Dengan gembira ,uang itu disodorkannya kepada Helen,sambil berucap:” Puji Tuhan,, hari ini ,kita ada rejeki untuk beli susu”. Dengan berlinang air mata, Helen memeluknya dengan erat dan amat kaget, karena tubuh itu menggigil…
Dipapahnya laki laki yang dicintainya sepenuh hati ini kedipan tempat mereka tidur. Diselimutkannya dan kemudian berlari ke dapur untuk menghangatkan air, guna menyeduh teh,untuk suaminya. Malam itu Andri mengigau sepanjang malam.
Keikhlasannya untuk mengadaikan nafasnya demi cintanya kepada Helen, tak kuasa dilakukannya. Andri ambruk, karena sudah terlalu lama tubuh kurus kerempengnya dipaksa memilkul barang yang beratnya dua kali lebih berat dari tubuhnya.
Selama bertahun tahun, Andri dan Helen,serta putranya hidup dalam nestapa, tinggal sejengkal lagi menorah ketitik nadir, Hanya doa dan cinta suci mereka berdua,serta buah hati mereka yang kurus kering karena kurang makan, mampu membuat mereka bertahan.
12 Tahun kemudian
Andri mengendarai sedan Corolla yang masih baru, bersama wanita yang dicintainya melebih hidupnya sendiri. Sementara itu dibangku belakang ada dua orang putera dan seorang putrinya duduk santai sambil bercanda
Hidup mereka sudah berubah total. Sudah menjadi Pengusaha... Tujuan perjalanan adalah Balik... ke rumah ”Bang Ucok” mantan Boss Andri. Kabarnya Bang Ucok,sudah terlalu tua untuk kerja dan pulang kampung.
Pertemuan antara Andri dan Bang Ucok, sungguh tak dapat diceritakan dalam rangkaian kalimat. Mereka saling berpelukan, seakan anak dengan ayah kandungnya. Bang Ucok inilah yang senantiasa menjadi inspirator bagi Andri, dalam menjalani hidupnya yang serba berkecukupan bersama istri dan putra putrinya, untuk peduli pada penderitaan orang lain. Pelajaran hidup ini, tidak diperolehnya ketika ia duduk dibangku kuliah, tapi justru dari orang kecil yang tampil kasar dan apa adanya.
Kenangan untuk Bang Ucok yang sudah almarhum, tepat tanggal. 29 Oktober, tahun 2010
29 Oktober, 2015
Tjiptadinata Effendi