan sebuah amplop yang cukup tebal.  Tentu saja saya kaget. Apalagi ketika saya buka,ternyata isinya uang segepok.

“ Ini untuk kau Aseng “ ,kata Bang Tobing berbisik ditelinga saya. (disini teman teman sekerja ,memanggil nama saya Aseng). Jantung saya berdegub keras. Tangan saya gemetaran. Terbayang istri saya yang pucat karena kurang makan dan istirahat. Kalau uang ini saya terima, setidaknya akan meringankan  hidup kami berdua.

Namun tiba tiba wajah Manager saya seakan muncul didepan mata saya ,Seakan kalimat :”Saya percaya, anda bisa menjaga kepercayaan yang diberikan”

Bagaikan tersentak bangun, segepok uang dalam sampul itu ,saya kembalikan lagi kepada Bang Tobing. Tapi tidak diterima ,malah saya dimarahin:” Belagu kau Aseng.. Itung tuh uang, Jumlahnya hampir setahun gaji kau disini” kata Bang Tobing dengan aksen khas Sumatera Utara.

Ketika saya tetap menolak,ia menyumpahi saya:” Jadi kuli lah kau seumur hidup”,katanya dengan wajah merah padam karena marah. Tiba tiba saya baru sadar,mengapa teman teman sekantor merasa iri,ternyata ada peluang untuk mengubah hidup secara instant.

Bang Tobing pergi dan sesaat kemudian datang salah satu dari mandor gudang ,yang saya kenal bernama Bang Zul. Datang mendekati dan berbicara perlahan:” Aseng, Kau terima sajalah. Apa susahnya bagi kau,untuk mengubah angka . Dari 2.430 menjadi 4.230 Kilogram? Hanya dengan beberapa detik,kau sudah dapat uang sejumlah berbulan bulan gaji kau disini.!? Ini baru satu.bayangkan dalam seminggu, kau bisa dapat berapa amplop!"

“Maaf Bang , saya tidak bisa menghianati kepercayaan yang diberikan pada saya oleh perusahaan”. Mendengar jawaban saya,Bang Zul  juga naik pitam dan berkata:” Baru kali ini aku lihat orang segoblok kau. Jadi kuli lah kau seumur hidup”

Hari pertama berkerja sebagai Juru Timbang,saya sudah di sumpahi oleh 2 orang,bahwa saya akan jadi kuli seumur hidup. Suasana hati menjadi galau. Karena harus bekerja dilingkungan yang bertolak belakang dengan hati nurani saya. Namun saya tetap berkerja dengan prinsip hidup,untuk tidak menghianati kepercayaan .

Selama 2 tahun bekerja disana, saya dua kali  mendapat serangan malaria ,Karena kami tinggal di daerah yang masih di kelilingi oleh hutan hutan. Pabrik berada di km 34 , masuk kejalan desa. Dua kali sakit parah dan hampir mati,akhirnya saya memutuskan untuk berhenti bekerja dan pulang kampung ke kota Padang.

Tidak banyak uang yang dapat kami tabungkan selama dua tahun bekerja di sana. Namun kami yakin, suatu waktu hidup kami pasti akan berubah. Kami bertekad untuk mengubah kutukan dari Bang Tobing dan Bang Zul,menjadi berkat dalam hidup kami.

11 tahun kemudian…..
 Berkat kerja keras dan didukung oleh istri tercinta,setelah menjalani berbagai penderitaan,akhirnya hidup kami berubah total. Saya jadi pengusaha. Seorang Eksportir Si Aseng yang dulu dikutuki agar jadi kuli, ternyata berkat kebesaran Tuhan,bukan lagi seorang kuli,tapi sudah menjadi pengusaha .

Wollongong , 19 Maret, 2016

Tjiptadinata Effendi

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun