[caption caption="di Istana Negara (sumber foto: kompasian.com)"][/caption] Kata Popular di Media ,Justru Paling Tidak Disukai Joko Widodo – Presiden RI
Tulisan ini bukan dari sudut pandang: ”Jokowi Lover” apalagi: ”Jokowi Hater” dan pasti bukan dalam konteks memberi penilaian terhadap orang nomor satu di republik ini. Karena penulis hanyalah satu dari antara 240 juta orang rakyat Indonesia. Yang tersebar tidak hanya di seluruh Nusantara,tetapi juga diseluruh pelosok dunia. Anggaplah tulisan ini sebuah reportase gaya warga biasa.
Kata yang paling beken atau paling popular belakangan ini adalah kata: ” anjlok”. Setahu saya, dulu digunakan untuk mengambarkan kondisi pesawat yang sedang terbang dan kemudian karena kerusakan tehnis ataupun memang konsisi cuaca yang menyebabkan, badan pesawat anjlok. Dalam kata lain, turun dari ketinggian secara tiba tiba.
Namun sejak beberapa tahun terakhir, kata: ”anjlok“ ini menjadi sangat popular atau dipopularkan oleh media massa. Sehingga apapun dikaitkan dengan anjlok:
- Rel kereta api anjlok
- Harga minyak mentah anjlok
- Harga beras anjlok
- Nilai tukar rupiah anjlok
- Kepercayaan luar negeri terhadap Indonesia anjlok
- Ekonomi Indonesia anjlok
- Martabat bangsa anjlok
- Dan seterusnya dan seterusnya
Beda Gaya Marah
Kalau Ahok marah ,semua orang sudah tahu gayanya. Meledak ledak, kayak petasan dan terkadang kayak bunyi meriam bambu. Kosa kata apapun jadi, pokoknya marah deh.
Jokowi bukan Ahok.karena itu sifatnya beda dan gaya marahnya juga beda banget. Tinggal di Australia,koq berlagu seakan pernah ketemu Presiden R.I.? Bukan. Hal ini saya dengar langsung dari mulut orang nomor satu di republik ini,ketika diundang oleh Kompasiana untuk ikut bersama rombongan ke istana. Saya tidak mengatakan diundang Presiden. Emangnya saya ini siapa? Jadi penulisan bahwa saya di undang oleh Kompasiana untuk ke istana, memang sengaja ditekankan, bukan karena salah tulis.
Aduh, kepanjangan mukadimah, sehingga saya lupa mau tulis apa tadi yaa? Oya, sekali lagi oleh Kompasiana ( Mas Isjet), saya diberikan tempat terhormat duduk disamping Presiden pada waktu itu. Bukan hasil dari minta minta, karena ini bukanlah untuk pertama kalinya saya masuk ke istana.
Gaya Berang Jokowi
......Saya tidak suka dengan kata anjlok....
“Anjlok…anjlok…ekonomi Indonesia anjlok!” Saya anti kata :”anjlok”, kata pak Jokowi . Kalau resesi ,wong negara negara Eropah yang sudah maju juga kena koq.. Sungguh saya tidak suka kata: ”anjlok”. Cobalah menuliskan hal hal yang bersifat optimis dan bermanfaaat untuk kemajuan negeri ini!” Menenongok wajah orang dari jarak dekat, kentara benar bahwa yang mengcupkan kalimat ini sedang sangat marah. Namun kalau Ahok tampak wajahnya merah padam, Jokowi wajahnya semakin hitam.
Saya duduk hanya berjarak 60 cm dari pak Jokowi dan telinga saya masih bagus pendengarannya.
Catatan Pribadi
Hal ini saya jadikan renungan diri,, walaupun saya bukan siapa siapa. Hanya seorang kakek yang sudah pensiun . Namun terbersit dalam hati,apapun yang diucapkan berulang ulang kali ,bukankah akan jadi doa kita? Apakah memang benar kita berharap agar ekonomi negeri kita semakin anjlok dan terpuruk?
Bukankah orang yang bernama Joko Widodo yang saat ini menjadi Presiden RI ke 7 adalah merupakan presiden yang sah? Mengapa tidak kita berikan dukungan,untuk memajukan Indonesia? Saya sungguh tidak dapat menjawabnya.selain menuliskan tulisan kecil ini, sebagai bentuk kepedulian terhadap negara,dimana saya dilahirkan sebelum jaman kemerdekaan. Mengalami masa pemerintahan 7 presiden dan hingga saat ini adalah warga negara Indonesia dan ber ktp DKI. Mohon jangan dikait kaitkn dengan poltik, karena saya alergi politik. Terima kasih.
Wollongong, 17 Maret, 2016
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H