Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hindari Diri dari Kepanikan

14 Februari 2016   19:43 Diperbarui: 14 Februari 2016   19:56 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiba tiba ,salah seekor tupai yang tertembak ,jatuh dipagar sebelah, yang dibatasi dengan pagar bambu runcing.  Karena pada waktu itu, saya masih muda ,maka saya bertindak ceroboh. Saya naik kepohon untuk melihat kemana jatuhnya tupai yang jelas sudah terkena tembakan saya. Ternyata memang ada dibalik pagar.Dan tanpa berpikir tentang keselamatan diri, saya meloncat dari pohon untuk dapat tiba di balik pagar.

Namun ,kalau ada pepatah mengatakan ,sepandai pandainya tupai melompat ,sekali akan jauh jua. Nah, yang kejadiannya, bukan tupainya saja yang jatuh, tapi justru kali ini, Karena celana saya tersangkut, lompatan saya tidak sampai kesebelah, malahan terjatuh pas dibambu runcing.

Tembus Dari Paha Hingga Kebatas Perut

Bagaikan mimpi,suatu rasa sakit yang amat sangat menyentak ,mulai dari paha kiri,hingg kebatas perut saya.  Untuk beberapa detik tubuh saya tergantung di ujung bambu. Dan sesaat kemudian,mungkin karena tidak kuat menahan berat tubuh saya, bamboo patah dan saya terbanting kesemak belukar.

Saya tidak berteriak, sambil menahan rasa sakit saya berusaha berdiri dan keluar dari semak semak. Teman saya Herman,berlari ,untuk membantu saya,,tapi begtu melihat ada bamboo yang tertancap ditubuh saya ,yang merah dengan darah segar, malah Herman langsung tumbang dan pingsan.. Saya  berteriak minta tolong  kepada orang kampung, Dan dalam hitungan detik ,beberapa orang berlarian mendekat. Tapi begitu menengok luka saya,mereka menjerit dan lari.

Saya teriakan:” Pak,,tolong bantu teman saya pingsan. “ Syukur ada seorang tua yang datang, menyandarkan Herman di pohon dan entah dipijat atau diapakan, saya sudah tidak sempat menengok. Karena sibuk berusaha mencabut potongan bambu yang menancap dipaha saya..

Syukurlah sesaat kemudian Herman mulai sadar, namun wajahnya pucat pasi.Baru setelah diberikan minuman the hangat, wajahnya mulai memerah.

Belum ada Puskesmas di kampung

Pada waktu itu,belum ada puskesmas di kampung kampung, satu satunya jalan adalah saya harus kerumah sakit umum, yang dulu namanya Rumah Sakit Jati. Kini namanya Rumah Sakit M.Jamil.Tapi  Herman masih belum mampu mengendarai sepeda. Maka dengan  menahan rasa sakit, karena masih banyak potongan bamboo di paha saya, Herman saya bonceng.untuk kerumah sakit

Baru beberapa menit berkendara, tiba tiba saya  merasa pegangan Herman dipinggang saya melonggar. Saya hentikan sepeda dan turun, ternyata Herman,malah ngorok. Bukan tertidur, tapi pingsan. Syukur ada beca yang mengangkut kelapa ke kota, maka saya naikkan Herman ke beca ,sementara saya naik sepeda kerumah sakit.

Tiba di Rumah Sakit

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun