Amri, seorang pemuda asal Sumatera Utara, yang kini sedang melanjutkan study disalah satu Universitas terkemuka di kota Wollongong. Untuk bertemu dengan sesama orang Indonesia dikota kecil seperti ini, tidak harus menunggu setahun sekali, yakni dalam acara 17 Agustusan ataupun dalam acara nonton bareng film-film nasional. Karena sangat mudah mengenal sesama orang Indonesia, baik ketika jalan di Mall, maupun sedang berbelanja di Supermarket.
Satu kata bahasa Indonesia atau dari body language seseorang, sudah dapat dikenal apakah berasal dari Indonesia atau tidak. Bahkan dapat dibedakan dengan orang Malaysia, walaupun merupakan satu rumpun bangsa.
Amri, kami temui sewaktu berbelanja di :”Reject Shop”, yakni toko murah ala Australia. Rata rata harga barang antara 2 dolar hingga 5 dolar. Nah, Amri yang mengaku berasal dari kota Pematang Siantar, sudah dua tahun berada di kota Wollongong, untuk menyelesaikan study dibidang perawat. Ia bercita-cita ingin bekerja disini, untuk ditabung dan kelak dapat dijadikan modal kerja ditanah air.
Namun, manusia boleh merencanakan, tapi belum tentu semua impian bisa terwujud secepat seperti yang diharapkan. Baru dua tahun kuliah disini, tiba-tiba dapat kabar dari ayahnya, bahwa perushaan ayahnya dibidang kontraktor, mengalami masalah. Dan secara tegas ayahnya mengatakan, tidak mampu lagi membiayai kuliahnya. Jadi pilihan bagi Amri adalah :” Bekerja dan mandiri atau pulang kampung”
Cuci Mobil Door to Door
Pada awalnya Amri sempat sangat kecewa dan stress, karena cita citanya akan terputus ditengah jalan. Namun ia bertekad untuk kerja keras dan menetap di sini. Sahabat baiknya dari China, mengajaknya kerja cuci mobil dor to dor. Karena pada hari kerja, semua orang sibuk, maka mereka sangat senang bila ada orang yang mau datang kerumah mereka dan mencuci kendaraan mereka, sementara pemiliknya dapat beristirahat atau mengerjakan hal lainnya.
Amri langsung mengiyakan dan mulai bekerja sama dengan sahabatnya, mendatangi rumah kerumah yang sudah membuat perjanjian. Untuk setiap mobil yang dicuci dan di polish sehingga mengkilap, mereka mendapatkan bayaran 40 – 60 dolar, tergantung besar kecil kendaraannya. Modal mereka adalah kotak peralatan yang isinya : sabun cair, spon, kain lap beberapa lembar dan Polish satu kaleng.
Pada awalnya, mereka hanya bekerja di hari Sabtu dan Minggu, karena hari biasa mereka kuliah. Namun belakangan, karena semakin banyaknya permintaan untuk cuci mobil dirumah masing masing, maka jam kerja mereka ditingkatkan pada setiap hari jam 5.00 pagi hingga jam 8.00 dan kemudian malam hari dari jam 7.00 hingga selesai.
Hasilnya Dapat Untuk Hidup Mandiri
Selama bekerja cuci mobil door to door ini selama 6 bulan, Amri sudah mampu hidup mandiri, bahkan sesekali mengirimkan uang untuk keluarganya. Namun ketika diminta untuk berfoto bareng, Amri mengelak dan mengatakan, ia tidak ingin mempermalukan ayahnya, yang dulu adalah pengusaha.
Tentu saja, adalah hak Amri untuk memiliki alasan tersendiri. Kini bahkan mereka berdua, sudah merekrut dua orang teman lagi, karna seluruh waktu sudah tersita untuk memenuhi banyaknya permintaan.. Karena kalau membawa kendaraan ke bengkel dan dicuci, biaya cuci juga adalah sama ,yakni 60 dolar, berikut polish. Sedangkan pemilik kendaraan harus menunggu antrian, yang terkadang cukup lama.
Menurut Amri, rata rata setiap hari, ada 6 kendaraan yang mereka cuci. Berarti dana yang masuk adalah sekitar 250 dollar. Dipotong dengan modal beli sabun dan polish, masih tersisa 200 dolar bersih, yang mereka bagi dua, masing masing 100 dolar.. Sementara itu, study mereka tetap dilanjutkan. Sedangkan di hari Sabtu dan Minggu, mereka bisa dapat double atau penghasilannya menjadi dua kali lipat, karena waktunya untuk bekerja cukup panjang.
Sebuah pemikiran sangat sederhana, namun mampu menjadikan Amri ,manusia yang mandiri di negeri orang.Gampang? Pasti tidak mudah, bangun subuh, sudah berkerja dan malam selesai kuliah masih harus bekerja lagi. Dan tidak ada hari libur, setiap hari adalah hari : ”Senin” bagi mereka berdua, yang artinya adalah kerja kerja setiap hari.
(Ilustrasi: hanya bermodalkan sabun cair, polish dan kain lap, Amri mampu hidup mandiri/tjiptadinata effendi)
13 Februari, 2016
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H