Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Demi Wanita Yang Kucintai, Nafaspun Akan Kugadaikan

29 Oktober 2015   17:28 Diperbarui: 29 Oktober 2015   18:58 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan gembira ,uang itu disodorkannya kepada Helen,sambil berucap:” Puji Tuhan,, hari ini ,kita ada rejeki untuk beli susu”. Dengan berlinang air mata, Helen memeluknya dengan erat dan amat kaget, karena tubuh itu menggigil…

Dipapahnya laki laki yang dicintainya sepenuh hati ini kedipan tempat mereka tidur. Diselimutkannya dan kemudian berlari ke dapur untuk menghangatkan air, guna menyeduh teh,untuk suaminya. Malam itu Andri mengigau sepanjang malam.

Keikhlasannya untuk mengadaikan nafasnya demi cintanya kepada Helen, tak kuasa dilakukannya. Andri ambruk, karena sudah terlalu lama tubuh kurus kerempengnya dipaksa memilkul barang yang beratnya dua kali lebih berat dari tubuhnya.

Selama bertahun tahun, Andri dan Helen,serta putranya hidup dalam nestapa, tinggal sejengkal lagi menorah ketitik nadir, Hanya doa dan cinta suci mereka berdua,serta buah hati mereka yang kurus kering karena kurang makan, mampu membuat mereka bertahan.

12 Tahun kemudian

Andri mengendarai sedan Corolla yang masih baru, bersama wanita yang dicintainya melebih hidupnya sendiri. Sementara itu dibangku belakang ada dua orang putera dan seorang putrinya duduk santai sambil bercanda

Hidup mereka sudah berubah total. Sudah menjadi Pengusaha... Tujuan perjalanan adalah Balik... ke rumah ”Bang Ucok” mantan Boss Andri. Kabarnya Bang Ucok,sudah terlalu tua untuk kerja dan pulang kampung.

Pertemuan antara Andri dan Bang Ucok, sungguh tak dapat diceritakan dalam rangkaian kalimat. Mereka saling berpelukan, seakan anak dengan ayah kandungnya. Bang Ucok inilah yang senantiasa menjadi inspirator bagi Andri, dalam menjalani hidupnya yang serba berkecukupan bersama istri dan putra putrinya, untuk peduli pada penderitaan orang lain. Pelajaran hidup ini, tidak diperolehnya ketika ia duduk dibangku kuliah, tapi justru dari orang kecil yang tampil kasar dan apa adanya.

Kenangan untuk Bang Ucok yang sudah almarhum, tepat tanggal. 29 Oktober, tahun 2010

29 Oktober, 2015

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun