[caption caption="contoh brosur bisnis kecil-kecilan/tjiptadinata effendi"]
[/caption] Bisnis Yang Belum Ada di Indonesia
Saya dapatkan sebuah kartu yang berisi pesan:”We Plan, We Shop, You Cook”. Kami rencanakan, kami berbelanja dan anda tinggal memasaknya. Pada awalnya, disosialisasikan oleh supermarket besar, tapi belakangan sudah ditangani oleh perorangan. Ada beraneka ragam brosur yang ditawarkan, dimulai dari harga satu paket masakan senilai 35 dolar, 50 dollar dan hingga 100 dolar.
Umumnya disini, suami istri bekerja, sehingga kesempatan untuk bisa berbelanja hanya pada hari Sabtu dan Minggu. Sementara justru dihari libur tersebut justru mereka memanfaatkan kesempatan untuk rekreasi bersama keluarga. Maka ketika ada tawaran untuk mengantarkan keperluan dapur ke rumah mereka, tentu mendapatkan sambutan hangat dari kebanyakan wanita di sini.
Pertama mereka tidak perlu membuang waktu untuk berkendara ke mall atau supermarket. Disamping mengunakan BBM yang tidak murah, juga tidak semua tempat bebas parkir. Maka dengan memesan via online akan meringankan pekerjaan mereka, disamping mendapatkan beragam resep makanan. Dan yang tidak kurang pentingnya, daging sapi, ayam, ikan atau udang,mereka terima dan masak dalam kondisi segar. Hal ini amat berbeda dari kebiasaan keluarga, berbelanja sekali seminggu dan semua barang dimasukkan kedalam freezer sehingga membeku.
Memasak dan makan daging segar, tentu akan sangat berbeda dengan memasak daging yang sudah dibekukan. Disamping akan memakan waktu lama untuk menunggu mencairnya es di daging tersebut juga dari segi kesehatan, jelas makan daging dan sayur segar, jauh lebih bermanfaat dan sehat, dibandingkan dengan makan daging yang sudah dibekukan.
Sehari rata rata 15 pesanan
Menurut Shirley asal dari Medan, pekerjaan ini baru ditekuninya selama tahun ini. Pada awalnya memang yang memesan adalah dari kalangan keluarga teman-teman nya saja, tapi kini sudah mendapatkan pelanggan, rata-rata 15 pesanan setiap harinya. Dari setiap pesanan, ia hanya menggambil keuntungan 10 dolar. Yang memesan tidak keberatan, karena mempertimbangkan, waktu yang akan digunakan untuk bolak balik ke supermarket, belum lagi harus meninggalkan rumah dengan anak-anak.
Bagi Shirley, 15 pesanan x 10 dolar = 150 dolar. Dipotong dengan biaya isi BBM, untuk mengantarkan masih tersisa minimal 100 dolar setiap hari. Cukup untuk biaya rumah tangganya. Karena sekalian berbelanja keperluan dapur, sekaligus menjalankan bisinis kecil-kecilan yang hasilnya lumayan dapat menutupi biaya keperluan dapur.
Sehingga keberadaannya mendampingi suami di Australia, tidak sampai membebani keuangan mereka dan mengganggu konsentrasi suaminya untuk menyelesaikan study-nya di Wollongong University.
“Kalau tidak pandai-pandai hidup, gimana mau tinggal dinegeri orang pak” kata Shirley menutup pembicaraan singkat disela-sela kesibukkannya berbelanja disalah satu supermarket di Fairy Meadow."Saya hanya mencetak resep yang sederhana dan mudah, seperti :rendang, ikan bakar. ayam goreng special dan lainnya. Namun rata rata yang memesan senang, karena dapat resep masakan secaa gratis. Rata-rata pesanan diantarkan sore hari untuk mempersiapkan makan malam bersama keluarga.
Mungkinkah bisa ditiru oleh wanita yang mengikuti suami dalam tugas belajar keluar negeri, sehingga keberadaan untuk mendampingi suami,sekaligus dimanfaatkan untuk mendapatkan bisnis kecil kecilan. Namun hasilnya cukup memadai untuk membantu meringankan beban suami. Bayangkan dalam sebulan, sekurangnya Shirley mengantongi 2.500 dolar bersih dari hasil jemput bola kebutuhan dapur ini.
Apakah memungkinkan bisnis jemput bola ini diterapkan di Indonesia?
12 Feb 16
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H