Â
Mengutuki Yang Sudah Terjadi Tak Mengubah Apapun,Lebih Baik Introspeksi Diri
Inilah Dosa Dosa Yang Pernah Saya Lakukan Dalam Hidup
Apakah ada manusia yang tidak pernah berbuat dosa? Jujur saya tidak berani menjawab. Yang jelas bukan saya, karena saya adalah salah satu dari orang yang sudah banyak berbuat dosa. Sungguh.
Dosa adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Sansekerta. Menjelaskan tentang sikap mental, pikiran dan perilaku, yang bertentangan dengan hukum moral dan keagamaan. Baik yang dapat mengakibatkan kerugian bagi orang lain, maupun yang akibatnya menimpa diri sendiri.
Dosa (dari bahasa Sanskerta: doṣa) adalah suatu istilah yang terutama digunakan dalam konteks agama untuk menjelaskan tindakan yang melanggar norma atau aturan yang telah ditetapkan Tuhan atau Wahyu Illahi (sumber : encyclopedia free Wikipedia)
Kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat jahat, namun tidak jarang tindakan kejahatan justru terjadi karena terpancing pada kesempatan yang di tampilkan. Bisa jadi pada awalnya, si pelaku sama sekali tidak ada niat jahat, namun karena tanpa sadar, kita telah memberikan peluang kepadanya, maka pada saat itu niat jahatnya bisa muncul secara tiba-tiba.
Nah, inilah yang saya sebutkan sebagai dosa-dosa saya, karena telah memberikan peluang dan kesempatan yang begitu besar, sehingga orang yang tadinya adalah sahabat baik, anak angkat, orang yang sudah ditolong, kemudian berbalik menjadi penghianat dalam hidup saya.
Maka agar dosa dosa yang pernah saya lakukan, jangaan sampai dilakukan lagi oleh orang banyak, saya uraikan disini.
Dosa pertama Over Dosis Kepercayaan
Kepercayaan yang over dosis, kepada seseorang yang sudah kami anggap sebagai anak sendiri. Boleh keluar masuk rumah dengan bebas,seperti layaknya rumah orang tuanya sendiri. Diberikan kepercayaan penuh ,tanpa pengawasan, untuk:
- memegang stock gudang
- menimbang
- menentukan kualitas barang
- menerbitkan Bon Gudang.
- Kasir Bendaraha Perusahaan akan membayar semuanya.
- Akibatnya: separuh dari isi gudang di jual dan orangnya melarikan diri
Dosa Kedua: Terbuai dan Lupa Diri
Sahabat dagang di Singapore, sudah saling kunjung,makan bersama dan sangat baik. 5 tahun menjadi mitra dagang yang saling mendukung, Saya menjadi lengah dan lalai dalam hal korespondensi dagang.
Sehingga barang sudah terkirim,sedangkan Letter of credit (L/C), yang secara hukum dagang merupakan sesuatu yang vital ,ternyata sudah expired date atau tidak valid lagi, Peluang ini mengoda mitra dagang saya dan 400 ribu dollar lenyap.
Dosa Ketiga: Membuka Rahasia Dapur
Sahabat baik dalam satu organisasi, sudah berjalan 8 tahun, Sangat baik dan ramah dan tampil sangat agamis. Dalam setiap pembicaraan selalu membawa nama Tuhan. Pokoknya orang saleh.
Saya percaya dan lagi lagi over dosis. Semua rahasia dapur perusahaan saya ceritakan. Yang ternyata telah memancing niat jahatnya dan terjadilah peristiwa fitnahan tersebut,Saya ditahan dan dua tahun perkara, menghabiskan satu miliar uang, akhirnya oleh Mahkamah Agung dinyatakan saya tidak bersalah.Tapi sudah terlanjur babak belur dan seluruh anggota keluarga ikut menderita.
Dosa Keempat: Empaty Kebablasan
Seorang tukang beca yang biasa membantu digudang perusahaan. Sopan santun, jujur dan pintar. Awalnya saya simpati, kemudian meningkat menjadi empaty. Saya ingin membantu agar ia bisa mengubah nasibnya.
Saya berikan pinjaman modal tanpa syarat dan tanpa kontrol. Empati kebablasan ini ternyata telah menggodanya ,sehingga seluruh uang pinjaman tidak dikembalikan .
Kesimpulan :
Bila saya tidak melakukan keempat dosa tersebut, kemungkinan:
- Sahabat dagang saya di Singapore masih tetap sahabat saya.
- Anak angkat kami tidak sampai melarikan diri
- Sahabat saya tidak sampai terjerumus menjadi penghianat
- Tukang beca sudah berubah nasibnya, tanpa harus melarikan uang saya
Kejahatan yang dilakukan oleh orang lain, mungkin saja penyebab awalnya adalah dosa yang kita lakukan baik sadar ataupun tidak.Yakni:
- Over dosis kepercayaan
- Terbuai manisnya persahabatan ,sehingga lupa diri
- Membuka rahasia dapur
- Empathy yang kebablasan
Semoga tulisan ini ada manfaatnya bagi orang banyak, agar jangan sampai kelalaian kita, membuka peluang dan kesempatan, sehingga menjadi godaan bagi orang lain, yang mungkin saja semula tidak ada niat jahat terhadap kita.
Daripada mengutuki dan mengumbar sumpah serapah terhadap orang orang yang sudah menyakiti kita amat sangat, mungkin lebih bermanfaat bila kita melakukan introspeksi diri. Mengapa mereka melakukan hal itu terhadap diri kita? Jangan jangan kelalaian kita yang menyebabkan mereka melakukannya.
Mt.St Thomas, 30 September 2015
Tjiptadinata Effendi
Â
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI