Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Hidup Tidak Sesuai dengan Skenario

1 Februari 2016   17:26 Diperbarui: 1 Februari 2016   19:09 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pukulan Teramat Berat

Tentu saja hal ini merupakan pukulan yang teramat berat bagi kami berdua, terutama saya yang bertindak sebagai perancang skenario dan sekaligus menjadi pemainnya.

Serasa saya tidak percaya bahwa dalam waktu yang begitu singkat, semua uang habis merugi, bahkan masih menyisakan utang dalam jumlah cukup besar pada tante kami, tempat kami menumpang tinggal.

Hal yang saya lupakan adalah bahwa rencana dan kepastian diri,belum tentu akan menjadi kenyataan. Skenario adalah rancangan diatas kertas,ketika berhadapan dengan kehidupan yang keras, skenario itu hanyalah selembar kertas pembungkus kacang.

Jatuh Sakit Parah

Dalam usia yang relatif masih muda, yakni 23 tahun, ternyata saya tidak siap mental untuk hadapi kegagalan ini. Langsung stres dan terpuruk sakit dan batuk darah karena stres. Saya menghukum diri saya, karena merasa akibat kesalahan saya, wanita yang sangat saya cintai harus ikut menderita. Hampir sebulan saya terbaring sakit.

Saya bersyukur, istri saya mengingatkan bahwa kami berdua bisa bekerja untuk membayar utang, sehingga tidak membebani tante kami dengan menanggung kami berdua.

Dukungan moril dan kasih sayang istri saya,menyadarkan dan membangunkan saya dari mimpi buruk. Maka berkat bantuan teman kami Agnes, kami dapat pekerjaan di desa Petumbak. Timbang Deli, 34 Km dari Kota Medan.

Inilah batu sandungan pertama yang saya rasakan pada awal pernikahan kami dan menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi diri saya.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi orang banyak,bahwa keyakinan diri,yang mengebu gebu, perhitungan yang serba matang dan scenario hidup yang hebat, hanyalah rancangan diatas kertas, sedangkan hidup tidak dapat di matematika kan.

Semoga kesalahan yang pernah saya lakukan, jangan sampai terulang bagi orang lain. Bahwa terlalu yakin diri, justru menjerumuskan kita, sehingga lupa bahwa hidup tidak dapat dipatokkan berdasarkan teori, karena hidup bersifat dinamika yang bergerak dan berubah dari waktu ke waktu, sedangkan ilmu hitung adalah angka-angka mati yang tidak mampu berhadapan dengan ilmu kehdupan.

Mount Saint Thomas, 1 Februari, 2016

Tjiptadinata Effendi 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun