Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Potret Pengamen dari 3 Negeri

16 Februari 2016   13:37 Diperbarui: 16 Februari 2016   14:02 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[/caption]Celina, nama wanita pengamen ini mengaku sudah 3 tahun menjalani hidup sebagai pengamen. Negeri asalnya adalah Yunani. Yang paling berat adalah ketika kondisinya sedang tidak fit, namun harus tetap mampu bertahan, bila tamu-tamu lagi antrian mau berfot.

"This is not about my life, but also all my children" katanya sendu.

Walau tak dapat menengok wajahnya, namun dari suaranya kemungkinan baru berusia sekitar 30 tahunan. Kemana suaminya? Tentu bukanlah hak kita untuk mengorek hal pribadi Celina

[caption caption="foto bersama : 'tentara Romawi" dok pribadi"]

[/caption]Ngamen di Australia

Ngamen di Australia harus melalui tes dan ada ijin untuk melakukan operasionil. Berani sembarangan ngamen, pasti akan diangkut ke kantor polisi dan di amankan. Menengok orang ngamen dengan main gitar dan biola sudah tidak aneh lagi. Makanya kali ini saya coba memotret ngamen gaya orang Aborigin.

Dilaman pelabuhan kapal di kota Sydney, ada orang Aborigin yang sedang memainkan alat musik khas Aborigin yang panjangnya hampir dua meteran. Sementara seorang temannya menjajakan barang dagangannya berupa boomerang, sentata khas orang Aborigin yang dijual dengan harga bervariasi, mulai dari 5 dollar hingga 20 dolar, tergantung besar kecil dan ukiran serta tata warnanya.

[caption caption="foto: orang Aborigin ngamen di pelabuhan Sydney/tjiptadinata effendi"]

[/caption]Menurut “Jack”, pria yang menunggui barang dagangannya ini karena mereka berasal dari suku Aborigin, maka untuk mendapatkan ijin ngamen dan jualan disini, mereka tidak perlu membayar apapun. Jack mengaku tidak tahu, apakah warga Australia yang lain ada biaya untuk mendapatkan licence. Menurut Jack, untuk membuat alat musik yang bernama Didgeridoo atau disebut juga yidaki yang terbaik adalah dari bahan dasar batang pohon kayu putih yang disini dikenal dengan nama eucalyptus.

Tempo dulu, alat musik ini digunakan dalam upacara tradisional oleh suku Aborigin di bagian utara Australia, namun kini sudah hampir merata di seluruh negara bagian Australia. Kalau yang dijual dengan harga murah, sudah bisa dipastikan terbuat dari kayu biasa saja. Harga alat musik ini bervariasi antara 75 dolar hingga 200 dolar, tergantung motif dan tata warna serta bahan bakunya.

[caption caption="bumerang /foto : tjiptadinata effendi"]

[/caption] “Saya tidak ingin, satupun dari anggota keluarga saya yang minta-minta uang bantuan kepada pemerintah melalui Centrelink, karena itu seluruh anggota keluarga terlibat sejak dari mencari bambu dan kayu yang pas sebagai bahan dasar suling, maupun untuk boomerang.“ kata Jack menutup pembicaraan singkat kami.

Pengamen di Bandung

[caption caption="foto: pengamen di Bandung,/foto tjiptadinata effendi"]

[/caption]Dipersimpangan sebelum belok kekanan menuju ke jalan Kedung Kaung, bertepatan lampu rambu lalu lintas sedang menyala merah, maka saya hentikan kendaraan dengan sangat perlahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun