Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Harap Balas Budi

24 Oktober 2015   21:38 Diperbarui: 24 Oktober 2015   21:41 1743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jangan Mengharap Balas Budi

Jangan mengharap balas budi, dengan harapan bila kini kita berbuat kebaikan untuk menolong orang lain, maka kelak bila diperlukan, kita mengharapkan orang yang kita tolong akan membalas budi kepada kita. Karena bila hal ini dilakukan, maka kelak kita akan merasakan kekecewaan demi kekecewaan.

Lakukanlah kebaikan dan kemudian lupakanlah. Maka kita tidak akan kecewa, bila kelak orang yang kita tolong, bahkan mungkin sudah melupakan pertolongan kita.

Pengalaman Pribadi

Pernah saya menolong sahabat saya, sewaktu ia tidak mampu lagi membayar uang kuliah. Pada waktu itu saya sudah bekerja. Walaupun gaji saya tak seberapa, saya sangat ingin membantunya. Sehingga uang hasil kerja saya, sebagian saya sisihkan untuk sahabat saya , agar bisa membayarkan uang kuliahnya.

Walaupun akibatnya, selama tiga tahun saya membantu membayarkan uang sekolahnya, saya tidak pernah berbelanja untuk membeli pakaian,maupun keperluan lainnya,bila tidak sangat terpaksa.

Dibelakang hari,sahabat saya lulus dan dapat pekerjaan disalah satu hotel berbintang, Malahan baru setahun,sudah diangkat menjadi manager hotel

Suatu Waktu

Suatu waktu ,saya mengalami kecelakaan ,sewaktu sepeda motor reot saya tersenggol truk. Sehingga tidak dapat menjemput istri saya yang sedang kuliah di air tawar Padang. Pada waktu itu hujan turun dan kendaraan umum tak tampak . Bertepatan sahabat saya lewat dengan mobil. Dan ketika istri saya menyetopnya,untuk minta memumpang untuk menengok saya dirumah sakit.  Namun  ia hanya berhenti sesaat dan mengatakan: ”Aduh maaf, saya lagi buru buru dan terus meninggalkan istri saya dibawah siraman hujan”

Ketika istri saya menceritakan hal ini, tentu saya sangat sedih. Bukan karena menuntut balas budi,melainkan sebagai seorang sahabat, seharusnya ia tidak berlaku begitu terhadap istri saya.

Belakangan, kami kembali bertemu dengannya di hotel dimana ia bertugas, namun sikapnya seakan orang tidak saling kenal. Hanya menganggukkan kepala dan berkata: ”Hai”. Kemudian pura pura sibuk baca koran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun