Seminggu kemudian….
Sang pejabat menelpon dan minta maaf,serta berterima kasih ,karena kami sudah mengantarkan putrinya kerumah sakit ditengah malam.Terdengar suaranya bergetar, menunjukkan betapa ia harus berjuang mengalahkan keangkuhan hatinya.
Pelajaran pahit bagi pejabat ini, sekaligus menjadi pelajaran dan alarm bagi diri saya, untuk jangan pernah bersifat arogan kepada siapapun. Karena ada waktunya, mungkin saya butuh bantuan orang lain. Karena di dunia ini tidak ada jabatan yang abadi.
Jalankan Kewajiban Kita dengan Arif dan Bijak
Mungkin saja ,kita dalam posisi yang menentukan ,diterima tidaknya seseorang dalam sebuah perusahaan.Atau mungkin juga memiliki kekuasaan untuk menentukan :" lulus atau tidak" nya seseorang. Layak atau tidaknya sebuah aritkel di korankan. Silakan menjalankan tugas kita sebagaimana semestinya,tanpa harus melukai perasaan orang lain. Apalagi sampai mematikan antusiasme yang ada didalam dirinya.
Atau mungkin harta kekayaan atau kedudukan kita yang memberikan kita wewenang untuk bertindak, hanyalah untuk sementara waktu. Lakukanlah tugas dengan bijak,tanpa harus meluikai perasaan orang lain. Karena bila dilakukan ,percayalah hanya akan jadi bumerang bagi diri kita.
Tulisan ini sengaja saya postingkan, dengan harapan mungkin ada gunanya untuk orang lain, Setidaknya mengingatkan , agar dalam hal apapun, jalani hidup dengan rendah hati dan jauh dari arogan.
Macau, 09 Desember, 1215
Tjiptadinata Effendi
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H